aruna
dia masih sama. masih cantik seperti dulu. kenapa tadi dia menangis ya..
pikiranku benar-benar gak karuan. tak baik kalau ketika kamu sedang kacau lama-lama di kantor. kita lihat saja Arinda, apa kamu akan bertahan atau justru menyerah.
---
"Arin buatin aku kopi!"
perintahku"hmm.. manis atau pahit?"
tanyanya ragu-ragu"cari tahu sendiri apa seleraku!"
Arin bergegas keluar ruangan. aku benar-benar tak bisa bersikap manis padanya. walau saat ini pun Arin sama sekali tidak pernah menganggapku sahabatnya yang dulu. dia benar- benar jadi pendiam, tidak seperti Arin yang dulu, berisik dan hiperaktif.
---
jam kantor sudah menunjukkan pukul 5 sore. sebenarmya sudah saatnya pulang, tapi pekerjaanku masih menumpuk tak karuan. siapa bilang jadi direktur enak, cuma duduk tanda tangan lalu pulang. aku tidak mau menjadi direktur seperti itu. aku benar-benar menjadi auditor bagi kerja karyawan disini.
"Pak, apa saya sudah boleh pulang?" tanya Arin. kuperhatikan penampilannya dari ujung kepala hingga ujung kaki. dia sudah siap untuk pulang membawa tas kerjanya.
damn! she's still pretty!"kamu itu asisten saya. mana mungkin bisa pulang sedangkan saya masih belum selesai kerja."
Arin mengangguk lagi lalu kembali duduk di balik meja kerjanya. ada semburat rasa lelah dan sedih dari raut wajahnya. sebenarnya aku sedikit merasa bersalah, dulu kami begitu dekat, berbagi banyak hal dan cerita, sekarang justru kata-kata yang ada diantara kami hanya sebatas perintah atasan dan bawahan yang penurut.
aku kembali fokus memeriksa berbagai laporan di mejaku. sesekali aku mencuri pandangan ke arah Arin. tak terasa sudah jam 9 malam. badanku rasanya remuk. aku merapikan jasku dan bersiap akan pulang. Arin sepertinya tertidur.
"Rin! bangun! " dengan ragu-ragu ku guncangkan perlahan tubuhnya yang tertidur dengan tangan menelungkup di atas meja. entah kenapa aku merasakan sedikit percikan perasaan di hatiku melihat wajahnya yang tertidur dalam damai.
"hmm..." Arin terbangun seketika dan berdiri saking kagetnya. dia langsung menyambar tasnya.
"boleh pulang ya pak?" tanya nya.
aku mengangguk.
"Terima kasih pak."
aku mengangguk sekali lagi. gilaaa,, berada sedekat ini dengan Arin rupanya membuatku begitu grogi sampai tak mampu berkata-kata.
aku melangkah ke arah parkiran, ku keluarkan mobil sedan Audi terbaruku. belum begitu jauh dari hotel ku perhatikan Arin sedang berjalan di trotoar. ngapain tuh anak udah malem gini pake jalan kaki lagi. apa dia gak bawa mobil? kan ada taksi? aarrggh bukan urusanku.
tapi pikiran, hati, dan ragaku berkata lain. aku malah mengerem mobil mendadak saat sudah sampai di dekatnya. ku buka kaca mobil.
"Arin! masuk!"
perintahku.Arin yang kaget sedikit ketakutan melihatku.
"ayo masuk! aku antar pulang!"
Arin menatapku sejenak. tidak Rin! jangan lihat aku seperti itu. kamu benar-benar bisa membuat perasaanku kacau.
sedikit ragu, Arin masuk ke mobil dan duduk di sebelahku. sebelum dia berubah pikiran aku pastikan pintu sudah terkunci.
"pasang seatbelt nya. tunjukkan jalan ke rumah kamu!" keberadaan Arin didekatku benar2 sudah membuatku degdegan setengah mati. kenapa dia begitu cantik padahal ini sudah larut malam.
Arin sangat hemat bicara, benar-benar bukan Arin yang dulu ku kenal.
"kenapa kamu jalan kaki? emang mobil kamu kemana?"
"aku gak bawa mobil."
"kan bisa naik taksi. udah malem, bahaya."
Arin diam sejenak.
"Arin yang bapak kenal juga berbeda dengan yang sekarang. 180 derajat dari pak Aruna. aku sekarang bukan siapa-siapa. huffh.. gang depan belok kiri pak."
Aku diam mencoba mencerna setiap kata-kata Arin. 180 derajat dari pak Aruna. maksudnya apa?!
tiba di sebuah gang kecil daerah dago atas. kenapa Arin sekarang tinggal disini. bukannya dia itu anak seorang anggota dewan?
"terima kasih pak atas tumpangannya."
aku mengangguk, menatap kepergiannya dari jauh. Arin melewati sebuah gang kecil, lalu hilang dari pandangan karena lampu 5 watt tak cukup terang sampai ujung gang. beragam pertanyaan singgah di kepalaku. Apa yang terjadi dengan Arin setahun ini? aku harus segera mencari tahunya..
![](https://img.wattpad.com/cover/52961136-288-k840623.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ARUNA
ChickLitaku tak pernah mencarinya.. dia datang begitu saja memporakporandakan perasaanku.. sequel kedua dari "A untuk Anakku"