Chapter 19

2.1K 110 36
                                    

Raisa dan Dika lalu menoleh ke sumber suara, tepatnya ke arah ambang pintu. Di sana terlihat Khrisna yang sedang berdiri tegak dengan membawa tas ransel berwarna merah di tangannya, dan ransel itu milik Raisa.

Khrisna lalu melangkah lebih dalam dan berhenti tak jauh dari mereka. "Gak. Raisa pulang sama gue." Dika tetap kokoh pada keputusannya. Alis Khrisna sejenak mengernyit bingung dan setelahnya ia lalu menatap Raisa yang juga sedang menatap ke arahnya. "Gue gak butuh pendapat lo." Khrisna menatap sengit ke arah Dika dan di balas tatapan elang oleh cowok itu.

"Oi, kucing garong, cepetan bangun. Kita balik sekarang." Khrisna membalikan tubuhnya dan berjalan ke arah pintu dan berhenti di ambang pintu untuk menunggu Raisa yang masih terdiam di tempat yang sama.

Raisa menatap bingung ke arah punggung Khrisna dan sejurusnya ia kembali menatap Dika yang sedang menahan gejolak emosinya. "Lo--" ucapan Dika terpotong saat tiba-tiba Raisa menyentuh lengan Dika sambil berkata, "kamu pulang duluan aja. Aku balik sama Khrisna," Dika segera menoleh ke arah Raisa dan langsung menampakan wajah bingungnya.

"Gak. Kamu pulang sama aku aja. Biar lebih aman," di balik punggungnya Khrisna langsung berdecak kesal dengan perkataan Dika yang sedikit menyinggung dirinya. Dikiranya gue tukang begal apa, yang gak aman, Khrisna membatin dengan kesal dan jengkel.

"Cih, sok perhatian. Sampe mau muntah gue dengernya," Khrisna menceletuk tiba-tiba dengan nada kesal. Raisa yang mendengarnya mendengus kesal dan berusaha kembali menganggap jika disini tidak ada kehadiran sosok Khrisna.

"Aku bakal baik-baik aja. Sana pulang, Mama kamu pasti dah nungguin kamu di rumah," Dika mendesah pasrah. "Yaudah, kamu hati-hati ya. Kalo dia macem-macem, tendang aja anu-nya, biar kapok." Khrisna yang mendengarnya langsung mendelik seram, sialan, gerutunya membatin.

Raisa hanya merespon dengan kekehan kecil sebelum akhirnya kedua tangannya menjulur mendorong pelan lengan Dika, menyuruhnya untuk segera beranjak pulang ke rumah. "Udah sana balik." Dika tersenyum sesaat sebelum ia menunduk meraih tasnya yang ia letakan di lantai.

"Yaudah, aku pulang duluan ya," Raisa segera menganggukkan kepalanya beberapa kali dengan semangat, "iya, hati-hati di jalan ya..." lagi-lagi perlakuan kecil yang dilakukan Raisa mampu membuat senyum manis terukir di wajah tampan Dika, cowok itu lalu mengangkat tangan kanannya dan mendaratkannya di puncak kepala Raisa.

"Ok sayang," Dika tersenyum manis sambil mengacak ringan rambut Raisa membuat cewek itu cemberut sesaat dan kemudian langsung nyengir lebar.

Dika dan Raisa sibuk melontarkan senyum manis mereka, sementara Khrisna justru mematung di tempat setelah mendengar kata sayang keluar dari bibir Dika. Sayang?, batin Khrisna bertanya. Cowok itu langsung tenggelam ke dasar lautan yang di penuhi seribu satu pertanyaan yang memenuhinya.

Hayud dalam satu kata, namun berjuta arti yang di lontarkan Dika yaitu kata sayang. Kata yang seakan langsung menghentikan seluruh aktivitas kerja otaknya. Membuat kesadarannya seakan berpencar kemana-mana.

Sebuah senggolan kasar yang bersentuhan dengan lengannya membuat seluruh kesadaran cowok itu kembali ke raganya. Kelopak mata cowok itu mengerjap beberapa kali dan di lihatnya Dika yang berada di depannya dengan memunggunginya.

"Mulai detik ini juga, jangan pernah ganggu Raisa," Dika lalu berbalik badan dan menatap tajam Khrisna tepat pada bola matanya, "kalo lo gak mau cari masalah sama gue." Lanjut Dika dengan memancarkan tatapan permusuhannya. Khrisna membalas tatapan Dika dengan tatapan elangnya dan kemudian ia terkekeh meledek.

"Emang lo siapanya Raisa?"

Ucapan Khrisna bagaikan sengatan listrik yang langsung menyengat hati Dika. Rahang cowok itu mengeras dan tangannya terkepal dengan kuat. "Gue emang bukan siapa-siapanya Raisa, tapi gue sebagai sahabatnya gak terima liat dia nangis cuma karna perbuatan murahan lo."

Bad Boy And Ice GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang