ch 1

9.1K 478 4
                                    

Aruna

"huffh..." kuperhatikan antrian pendaftaran ulang mahasiswa baru yang mengular itu. padahal aku sudah berusaha datang sepagi mungkin, tapi rupanya perkiraanku meleset. semua orang berpikiran sama denganku, dan hasilnya seperti ini. setelah kucoba hitung masih ada 76 mahasiswa baru yang antri didepanku. untung saja mama selalu membiasakanku sarapan setiap pagi, jadi gak perlu takut pingsan karena kelaparan.

aku saat ini melepas semua atribut kekayaan mama dan ayah. aku ingin dikenal sebagai Aruna 'biasa'. setelah mama menikah lagi dengan ayah, kehidupanku jauh melebihi cukup, atau boleh dibilang mewah luar biasa. tapi meski begitu, mereka berdua selalu mengajarkanku untuk murah hati dan rendah hati.

keputusanku untuk menjauh dari kemewahan bukan serta merta karena tanpa alasan. sewaktu kelulusan di SMA, aku mendengar salah seorang sahabatku bicara

"ah Aruna itu kan enak, anak orang kaya, mau apapun, sekolah dimanapun, bahkan gak sekolahpun dia sih bakal tetep kaya."

sejak saat itulah aku menolak tawaran ayah untuk kuliah ke luar negeri. sama seperti anak sekolah yang lain, akhirnya kuputuskan untuk ikut SBM PTN di universitas negeri di Bandung. aku tidak ingin orang lain menilaiku sebagai anak orang kaya. dan disinilah aku saat ini. menyembunyikan identitasku sebagai anak konglomerat. kostanku bukan kostan mewah, yang penting dekat dengan kampus. tidak ada mobil, ataupun motor, tidak mini cooper hadiah ulang tahun ke 17 kutinggalkan di rumah. ke kampus aku biasanya jalan kaki, cukup dekat, sekitar 500m dari kost. awalnya memang berat, tapi tekadku sudah bulat. aku pasti bisa.

"hei.. kamu jurusan apa?"
pundakku dicolek oleh seseorang yang antri di belakangku.

"manajemen." jawabku singkat.

"kenalin, aku Arin. jurusan Akuntansi."

akhirnya aku menoleh ke belakang tidak enak menolak uluran tangan dari seseorang.

"Aruna."

saat berjabat tangan, ku perhatikan gadis itu. senyumnya manis. rambutnya sebahu. tingginya 10cm dibawahku. gadis pertama yg kukenal di bandung.

"satu fakultas dong kita." ujarnya ceria. dan aku tersenyum canggung sambil mengiyakan pernyataannya.

"eh, aku nitip antrian boleh? mau ke toilet bentar."

belum sempat menjawap, Arin menyodorkan map plastik transparan berisi berkas pendaftarannya.

----

itulah awal pertemuanku dengan Arin. kami bersahabat dan cukup dekat denganku. tiga setengah tahun berlalu, aku baru saja selesai sidang S1 dan dinyatakan lulus dengan IPK 3,84. rencananya aku akan kembali ke bogor dan membicarakan rencana kuliah S2 ku di luar negeri.

bagaimana hubunganku dengan Arin? sejujurnya semakin sering aku bertemu dengan Arin, sebenarnya aku semakin menyukainya. Arin masih mengenalku sebagai Aruna anak kuliahan yang cuma gaul sama buku.

ya, aku nyaris tidak pernah berhubungan dengan wanita, kecuali Arin. gak pernah keluyuran, gak pernah nonton, gak pernah kongkow, atau apalah itu. aku benar-benar memastikan diriku sebagai mahasiswa.

Arin tak pernah menganggapku lebih dari teman. aku hanya hadir dalam hidupnya sebagai teman belajar, teman curhat, teman ngerjain skripsi, dan bahkan sebagai teman pelarian. aku tak lagi berhubungan dengannya sejak kejadian itu. harga diriku sebagai laki-laki menolak untuk diperlakukan seperti itu.

---
flashback

"Runa, please... izinin gw nginep disini malem ini aja."

antara ragu dan bingung, akhirnya aku izinkan Arin masuk. jam dindingku menunjukkan pukul 2 dini hari. ada bau rokok dan alkohol menyengat dari nafas dan bajunya.

"loe abis dari mana rin? koq bau begini?mabok loe ya! " tanyaku sambil menyerahkan segelas air putih padanya.

"abis main sama Joe, anak kedokteran." jawabnya singkat

"lah sekarang si Joe mana? kenapa loe pulang sendirian?" tanyaku lagi

" brengsek itu si Joe, dia malah kecantol cewek diparkiran dan gak tau deh kemana. thanks ya.. " dia menyodorkan gelas yang sudah kosong.

" Runa,, loe jujur sama gue. lihat gue baik2. sebenernya gue kurang cantik apa? kurang seksi apa? koq dia bisa-bisanya ninggalin gue begitu aja."

tiba-tiba Arin memegang pundakku agar tubuhku menghadap padanya.
ku perhatikan penampilannya hari ini. rok hitam mini yang cuma nyangkut di paha. kaos polos berwarna merah yang cuma ditutupin kulitnya tapi justru menutupi lekukan tubuhnya. rambutnya yang hitam sebahu dikuncir asal menunjukkan betapa putih dan mulus lehernya. sebagai seorang lelaki normal siapa juga yang tidak menelan ludah menatap pemandangan seperti itu.

"kamu cantik." jawabku singkat sambil melepas genggaman tangannya dipundakku. aku mencoba mengalihkan perhatianku dari Arin.

namun, susah payah aku menahan diri. Arin malah menarik lenganku dan,,, menciumku. awalnya dia menciumku perlahan, namun terasa begitu intim, lama-lama berubah menjadi panas dan penuh gairah. aku yang terbawa suasana mencoba mengimbangi permainannya. jujur saja ini ciuman pertamaku, aku tidak tahu harus bagaimana.

awalnya hanya sebatas ciuman, namun tiba-tiba tangan Arin mulai bergerilya. shit!! gw gak bisa lagi menahan diri. hampir saja aku kebablasan kalau saja saat itu Arin tiba-tiba berbisik ditelingaku.

"Joe, Please Joe! gw pengen Loe! gw sayang bgt sama Loe Joe!!"

seketika aku langsung melepaskan ciuman dan tangan Arin.

"Rin, loe mabok. mending loe tidur aja disitu. gw tidur di depan aja."

Arin hanya menunduk lalu langsung menghampiri tempat tidurku. aku beranjak keluar, menutup pintu kamar. lantas mencoba tidur di sofa ruang tv. aku malas memikirkan kejadian tadi. lelaki mana yang tidak sakot hati ketika sedang bercumbu dengan seorang wanita, wanita itu justru malah membayangkan dan menyebut nama lelaki lain.

aku terbangun keesokan harinya menemukan kamar yang sudah kosong. ini hari terakhirku disini. ku putuskan untuk meninggalkan kota ini secepatnya. hari ini juga.

---

Awalnya setelah lulus kuliah aku ingin melanjutkan sekolah S2 keluar negeri, namun Ayah justru memintaku membantu mengurus hotel miliknya di Bandung. sebenarnya aku ingin menolak, tapi ayah juga memintaku agar menemani Atalya yang bulan depan mulai kuliah di Bandung. ayah bilang, adikku yang satu itu lebih nurut sama kakaknya daripada ortunya. selain itu, ayah khawatir jika Atalya terkena pergaulan bebas di bandung, jadi aku harus benar-benar menjaganya. berbeda denganku.

"Permisi pak.. ini ada data beberapa calon pegawai yang salah satunya akan menjadi asisten pribadi bapak sekaligus membantu saya di bagian sekretaris. mungkin bapak ingin mempelajarinya dulu."

Bu Dian, yang sebelumnya adalah sekretaris Ayah di hotel ini menyodorkan beberapa arsip. dengan sedikit enggan aku membuka arsipnya. padahal ku pikir ini urusan orang HRD, tapi mereka minta aku sendiri yang memilih asisten pribadiku, katanya sih biar cocok.

ku pelajari satu persatu kandidat tersebut. mataku tertuju pada satu berkas pelamar.

Nama : Arinda Putri

satu tahun sudah sejak terakhir kali aku bertemu dengannya. sepertinya kita harus berjumpa lagi.

-----

please vote and comments..! thanks.. mmuach..

ARUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang