Chapter 8

3.9K 196 14
                                    

Langit-langit kamar yang berwarna putih menjadi objek yang Raisa yang pandang sedari tadi. TV yang berkoar-koar pun di abaikan cewek itu. Hal yang baru saja di sampaikan ibunya berefek dahsyat pada otak Raisa, karena sampai saat ini cewek itu masih tak menyangka jika dirinya akan sekolah di sekolah yang cukup berkelas.

Raisa tidak tau harus bersyukur atau mengumpat saat ini karena hal lain yang Raisa tau yaitu Khrisna, cowok yang sedang ia mati-matian jauhi itu juga sekolah di sekolah yang sama. Tentu saja, cowok seperti Khrisna yang Ibunya seorang pengusaha kaya pasti akan bersekolah di sekolah bergengsi tersebut. Hal ini Raisa ketahui lewat seragam sekolah Khrisna yang sempat ia lihat jemur di halaman belakang.

Helaan nafas keluar dan diikuti gerakan tubuh Raisa yang membalikan badannya hingga posisinya dapat membuat wajahnya tenggelam dalam bantal. "Aaaa! Bodo amat! Yang penting gue bisa sekolaaahhh!"

Ya, karena itu yang Raisa butuhkan saat ini.

***

Mentari bersinar anggun di langit, tapi tidak terlalu terik hingga membuat Raisa tanpa ragu berdiri dibawahnya sambil memegang selang untuk menyiram tanaman kecil depan rumah. Senandung kecil terdengar samar dari cewek itu.

Satu tepukan ringan yang jatuh di bahu Raisa membuat cewek itu menoleh dan mendapati Bibi tutik sedang berdiri di belakangnya. "Eh, kenapa Bi?" Tanya Raisa setelah meletakan selang ke rumput. "Bibi mau minta tolong. Tolong ambilin baju kotor den Khrisna ya Sa, di kamarnya tuh lantai dua,"

"Ha?" Reflek Raisa melongo. Ke kamar Khrisna? Yang benar saja. Yang ada Raisa sama dengan nyari mati.

"Lah kenapa? Gapapa kok. Den Khrisna kan lagi sekolah jam segini," Raisa memutar kembali otaknya, benar juga ya, jam sembilan gini Khrisna biasanya lagi stay di sekolah. Raisa menunjukkan cengirannya, lalu berseru, "siap grak komandan," dan tanpa ragu Raisa menginjakan kakinya menuju lantai dua.

Meloncat kecil pada anak tangga karena cukup girang juga hatinya karena jarang-jarang dia bisa menjelajahi isi di lantai dua. Setelah menemukan pintu yang menurutnya kamar milik si cecunguk Khrisna, tanpa ragu Raisa membukanya dan mendorongnya dengan semangat dan...... JRENGGGGG.

Kosong.

Seperti yang Raisa kira.

Diam-diam Raisa mendesah lega, lalu matanya tak bisa berhenti mengamati apa yang ada di dalam ruangan kotak tersebut. Kasur yang berantakan, selimut jatuh ke lantai dan bantal berserakan sana sini. Dan seharusnya Raisa tidak sekaget itu karena ia tau ini kamar milik seorang Khrisna, yang di lihat kemanapun gak ada rapi-rapinya. Modalnya cuma tampang doang. "Ni anak tidur apa ngamuk sih?" heran Raisa.

Pemandangan gak enak di pandang itu membuat tangan Raisa gatal ingin mengambil selimut yang berserakan di lantai dan melipatnya dengan rapi. Raisa juga mengatur rapi posisi bantal.

CEKLEK

Suara gagang pintu terdengar, di ikuti sepasang kaki keluar dari kamar mandi. Ah, soal Raisa ia bahkan tidak menyadari suara langkah kaki yang berjalan keluar dari kamar mandi saking seriusnya mengamati gambar domba-domba lucu yang menjadi kartun anak-anak di bed cover yang baru saja tadi ia lipat. "Ini kan kartunnn..... "

"Elo ngapain di kamar gue?!"

Teriakan itu menyadarkan Raisa, ia segera mendongak dan terbelalak melihat Khrisna berdiri di seberang kasur. Bola mata Raisa tanpa sadar turun mengamati tubuh Khrisna dan reflek Raisa memekik "AAAAAA!"

Bad Boy And Ice GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang