Chapter 20

2.5K 105 81
                                    

Khrisna duduk dengan tidak tenang di kursi sebuah cafe. Sesekali cowok itu mengangkat tangan kirinya untuk melihat angkat yang di tunjuk jarum di jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Mana sih, tu curut, lama amat datengnya," Khrisna mendumel.

Tangan kanan cowok itu bergerak meraih cangkir berisi kopi panas yang di hiasi asap mengepul yang menari-nari di atas kopinya. Pelan namun pasti bibir lembut Khrisna menyeruput kopi itu, kopi yang masih di kelilingi suhu panas yang dapat menggelitik lidah saat cairan itu bertemu dengan dengannya.

Suara lonceng di pintu masuk berbunyi, menandakan ada pengunjung yang memasuki area cafe. Mata Khrisna melirik ke arah pintu dan di sana orang yang selama ini ia tunggu berada. Orang-orang itu berjalan ke meja Khrisna sambil menyengir lebar tanpa dosa dan Khrisna sendiri sudah mengucapkan sumpah serapah dalam batinnya.

"Eh Khrisna, udah daritadi?" Orang itu Ali, bertanya dengan nada kelewat santai namun sanggup membakar seluruh kesabaran Khrisna. Rasanya Khrisna ingin sekali menyiram wajah Ali, Leo dan Randi dengan kopi panasnya sebagai pelampiasan emosi. Tapi malaikat dalam diri Khrisna berbisik, menyuruhnya untuk menahan amarahnya pada teman-temannya.

Khrisna menghembuskan nafas beratnya dan menatap nyala ke arah teman-temannya. Untung temen, Khrisna membatin. "Gak kok, gue baru nunggu di sini dua jam doang," ucap Khrisna sewot. Ali dan Leo hanya terkekeh geli lalu duduk di kursi panjang di depan Khrisna dan Randi duduk di samping Khrisna.

"Tadi nunggu Ali kelamaan,makanya telat," ucap Randi. "Oh iya, kita belum mesem apa-apa. Kalian mau apa, biar gue yang pesenin," Leo menyarankan diri sambil berdiri dari posisi duduknya. "Gue mau kopi kayak Khrisna aja, di luar udaranya dingin banget, jadi pingin yang anget-anget," Ujar Ali.

"Kalo lo Ran?"

"Sama,"

"Oke, gue kesana dulu,"

Leo lalu pergi menyisakan Khrisna, Ali dan Randi di kursi pengunjung. Khrisna kembali mengangkat cangkirnya dan meminum kopi panasnya secara perlahan. "Wih, ada cewek bening," mata Ali jelalatan menatap seorang cewek yang baru saja memasuki cafe. Cewek itu menggunakan dress merah menyala sepaha dengan rambut kecoklatan yang di bentuk bergelombang.

"Wuih cara dia jalan, bener-bener mantep," Ali menatap penuh minat cewek itu sementara Randi dan Khrisna hanya geleng-geleng kepala, prihatin melihat sahabatnya yang tergiur dengan lekuk tubuh cewek itu.

"Gue gak minat sama yang kayak begituan. Gue maunya sama cewek yang cantik luar dalam. Bukan cantik cuma karna di dempul make up sama pakek baju-baju kurang bahan doang," ujar Khrisna. Randi manggut-manggut setuju sementara Ali masih terpaku pada cewek itu.

"Yah... Dia udah pacar," Ali berseru frustasi saat melihat cewek itu duduk di kursi yang di tempati seorang cowok. Khrisna dan Randi geleng-geleng kepala dan tangan Khrisna menjulur menepuk pundak Ali beberapa kali. "Sabar yee, mungkin dia bukan jodoh lo," Khrisna berlagak bersimpati dan Ali hanya angguk-angguk kepala sambil memanyunkan bibirnya ke depan.

"Mungkin jodoh lo krimbat," Randi tiba-tiba menceletuk gak jelas, membuat alis Khrisna saling menyatu karna bingung. "Krimbat?" Ulang Khrisna dengan nada bertanya-tanya. Ali pun juga sama bingungnya dengan Khrisna tapi ia lebih memilih untuk diam.

"Iya, yang jadi pesulap itu,"

Ali dan Khrisna spontan menapok jidatnya sendiri lalu menatap geram ke arah Randi yang diam kalem. "Limbat woi, limbat!" Teriak Khrisna dan Ali bersamaan karna emosi.

"Oh, lebat." Celetuk Randi polos dengan wajah datarnya.

Ali yang frustasi pun mengacak-acak rambutnya sendiri. "Ya tuhan... Tolong selamatkan hamba dari godaan untuk membunuh Randi dengan kopi sianida tuhan..." Ali mengangkat kedua tangannya ke udara, berlagak seakan menyampaikan doanya kepada tuhan.

Bad Boy And Ice GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang