ch 4

6.2K 405 2
                                    

"bukan mengulang masa lalu, tapi memulai kembali yang telah berlalu..."

---

Arinda

sudah tiga hari aku tak bertemu Aruna di kantor. sebagai asistennya aku sedikit bodoh, mana bisa seorang asisten pribadi tidak tahu kemana boss nya pergi. selama 3 hari ini aku hanya diminta membatalkan semua janji dan acaranya. tapi dia sama sekali tidak memberitahuku kemana dia pergi.

ini sudah hampir jam makan siang. baru saja aku akan beranjak dari kursiku ketika pintu ruangan Aruna dibuka oleh seorang gadis muda yang cantik. celana jeans dipadukan dengan kemeja bahan flanel ala anak muda zaman sekarang. rambutnya lurus sebahu. tanpa permisi gadis itu duduk di sofa sambil meluruskan kakinya. ok, itu bukan duduk tapi tiduran. sepertinya dia tidak menyadari keberadaanku.

"maaf mba, ini ruangan direksi. mungkin mba salah ruangan." sapaku.

gadis itu terkejut, mungkin dia tidak tahu ada makhluk lain diruangan itu. dia memandangiku dari ujung kepala hingga ujung kaki. risih rasanya diperhatikan seperti itu.

"sorry,, kayanya gue salah denger deh.. suka-suka gue dong mau ngapain disini.. pergi sana!"

damn! sebenernya siapa sih dia. jangan-jangan dia tuh pacarnya Aruna. lah koq bisa pacaran sama bocah abege kayak gini. kan masih banyak perempuan lain yang lebih dewasa dan seumuran. aku misalnya.

"maaf mba. tapi ruangan ini milik pak Aruna. tidak sembarangan orang bisa masuk kesini."

aku sempat berfikir akan memanggil satpam atau menariknya keluar ruangan dengan paksa. kalau saja seseorang tidak muncul dari pintu dan membuat lidahku kelu.

"biarkan dia disini Rin. kamu istirahat saja.. aku akan pergi makan siang dengan Atalya. yuk.."

gadis itu langsung loncat menangkap tangan Aruna, menggandengnya dengan manja. sebelum pergi, gadis itu mengedipkan matanya padaku. kuperhatikan mereka yang berjalan sambil bersenda gurau, melihat Aruna tertawa ringan bersama gadis itu rasanya hatiku terasa panas. siapa dia?

menu makan siang di kantin pegawai serasa hambar. aku masih memikirkan Aruna dan gadis tadi. apa aku mulai menaruh perhatian pada Aruna? ah tidak sepertinya..

"mba, boleh saya duduk disini?"
aku menoleh ke arah sumber suara.
seorang laki-laki berusia akhir 20an, sekitar 5 tahun di atasku. sepertinya aku pernah melihatnya beredar di loby. tidak mungkin kalau dia tamu kan? ini kan kantin pegawai.

"kenalin, aku Rendra. Service Supervisor disini. kamu anak baru ya? di bagian apa?"

" Arinda. Personal Asisten-nya pak pak Aruna. " jawabku singkat sambil menyeruput es jus tomat dihadapanku.

"ehmm.. Aruna ya? dia terlalu muda memimpin hotel ini.eh, itu menurutku ya..jangan bilang-bilang boss mu."

aku hanya tersenyum tanpa berkomentar apa-apa. bagiku orang yang hanya berani bicara di belakang itu adalah pengecut. apalagi membicarakan atasannya sendiri dengan pegawai baru. ku lirik jam tangan sudah pukul 1 siang. saatnya kembali ke kantor.

"aku duluan ya.. " tanpa menunggu jawaban Rendra aku langsung beranjak dari tempat dudukku.

--

"Bu Dian? lagi sibuk?" tanyaku ke Bu Dian yang sedang khusyu menatap layar monitor di hadapannya.

"hei Rin.. gak koq, aku lagi nyortir surat masuk buat Pak Runa aja. kenapa ni tumben mampir ke mejaku?" masih dengan mata menghadap monitor sambil menggerakan kursor kesana kemari.

"hmm mba.. aku mau tanya? mba kenal gadis abege yang tadi keluar sama pak Runa?" tanyaku ragu-ragu

"oh.. Non Atalya?? dia sering koq mengunjungi pak Runa."

deg! ternyata benar dugaanku. akulah yang orang baru, aku hanyalah orang baru yang datang dari masa lalu.

"Ehem.. Ehem! ini jam berapa? saya gak bayar kamu buat ngerumpi, Rin!"

aku terkejut melihat Aruna sudah ada di belakangku. tanpa menunggu komando lagi aku langsung  bergegas ke pantry membuatkannya kopi. Bu Dian pun tampak kikuk dan melanjutkan kembali pekerjaannya.

---

"permisi pak ini kopinya." Aruna masih sibuk membuka-buka file di rak dokumen sebelah mejanya. kopi tadi akhirnya ku simpan di meja kerjanya. tak sengaja aku sedikit mencuri pandang pada handphone yang tergeletak di meja begitu saja.  wallpaper handphonenya ternyata Aruna dan Gadis tadi. tampak tertawa menghadap kamera. pasti gadis tadi sangat spesial di hatinya. ada sedikit sesak di hatiku. apa seperti ini perasaan Aruna dulu jika dia melihatku jalan dengan pacarku? tapi, aku bukan siapa-siapa kan?

"Hei apa yang kamu lihat?!!"
tegur Ata yang lagi-lagi mengagetkanku.

"eh gak pak.. itu, cantik pak.. pacarnya.." jawaku ketakutan sambil bergegas kembali ke mejaku.

wajah Aruna tampak bingung dan langsung mengambil handphonenya.

"ini???" tanya Aruna sambil menunjukkan layar handphonenya ke arahku. membuatku salah tingkah.

"ini Atalya. Adikku. mulai minggu depan dia akan kuliah di bandung."

aku mengangguk dan menghela nafas lega. ternyata hanya adiknya. tidak bukan maksudku begitu. Aruna tersenyum padaku dan malah membuatku salah tingkah.

"Rin, kamu lembur ya hari ini. oia, mungkin kamu harus menyiapkan beberapa baju jika sewaktu-waktu kamu gak bisa pulang karena lembur. sebentar lagi akhir tahun, banyak deadline yang harus diselesaikan."

aku mengangguk mengiyakan. Aruna kembali fokus bekerja, aku menatapnya dari mejaku.  lengan kemejanya sudah digulung sampai siku. tak ada lagi dasi mencengkeram kerahnya. rambutnya sedikit berantakan. matanya terfokus lurus pada macbook miliknya. aku nyaris tak ingin melepaskan pandanganku, andai saja mataku tak sengaja bertemu dengan matanya. aku pun langsung mengerjakan kembali laporan yang diminta Aruna sesegera mungkin.

---

Aruna

aku berhasil memergoki Arin sedang menatapku sambil tersenyum. ada sedikit rasa menang di hatiku. atau mungkin justru perasaan senang. entahlah, masih banyak tanda tanya tentang Arin di pikiranku.

drrrtt.. drrrttt.. telepon dari Mama

"Assalamualaikum Ma.. ada apa?"

"Waalaikumsalam. Runa sayang, kamu minggu ini pulang ya? mama kangen."

"Runa banyak kerjaan ma. salam aja buat semuanya."

"kamu tuh ya kalo udah kerja lupa deh sama mama.. kata Atalya kamu punya asisten cantik ya?"

"et daah.. tuh anak comel banget cerita2 segala.."

"kata Ayah besok kamu harus kesini. mau bahas hotel kamu yang di bandung. ajak aja sekalian asisten kamu."

"ih apaan sih mama. gak ah.. nanti malam aja aaku telepon Ayah.. udah ya Ma.. Aruna sibuk. assalamualaikum."

aku langsung menutup telepon mama. maaf ya ma. aku selalu kesal kalau mama selalu bahas masalah perempuan. ngerti sih. mungkin mama khawatir anaknya gak laku atau apalah karena sampai usiaku 22 tahun aku belum pernah sama sekali membahas masalah pacar dan sejenisnya.

ARUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang