Hari ini, tepat satu bulan dimana aku dan Rere menjadi sepasang kekasih. Dari saat aku menyatakan perasaanku yang sebenarnya dan langsung menyimpulkan bahwa ia adalah kekasih ku. Bisa habis aku kalau harus bertanya, maukah kau jadi pacarku? atau, would you be my girl? Dan setelah itu ditolak. Mau ditaroh mana mukaku.
Aku sudah menyiapkannya matang-matang, walaupun ini hanyalah bulan pertama, setidaknya aku bisa mengabadikan momen ini dengannya. Karna aku akan terus membuat sesuatu yang spesial untuknya dan untuk diabadikan agar bisa dikenang lagi suatu saat nanti disaat aku dan Rere duduk berdua bersama didepan rumah dengan rambut yang sudah memutih dan wajah serta kulit yang sudah meng-keriput, sedang memerhatikan anak-cucu kami bermain bersama dengan tawa dan bahagia.
"Re, udah siap?"
"Tunggu, tunggu. Sebentar lagi nih, Mama ribet banget." katanya melalui telfon.
"Ngapain?"
"Um, wait."
"Re-"
Tiit..tiit..tiit..
Kebiasaan, benar-benar kebiasaan. Hal yang selalu Rere lakukan, sama seperti apa yang selalu Shelin lakukan. Lucu ya, kalau punya pacar yang bener-bener mirip sama mantan.
Eh? Mantan? BUKAN, BUKAN. Bener-bener mirip sama pacar abadi.
Ya, itu maksudnya.
*
"Mah, ayooooo." Teriak Rere dari ruang tamu. "Ngapain lagi siihh, aku udah ngaret nih!"
"Tunggu, Re! Bentar lagi."
"Mama ngapain sih?"
"Nih, lagi nyisir."
"Yailah, gamau kalah banget sama anaknya. Lagian kita beda direction ngapain amat aku nungguin mama ya."
"Bukan masalah itu, kunci rumah gimana kalau mama yang bawa? Mama kan besok pulangnya."
Rere hanya mendengus kesal, menurutnya Mama nya bisa dibilang begitu lambat. Untuk apa berdandan yang berlebihan bila make-up nya bakal luntur juga, nanti. Buang-buang duit, bukan?
From Vanno:
By, i'm on my way to your house.From Rere:
Okay. I'm sorry for being late, Mama ku super duper lelet.Setelah siap berdandan, Mama Rere pun langsung memakai heelsnya yang terletak diatas rak sepatu miliknya didekat pintu rumahnya. Ia terlihat begitu cantik dan muda dengan dress-nya yang berwarna putih kilau dan rambutnya yang ia sanggul, walaupun ia sudah hampir berkepala empat. Sebenernya sih ya emang masih muda, masih 37-an, sih.
Tok..tok..
"Hai!!!" Sapa Rere kepada Vanno yang sudah sampai didepan rumahnya. "Btw, you look so handsome today."
"Thanks," jawabnya datar.
Rere langsung menaiki jok motor ninja biru milik Vanno, dan setelahnya Vanno langsung menancapkan gasnya.
*
Aku harap Rere suka dengan apa yang udah aku siapkan, walaupun sederhana setidaknya berharga, kan?
Mungkin ini terlalu sederhana dan terlalu mainstream, suatu resto mewah yang sudah ku pesan, khusus untuk 2 kursi dengan hiasan dan hanya dengan 31 balon berwarna-warni menandakan kami sudah bersama menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih selama 31 hari, satu buah kue yang ga terlalu besar ukurannya dengan lilin angka 31 diatasnya, dan aku. Aku yang memakai baju hitam polos berbalut kemeja putih-hitam kotak-kotak yang tidak aku kancingkan, serta celana jeans dan jam tangan yang selaras warnanya. Oh ya, satu lagi. Dengan rambut yang seala kadarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Not Meant To Be #1
Teen FictionDi balik dinginnya seorang Vanno, Rere percaya, bahwa pasti ada satu titik kehangatan di dirinya. Dan Rere percaya pula, ia bisa membuktikan itu. Dan satu lagi. Tidak selamanya harapan sesuai dengan kenyataan. Terkadang kenyataan hanya bisa menghan...