Chapter 1

28.9K 509 92
                                    

Matahari bersinar terik di langit, suhu yang diantarkan sinarnya sanggup membuat siapapun menjadi gerah sampe-sampe mau buka baju saking gerahnya. Bahkan orang-orang yang sudah berlindung di atas atap kelas saja masih merasa kegerahan dan mereka tambah gerah lagi dengan suguhan soal angka-angka di papan yang membuat mata murid yang melihatnya berasa katarak mendadak.

Semua murid kelas 8-A mengeluh kesal dengan soal yang di berikan guru, tapi terkecuali untuk Raisa Putri, cewek dengan otak kinclong yang selalu menjadi juara umum tingkat pertama di sekolahnya. Dengan lihai ia menyelesaikan soal persamaan linear dua variabel, soal yang paling ia sukai.

TEETTT

TEETTT

Suara bel istirahat mengakhiri pelajaran yang, semua anggota kelas sibuk membereskan buku-buku mereka ke dalam tas. Sementara Raisa masih sibuk mencoret buku latihan dengan angka-angka, ia tinggal menyelesaikan soal terakhir, nanggung banget kalo buat di rumah kalo cuma tinggal satu soal, itu menurutnya.

"Sa, kantin yuk," itu suara Messi teman sekelasnya yang duduk tepat di belakangnya. Raisa sesaat mendongak kepalanya untuk melihat siapa yang mengajaknya bicara, dan setelahnya ia kembali berkutat dengan pekerjaannya. "Duluan aja deh, Mess. Tinggal satu nih, nanggung,"

"Oke, gue duluan ya," setelah Raisa memberi jawaban dengan acungan jempol, Messi pun langsung bergegas ke kantin bersama temannya yang lain.

Kelas pun menjadi hening, hanya tersisa Raisa yang menduduki bangku kelasnya. Tanpa Raisa sadari, ada sosok cowok yang berjalan dengan santai memasuki kelasnya,kakinya berjalan mendekati Raisa hingga berada tepat di samping cewek itu. "Sok rajin," cibir cowok itu setelah melirik apa yang sedang Raisa tulis. Raisa kenal betul si pemilik suara tersebut.

Setelah selesai dengan soal terakhir, Raisa anteng membereskan buku-bukunya tanpa mempedulikan spesies langka di sampingnya. Setelah selesai dengan tugasnya, barulah Raisa menatap ke arah cowok itu sambil menyilangkan tangannya di dada. "Biarin, yang penting cantik," ucapnya sambil menaikan dagunya.

Hening sesaat sebelum keduanya tertawa, "gak usah berlagak sok. Gak cocok sama muka polos kamu," mata Raisa langsung berbinar-binar saat di katain polos sama cowok itu, "ah, yang bener?" Tanya Raisa dengan bernada imut. Cowok itu sedetik mengernyit bingung, "apanya?"

Raisa lalu cemberut dengan ke-lola-an sahabatnya itu, "itu, katanya muka aku polos," cowok itu langsung mengerti sambil manggut-manggut. "Itu... Sorry, aku khilaf,"

"Dika ih! Nyebelin!"

"Hahaha, biarin, yang penting ganteng,"

Raisa yang kesal lalu mengembulkan pipinya sambil memalingkan wajahnya. Dika mengehentikan tawanya lalu mengusap-usap puncak kepala Raisa. "Childish, segitu aja marah. Kantin yuk, aku traktir,"

Mendengar kata traktir tentu saja, rasa kesal Raisa lenyap begitu saja, entah pergi kemana. Dengan girang Raisa loncat-loncat seperti anak monyet lalu menarik tangan Dika menuju kantin. Dika yang melihat sikap kekanak-kanakan Raisa hanya tersenyum. Kebahagiaan Raisa juga kebahagiaan Dika.

Sesampai di kantin, Dika menyuruh Raisa duduk manis di salah satu meja kosong, sementara cowok itu pergi untuk memesan makanan dan minuman untuk mereka berdua.
Tidak lama kemudian Dika kembali datang dengan nampan di kedua tangannya. Cowok itu lalu duduk di depan Raisa dan menyerahkan bagian makanan dan minuman Raisa ke depan cewek itu. "Nih, makan yang banyak. Biar cepet ndut,"

Bad Boy And Ice GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang