Chapter 3

6.1K 277 18
                                    

Terik sinar matahari menyengat kulit Raisa yang berada di bawah sinarnya, dengan cepat cewek itu masuk ke dalam rumahnya sambil memainkan kerah bajunya untuk menghasilkan sedikit angin untuk menghilangkan rasa gerahnya. Raisa masuk ruang tengah dan mendapati Ibunya sedang berbicara dengan seseorang melalui telpon.

Langkah kaki cewek itu bergerak menuju dapur dan mengambil air untuk diminum. Setelah mencuci gelasnya Raisa kembali ke ruang tengah untuk menghampiri Ibunya. Jari Raisa menggenggam erat celananya dan batinnya berdebat hebat antara memberitahu Ibunya jika dia sudah di pecat atau memilih untuk diam dan bersikap seakan semuanya baik-baik saja.

Gak, gue harus kasi tau yang sebenarnya, batin Raisa.

Kaki cewek itu mendekati Ibunya yang sudah selesai bercakap lewat telpon dan Raisa di kejutkan karena Ibunya tiba-tiba berbalik badan menghadapnya. Raisa menyentuh dadanya dan menatap kesal Ibunya. "Ih, Ibu bikin aku kaget tau,"

Ibunya hanya terkekeh sebelum tiba-tiba ia memeluk erat Raisa sambil menggoyang-goyangkan badannya ke kanan dan kiri. "Ibu dapet kerjaan Sa. Dapet kerjaan," Raisa yang awalnya kaget langsung senang mendengar kabar baik dari Ibunya. Ia membalas pelukan Ibunya sambil berseru, "yeee, Ibu dapet kerjaan!!"

Raisa lalu melepaskan pelukannya lalu memegang kedua bahu Ibu dengan mata penuh binar. "Kerjanya apa Bu?" Senyum Ibunya mengembang indah di mata Raisa dan itu membuat Raisa makin senang sekaligus penasaran. "Jadi pembantu, tapi gajinya lumayan. Mulai besok Ibu bisa kerja disana dan nanti malem kamu beresin barang-barang kamu ya. Kita akan tinggal disana selama Ibu kerja,"

Senyum Raisa perlahan memudar, bagaimana pun juga ia harus memberi kabar buruk pada Ibunya soal dia yang baru saja di pecat. "Bu, Raisa di pecat," ucap Raisa dalam satu tarikan nafas. Ibunya sempat kaget namun ia menutupi rasa kagetnya di balik senyum hangatnya. "Ya udah gak pa-pa. Kamu udah lama kerja buat Ibu. Sekarang biar Ibu yang kerja,"

Raisa mengangguk pelan lalu kembali memeluk Ibunya sambil berguman, "maaf," Ibunya hanya tersenyum sambil mengusap-usap punggung Raisa. "Iya, gak pa-pa,"

*****

Jam sudah menunjuk pukul enam dan Khrisna dan teman lainnya masih nangkring di rumah Leo. Mereka sekarang sedang duduk di pinggir kolam dengan kesibukan masing-masing. Randi dan Khrisna yang sibuk dengan ponselnya. Leo sibuk dengan snack singkongnya, dan Ali yang sibuk menghitung berapa banyak nyamuk yang sudah menggigitnya.

Ali menapok pipi kanannya karena merasakan kehadiran nyamuk di pipinya. Ia lalu melihat telapak tangannya yang ia pakai untuk menampar pipinya dan disana ada mayat nyamuk yang sudah penyet. "Ini udah ke lima puluh kalinya nyamuk nyium pipi gue. Gue tau gue kece, tapi gak gini juga caranya," keluh Ali dramatis.

Randi menatap sinis Ali, seakan Ali adalah secuil upil yang sangat mengganggu, "bodo amat,"

Ali meringis melihat tatapan Randi, lalu ia menatap teman lainnya, "gue butuh mandi, guys!" Dan tidak ada yang peduli dengan rengekan Ali bahkan mereka tak melirik sedikitpun cowok itu.

Ali lalu menatap Leo yabg sedang asik mengunyah keripik singkongnya, "Yo, mandi bareng kuy?" Ucap Ali polos seakan ia bilang main bareng kuy?

Leo yang mendengar ucapan ngawur temannya tiba-tiba tersedak, ia lalu menatap horor Ali yang cengengesan. "Najis. Mati sono," Ali lalu tertawa melihat tatapan Leo.

Bad Boy And Ice GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang