Chapter 21

2.2K 102 19
                                    

Maaf sudah membuat kalian jamuran lumutan karena nunggu cerita ini, sebenarnya aku sengaja sih :v hihi

Dan aku berterima Kasih banget sama pembaca Setia cerita ini,aku sayang kalian semua :***

Happy reading ^^

••••

Raisa sekarang sudah sembuh dan dapat kembali menjalankan aktifitasnya. Saat ini Raisa sedang berjalan menuju kelasnya. Raisa menoleh ke kanan dan ke kiri saat menyadari dirinya telah menjadi pusat perhatian penghuni koridor. Di setiap langkahnya selalu saja ada orang-orang yang menatap sinis ke arahnya bahkan ada yang berbisik-bisik dengan nada tajam saat dirinya berjalan melewati orang-orang itu.

Mereka kenapa sih ngeliatin gue kayak gitu?, Raisa membatin. Cewek itu lalu menunduk melihat penampilannya dari ujung kaki sampai puncak kepalanya. Dan Raisa sadar bahwa penampilannya normal-normal saja, tidak ada yang aneh maupun mencolok.

Raisa lalu mengangkat sesaat pundaknya, bertanda tidak peduli terhadap semua tatapan tajam itu. Mungkin gue terlalu cantik, makanya di liatin mulu, batin Raisa ber-positif thingking.

Sesampainya di kelas, ia kembali bertemu dengan mata tajam itu. Semua cewek di kelas mulai berbisik ria dan menatap sinis sesaat ke arah Raisa. Raisa lagi-lagi di buat bingung dengan situasi yang ia alami. Baru masuk sekolah, eh, udah banyak aja fans gue, lagi-lagi Raisa ber-positif thinking.

Sesampainya Raisa di bangkunya, ia melihat Rina yang sibuk dengan ponselnya. "Sibuk amat neng, ngeliatin apaan sih?" Raisa menceletuk sambil mencongdongkan tubuhnya ke arah ponsel Rina. Rina yang kaget reflek bergerak menjauh dari Raisa. "Eh, Raisa, lo udah boleh sekolah?" Raisa lalu membenarkan posisinya dan duduk manis di kursinya.

"Ya iyalah, kalo gak, ngapain gue di sini coba," Rina hanya nyengir polos. "Hari ini aneh banget tau," Raisa membuka obrolan membuat Rina langsung meletakan ponselnya di kolong meja. "Aneh kenapa?" tanya Rina sambil duduk menghadap Raisa.

"Ya aneh aja. Masak tadi di koridor gue terus di liatin gak jelas, padahal gak ada yang aneh sama penampilan gue. Terus ada yang bisik-bisik juga, gue jadi bingung sendiri ngeliat semua itu," Rina mendengar semua penuturan Raisa dengan jelas. Ia telah mengetahui semua jawaban atas pertanyaan yang melayang-layang di otak Raisa.

Ia menghela nafas sesaat sebelum kembali menatap Raisa dengan perubahan manik mata yang sangat kentara. "Mereka semua gak suka sama lo. Bahkan, kayaknya mereka benci sama lo," di kening Raisa terukir sebuah kernyitan, bertanda ada tanda tanya yang telah memasuki ruang otaknya.

"Maksud lo apa? Kenapa mereka benci sama gue? Gue, kan gak pernah nyari masalah sama mereka," ada jeda cukup lama diantara percakapan mereka, sebelum Rina kembali membuka suara, menjawab pertanyaan Raisa. "Mereka semua gak suka ngeliat Khrisna ngegendong lo waktu lo pingsan,"

Raisa seketika tertegun saat mengetahui satu fakta bahwa yang membawanya ke UKS saat ia pingsan bukanlah Dika, melainkan Khrisna, cowok yang beberapa kali menyelinap masuk ke sudut pikiran Raisa hingga membuat cewek itu kehilangan konsentrasinya.

"Khrisna, gendong gue?" Ucap Raisa tanpa sadar. "Iya. Apa lo tau, semenjak lo gak sekolah itu, lo tu di jadiin bahan gosipan cewek-cewek tukang rumpi di sekolah,"

"Terus gue harus gimana?"

Sebuah ide ajaib muncul di kepala Rina. Ia lalu tersenyum cengengesan. "Lo nyamar aja, biar semua orang gak kenal sama lo dan gak ngomongin lo lagi," Raisa mendongkak dan menatap Rina dengan wajah tak terbaca. Tiba-tiba Raisa memukul meja dengan satu tangannya dan spontan membuat Rina terlonjak kaget. "Lo bener juga Rin. Sumpah, ide lo keren banget," seru Raisa.

Bad Boy And Ice GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang