Chapter 18

2.6K 121 56
                                    

Tubuh Raisa di buat seketika menegang saat merasakan ibu jari tangan Khrisna bergerak lembut di pipinya. Otak Raisa pun di buat berhenti bekerja dan hanya jantungnya sajalah yang masih sanggup berdetak, bahkan sangat kencang hingga Raisa sendiri takut jika Khrisna dapat mendengarkan detak jantungnya yang sedang menggila.

"Di pipi lo ada coretan nyet," seluruh kesadaran Raisa langsung terkumpul saat deretan kata yang di lontarkan Khrisna menusuk gendang telinganya. Tangan Raisa reflek menepis tangan Khrisna yang masih bersentuhan dengan pipi mulusnya.

"Iish! Lo apaan sih pegang-pegang, kalo pipi gue lecet gimana?" Ujar Raisa berlebih sampai-sampai membuat lawan bicaranya memutar bola matanya karna merasa jengkel. "Sensi amat sih jadi cewek," Raisa hanya mencibir karna termakan celotehan Khrisna.

Kedua alis Khrisna saling bertautan saat menyadari salah satu pergelangan tangan Raisa memar. "Ini tangan lo kenapa?" Ujar cowok itu sambil mengangkat paksa tangan Raisa yang terdapat memar merah. Nyeri di tangan Raisa kian bertambah saat pergelangan tangannya di cekal oleh Khrisna hingga membuatnya meringis kesakitan.

"Aw, lepasin, Sakit begok," Khrisna lalu melepaskan tangannya yang sebelumnya mengunci tangan mungil Raisa. Khrisna menatap bingung Raisa yang saat ini sedang sibuk mengusap pergelangan tangannya.

"Siapa yang bikin tangan lo kayak gitu?" Nada bicara Khrisna berubah menjadi sedikit menusuk dan serius hingga membuat Raisa mendongkak dan menatap Khrisna yang sedang memasang wajah yang tidak bisa di deteksi oleh Raisa.

"Ini perbuatan cewek sok kecakepan itu. Cewek gatel yang tadi pagi bawain lo sandwich itu," nada bicara Raisa terdengar jengkel dan kesal dan langsung membuat membuat Khrisna terkekeh pelan.

"Jadi lo liat waktu si flora ngasih gue sandwich. Ternyata lo merhatiin gue diem-diem ya," Raisa tertegun di tempat. Semburat merah langsung tercetak di pipinya hingga membuat Khrisna gemas ingin mencubit pipi berisi Raisa.

"Ciee... ada cewek ganas yang lagi blushing ni," Raisa langsung menakup pipinya dengan kedua telapak tangannya sambil menggelengkan kepalanya dengan cepat dengan satu harapan yaitu supaya semburat merah di pipinya lenyap. Sikap yang di buat Raisa justru membuat Khrisna makin gemas.

Kalo pacar, udah gue cium tu pipi, batin Khrisna.

"Ngapain lo geleng-geleng kepala?" Saat itu juga pergerakan Raisa terhenti namun kedua tangannya masih menempel pada ke dua pipinya. Iya ya, ngapain gue geleng-geleng kepala?, Raisa memasang tampang begoknya. Namun, cepat-cepat ia kembali mengubah air wajahnya. "Itu... ah, lupain aja," Raisa malu setengah mati sementara Khrisna hanya terkekeh.

Khrisna lalu membalikan badannya dan kembali menduduki kursi halte yang sebelumnya sempat ia duduki. Tangan cowok itu merogoh plastik yang ada di sampingnya dan mengeluarkan soft drink dan sedetik kemudian minuman dingin tersebut melayang ke arah Raisa. "Tangkep," Raisa reflek menangkap minuman tersebut dan kepalanya kembali mendongkak.

"Ini apaan?" Khrisna yang sebelumnya meminum minumannya pun langsung berhenti dan menatap jengkel ke arah Raisa. "Anak TK juga tau kalo itu minuman," Raisa memaki dirinya karna pertanyaan bodoh yang baru saja ia utarakan. Kok lo begok banget sih Sa?, gerutu Raisa dalam benaknya.

"Lo harus hati-hati sama Flora," ucap Khrisna setelah meneguk minumannya. Pandangan cowok itu menatap lurus ke arah jalan yang sedang di padati oleh kendaraan. "Emangnya kenapa? Gue gak takut kok sama dia," Khrisna lalu menoleh kearah Raisa seraya membuang kaleng minumannya ke tempat sampah yang berada tak jauh darinya.

"Gue tau lo gak takut sama tu nenek lampir, cuma dia itu gak punya otak. Dia bisa lakuin sesuatu yang buruk ke elo," Raisa bergeming di tempat. Khrisna lalu bangkit dari posisinya dan berjalan ke arah motor besarnya.

Bad Boy And Ice GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang