Aruna
aku pulang ke hotel dengan riang. di tas ku ada beberapa berkas pemeriksaan jovan dari panti rehabilitasi yg tadi ku kunjungi. ternyata kejujuran itu memang berarti banyak. Tom mau memberikan beberapa data tentang Jovan setelah kuceritakan kisah cintaku dengan Arinda.
sesampainya di kamar aku langsung menyalakan handphoneku yang lupa aku charge semalam. rupanya ada banyak pesan bbm masuk dan miss called.
Ayah : Runa. Arinda hilang. kamu susah sekali di telepon. skrg Ayah sedang berusaha mencarinya.
aku terkejut membaca pesan ayah. bagaimana bisa.. aku pun bergegas membereskan pakaianku dan checkout dari hotel menuju bandara. secepatnya aku harus kembali ke bogor.
----
Arinda
mataku terbuka perlahan. aku ada di sebuah ruangan seperti kamar dengan nuansa tradisional, banyak aksen kayu dimana-mana. aku mencoba untuk bangun, tapi kepalaku terasa pening yang amat sangat. saat akan memegang kepalaku, aku baru tersadar kalau tangan kananku terikat pada ujung tempat tidur. sedangkan tangan kiriku tersambung ke selang infusan.
dimana aku?
tolooong!!!
aaarrgh.. bagaimana bisa aku teriak kalau ternyata mulutku juga dilakban seperti ini. aku hanya bisa merapalkan beberapa doa yang ku ingat, berharap ini hanyalah mimpi.
kreek..
mataku memandang ke arah pintu kamar yang terbuka oleh seseorang.
Jovan! ngapain dia disini? jangan-jangan Jovan ada dibalik semua ini!dia duduk disamping tempat tidur. tersenyum padaku sambil berusaha menyentuh rambutku. sekuat apapun aku meronta, aku tetaplah tidak berdaya. entah kenapa aku benar-benar tidak bisa bergerak.
"Arinda sayang.. akhirnya kita bertemu lagi.. sabar ya sayang.. sebentar lagi..."
Tok..tok..tok..
dari balik pintu kamar itu datang beberapa orang di antaranya seorang bapak paruh baya yang menggunakan setelan safari khas pegawai negeri. dia didampingi beberapa orang berjaket kulit dan kacamata hitam.
"penghulunya sudah siap boss.."
wait, penghulu? apa maksudnya ini...
"baik pak, kita segerakan saja. saya ingin nikah dulu secara agama. calon istri saya ini sedang sakit parah sampai-sampai tidak bisa bangun dari tempat tidur dan juga tidak bisa bicara sama sekali. saya ingin membahagiakan dia dengan menikahinya dulu pak..."
tidakkk!!! jangan pak! kumohon!!!
aku ingin berteriak, tapi suaraku benar-benar kaku. aku serasa lumpuh, benar2 lumpuh aku hanya bisa menangis dan berurai air mata.
"sabar sayang, kamu pasti bahagia kita akan segera menikah.. akhirnya ya sayang..."
Joe meracau didekatku. aku benar-benar putus asa. aku hanya berharap ada keajaiban Tuhan yang menolongku saat ini.
bapak2 yg disebut penghulu itu menatapku dengan iba. mungkin iya melihat mataku yang tak berhenti mengeluarkan air mata.
"tuan, calon istri anda menangis.."
"oh .. dia hanya bahagia pak.. menangis bahagia..." Jo berkilah.
Yaa Allah.. bolehkah aku memohon tolong pada-Mu... tolong hambaMu ini... Lepaskan aku dari orang2 jahat ini...
sahutan suara petir terdengar memekik telinga. hujan deras mulai semakin mencekam suasana. aku mulai meratapiku nasibku. aku seketika teringat Aruna. apa aku tidak terlalu bersyukur? Aruna sudah terlalu baik padaku dari dulu.. tapi aku selalu saja menyakitinya.. apa ini balasan untukku?
penghulu itu mulai melaksanakan tugasnya, menggenggam tangan Joe.
BRUUUKK!!!!
tiba-tiba saja pintu terbuka..
-----
sorry bgt slow update...
author lg hamil muda, fisik lg drop abis, 4 bulan, bb turun 6 kg..
gak cuma berat badan yg turun, tp ide2 nulis jg jd ogah bermunculan..
hiks.. hikss... :(
maaf ya harap maklum..
doakan author n calon dedek bayi sehat2 selalu... aamiin..makasih...

KAMU SEDANG MEMBACA
ARUNA
ChickLitaku tak pernah mencarinya.. dia datang begitu saja memporakporandakan perasaanku.. sequel kedua dari "A untuk Anakku"