Chapter 9

4K 209 22
                                    

"Eh ayam ayam ayam!" Tatapan mata mereka terputus karna mendengar latahan dari Bibi tutik, ternyata wanita paruh baya itu tiba-tiba kakinya keseleo jadinya ia kaget sendiri. Raisa mendengus, lalu berlalu pergi meninggalkan keduanya.

Saat cewek itu melewati meja makan, sapaan hangat dari Rosa membuat Raisa berhenti sesaat dan tidak lupa membalas sapaan itu. "Ini hari pertama kamu sekolah kan Raisa?" Tanya Rosa setelah meletakan pisau makan dan garpu di sisi piring. Raisa tersenyum lebar mendengar itu.

"Iya nyonya, saya seneng banget hari ini. Saya sangat berterima kasih sama nyonya," Rosa yang mendengar itu jadinya malu-malu kucing sendiri, "akhh, Raisa bisa aja. Tante cuma bantu dikit aja kok," di tengah percakapan itu Khrisna datang lalu menarik kursi dan mendudukinya. Cowok itu mendongak, sengaja menatap mata Raisa langsung. Dan Raisa ngeri di tatap seperti itu.

"Yaudah, saya berangkat dulu ya nyonya," Raisa segera berlalu, lagipula ini hari pertamanya jadi ia tidak telat. Setelah Raisa menghilang dari balik pintu, Khrisna menghabiskan sarapannya.

"Ah iya, mama keinget sesuatu," bola mata Khrisna naik menatap mamanya dan ia langsung tersentak kaget saat melihat mamanya menyodongkan pisau kearahnya. "Kan Raisa masih anak baru, jadi kalo Raisa kebelet pipis anterin dia ke WC-ya. Kan dia gak tau tempatnya," ucap mamanya polos.

Mendengar itu, Khrisna langsung tersedak roti sampai ia batuk-batuk. "Apaan sih ma,"

••••

Suara langkah kaki terdengar dimana-mana, orang-orang dengan seragam yang sama berjalan di sepanjang koridor dan Raisa terjebak di tengah-tengah mereka. Cewek itu sudak seperti anak ayam kehilangan induknya. Beberapa kali ia mencoba memanggil seseorang untuk bertanya dimana ruang guru, tapi tidak ada yang menanggapinya. Semuanya udah kayak presiden. Serba sibuk.

Raisa duduk di kursi pinggir koridor, ia lelah. Belum dua jam ia disini dan sekarang ia sudah kewalahan dengan sekolah barunya. Raisa menyentak-entakan sepatunya dengan kramik, kembali mendongak menatap sekeliling dengan bibir yang manyun.

Suara kasak-kusuk dari sampingnya membuat Raisa menoleh, dibsana ada seorang cewek berambut sebahu yang sedang menggali dalam tasnya. Dan cewek di sampingnya itu juga terlihat sedang sok sibuk seperti orang-orang lainnya.

Dengan harapan yang minim Raisa menggeser tubuhnya mendekat ke cewek itu lalu berucap pelan, "mmm, permisi," cewek berambut sebahu itu menghentikan kegiatannya, lalu mendongak dan menatap bingung Raisa.

Entah kenapa Raisa mendadak jadi kikuk, "mmm anu, gue boleh nanya?" Dan cewek itu mengangguk dengan ragu, "i-itu, gue gak tau dimana ruang gurunya, lo bisa anterin gue kesana?" beberapa detik terasa menyeramkan bagi Raisa karena cewek di sampingnya itu tidak merespon, hanya menatapnya dengan wajah yang.... Entahlah Raisa sendiri tidak bisa menebak.

Terbitnya senyuman di wajah cewek berambut sebahu itu entah kenapa membuat Raisa lega, "lo anak baru?" kata sambutan yang tak buruk. Raisa tersenyum hangat meresponsnya. "Hehe, iya. Emang keliatan banget ya?"

Raisa cengengesan, dan cewek berkacamata itu terkekeh lalu berdiri. "Ayo, gue anter ke ruang guru," ucapnya sambil membenarkan posisi tasnya. Raisa tidak ingat kapan ia bisa sebahagia ini, mungkin karena tadi ia merasa seperti tersesat di gurun sahara dan tiba-tiba menemukan si penyelematan yang akan membawanya ke lautan susu.

Oke lupakan itu karena mereka sekarang sudah berjalan berdampingan di tengah koridor. Dan Raisa sekarang gak bakal tersesat lagi karena ia sudah punya GPS hidup.

Langkah mereka terhenti saat sudah sampai di tempat tujuan. Raisa menatap si kacamata dengan binar cerah dimatanya. "Sumpah, makasi banget. Gue gak tau kalo gak ada lo gue bisa mental dimana," lagi-lagi si kacamata terkekeh dengan cara yang imut, lalu ia melambaikan ringan tangannya di udara. "Daa, gue harus ke kelas, bentar lagi bel,"

Setelah perbincangan kecil itu berakhir Raisa lalu memutar badannya, dan menatap pintu ruang guru dengan perasaan campur aduk. Tangannya perlahan bergerak menuju handle pintu lalu mendorong pelan pintu itu sambil membatin, oke, akhirnya.

••••

Tidak semua kelas IPA itu penghuninya bermuka kaku, dengan otak yang isinya hanya rumus-rumus fisika yang memusingkan. Contohnya kelas yang Khrisna huni ini, hampir seluruh anggotanya ikut meramaikan suasana kelas, hingga bisingnya sampai membuat guru kelas sebelah pijit-pijit dahi mendengarnya.

Khrisna sedang melipat-lipat kertas hasil nyolong dari buku temen hingga bentuk akhirnya menyerupai pesawat. Ia membawa pesawat kertas itu mendekati mulutnya, lalu ia meniup ekor pesawat itu. Entah untuk apa. Lalu tanpa menunggu lagi ia meluncurkan pesawatnya itu. "Yuhuuu, pesawat gue terbangggg," seru Khrisna melihat pesawatnya itu awet di udara.

Semua temannya juga asik bersenang-senang, kecuali Randi, ia memilih main mobile legend. Pesawat kertas Khrisna terus terbang dengan gagah di udara lalu tanpa di duga pesawatnya tiba-tiba jatuh. Dan parahnya lagi jatuh tepat di depan sepatu pantofel milik Buk Dewi. Ah, tempat mendarat yang sempurna.

Kelas tambah ricuh karena semua murid berhamburan menuju bangku masing-masing dan jangan tanyakan Khrisna, cowok itu sudah bersembunyi di bawah meja. Buk Dewi memungut pesawat kertas itu lalu berjalan menuju depan kelas. Orang yang bersama Buk Dewi mengundang tanda tanya dari penghuni kelas.

Tangan Buk Dewi yang memegang pesawat terangkat tinggi di udara. Dan suasana seketika menjadi horor saat melihat tatapan tajam dari guru tersebut. "Siapa yang membuat mainan ini?" senyap. Tidak ada sedikitpun suara. "JAWAB!!!"

Jantung terasa mau copot mendengar teriakan merdu itu.
Tapi anggota kelas masih tidak punya nyali untuk menjawab pertanyaan guru itu. Lagipula tidak ada yang menyadari siapa yang membuat pesawat itu. Si tersangka masih anteng bersembunyi di bawah meja hingga sesuatu menarik bajunya dan membuatnya keluar dari tempat persembunyiannya. "Khrisna Buk pelakunya,"

Randi anjeeengggg!!!

Semua mata menatap kearah Khrisna, termasuk orang yang berada di depan kelas itu. Dan disaat tatapan mata mereka bertemu, keduanya sama-sama tercengang dan membatin, sialan.

••••

Ketika bel istirahat berdering, sebagian besar penghuni kelas menuju kantin, sementara Raisa ia masih berada di tempatnya sambil memaki-maki hari ini. Dia tidak mengerti mengapa dari semua kelas yang ada di sekolah besar ini mengapa ia harus satu kelas dengan Khrisna. Tepukan di bahunya membuat Raisa tersadar lalu menoleh ke sebelahnya.

"Lo gak ke kantin?" tanya teman duduk Raisa yang ternyata adalah si kacamata. Setelah melalui perkenalan singkat, akhirnya Raisa tau jika namanya adalah Rina. Huffft, Raisa bersyukur karena teman duduknya adalah cewek itu. "Lo mau ke kantin? Gue sih ikut-ikut aja,"

"Yaudah yuk,"

Bad Boy And Ice GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang