LIE ( Anin )

1.1K 73 1
                                    

drrrttt drrrt

lagi-lagi aku harus terbangun dan memulai aktivitas pagi hari yang sangat menyebalkan. hampir semalaman aku berfikir, berusaha mencari ide terbaru untuk desain interior, dan semuanya GAGAL !!.Seandainya Kirana ada disini, pasti saran darinya sangatlah membantu.

"kamu mau sampai kapan tidur terus ,sayang ?"

aku sangat mengenal suara ini, suara pria yang kelak akan menjadi pendampingku.benar saja dugaanku, saat ini dia tengah berdiri bersandar pada pintu. penampilannya sangat menyegarkan untuk suasana pagi ini, kaos polo hitam dengan celana jeans selutut ditambah potongan rambutnya yang sedikit basah namun rapi.

"kamu kok ada disini ? nggak kerja ? " tanyaku sembari mendekatinya.

diusapnya kepalaku sembari menunjukan dimplenya.

"kamu masih muda aja udah pikun ! inikan hari minggu sayang. emangnya nggak boleh ya aku kesini ? kan mau nengokin calon istriku.hehe"

tawanya selalu terdengar renyah ditelingaku.

" udah deh nggak usah pake bengong,buruan mandi gih ."

"iya deh iya"

,,,,

pagi ini kuputuskan menggunakan pakaian santai alakadarnya. kaos longgar warna peach, dan celana pendek jeans. rambutku hanya kuikat sembarang, ditambah sedikit riasan tipis dan natural diwajahku.

"kamu kok ngeliatin aku gitu sih ?"

"kok tambah kesini dandanan kamu jadi kayak Kiran ya."

"masa sih ? perasaan biasa aja deh."

"iya kok. tapi mau seberantakan apapun gaya kamu, kamu tetep cantik kok"

kulepaskan tangannya yang kini menggandengku kemeja makan.

"kenapa ?"

"jadi maksud kamu dandanan Kiran selama ini berantakan ?"

"kamu kok ngambek sih ? Kiran aja nggak pernah ngambek, kalo aku bercandain gitu."

"itukan dulu Ren,saat dia masih ada disini sama kita. tapi sekarang dia udah nggak ada ! dia ninggalin aku !"

tak terasa sekarang aku terduduk di lantai.air matapun tak luput membanjiri pipiku.

"Kiran akan baik-baik aja"

"tapi dia hilang udah lama. bahkan sampai saat ini nggak ada kabar tentang dia."

"kamu nggak percaya kalo dia nggak akan balik ?"

"aku cuma takut kehilangan dia,Ren"

pelukan Ren semakin lama semakin menguat ,berusaha untuk terus menguatkanku. sudah lama aku terduduk dilantai, hingga tubuhku terasa terangkat.sekarang aku berada di gendongannya kurangkulkan tanganku pada lehernya.

"kalo kamu duduk disitu terus, yang ada kamu sakit."

"aku mau ke taman biasanya. aku kangen Kiran"

"iya, nanti aku antar ke sana"

,,,,,,

"kamu yakin nggak apa-apa kalo harus aku tinggal disini ?"

"iya Ren"

untuk kesekian kalinya aku berusaha meyakinkan padanya. beberapa saat lalu dia mendapat panggilan dari Keenan untuk segera ke kantor mengurus beberapa dokumen. 

"yaudah kalo kamu mau pulang nanti telpon aku ya ? biar nanti kujemput, atau pak Dirman yang jemput"

"iya Ren. kamu bawel banget sih"

untuk sesaat kecupan singkat di keningku mengantarkan kepergiannya. dulu saat masih ada Kirana, kami selalu menyempatkan waktu untuk datang kesini. masalah apapun itu mau ringan atau berat seberapa jauh perjalanan kami kesini, tempat ini sangatlah membantu untuk penghilang stress.

taman ini seperti taman pada umumnya, hanya saja terdapat danau ditengahnya. lalu beberapa meter ke utara dari pintu masuk taman ini terdapat gazebo yang dikelilingi bunga bunga.sepanjang jalan setapak ditaman ini berhiaskan lampu taman dan beberapa keran air. pepohonan yang rindang serta kicauan burung dari sarang buatan di taman ini semakin meningkatkan suasana tenang dan nyaman disini. bukan hanya itu disekeliling taman juga terdapat beberapa kedai makanan yang bervariasai dan tak jauh dari tempat ini, terdapat lapangan dan kolam renang tertutup.

hari semakin sore, tapi belum ada niatan bagiku untuk pergi dari tempat ini. seakan-akan ada sesuatu yang terus menerus memaksaku berdiam diri.

"aku udah bilangkan, aku baik baik aja ,Nan."

seseorang wanita tengah melewatiku sembari bercakap dengan orang diujung telepon. hingga tanpa sengaja dia menjatuhkan sebuah gelang cantik bewarna biru.

"maaf mbak,gelangnya jatuh"

untuk sesat dia berbalik dan menatapku. tatapan kami saling bertemu, ada rasa terkejut dan tidak percaya dengan apa yang kulihat saat ini. dia sempat melangkah mundur beberapa kali, sedangkan aku terus menerus melangkah maju mendekatinya. kutarik tangannya dan kugenggam erat berusaha meyakinkan diriku akan apa yang kulihat.

"Kirana, ini kamu kirana kan ?"

"A..A..A-nin....ka..kamu kok a...da di..sini ?"

belum sempat aku menjawab,aku lebih memilih menangis dihadapannya. kurasakan Kirana memelukku berusaha menenangkanku. 

"kamu selamat. maaf...maaf karna aku nggak bisa jaga kamu. aku selalu aja ngerepotin kamu,seharusnya waktu itu aku nggak ningalin kamu."

"aku baik-baik aja. justru pada kenyataannya aku lebih seneng kamu ninggalin aku. daripada aku harus liat sahabat akau juga ikut terluka."

"apa maksud kamu? terus kenapa kamu nggak pulang?"

"aku minta maaf. Tapi aku belum bisa jelasin. ini juga bagian dari rencanaku,keenan,dan Ren agar bisa ngelindungin kamu. untuk sekarang aku belum bisa pulang, tapi setidaknya aku udah sempet kasih kabar ke papa dan mama untuk nggak khawatir sama aku"

"jadi kamu ngebohongin aku dengan terus menerus menghilang ? kamu taukan aku khawatir? kamu udah kayak saudaraku Kiran. kenapa kamu tega?!"

"aku cuma pengen...."

"cukup Kiran, aku seneng ngeliat kamu selamat, kamu tampak sehat.tapi apapun alasan kamu,aku masih belum terima. permisi"

segera aku berlari meninggalkan tempat itu. bagaimana mungkin sahabatku bahkan yang telah kuanggap sebagai saudaraku justru dengan teganya membohongiku. berbohong tentang hidupnya, nyawanya. bahkan yang tak habis pikir, tunanganku ikut bersekongkol dengan kebohongan.

,,,,,

tok tok tok

untuk kesekian kalinya pintu kamarku kembali diketuk. jujur ada perasaan sedih yang teramat sangat saat melihat Ren terus memohon maaf padaku. tapi aku juga sakit, sakit karena dibohongi.

"anin, sayang..tolong buka pintunya. aku akan jelasin semuanya"

"pergi Ren! kasih waktu buat aku sendiri. "

kami memang sering bertengkar dan itu wajar. tapi belum pernah rasanya aku marah hingga sesakit ini padanya. hingga tak ada sedikitpun keinginan untuk melihat Ren, tunanganku.

"aku pergi ,Nin. besok aku harus pergi ke Paris selama  tiga hari. jaga diri kamu baik baik. aku sayang kamu."

semakin lama suara langkah kakinya semakin menjauh. bahkan tak ada ucapa hati hati dijalan dariku untukknya,untuk keberangkatannya. hanya sebuah kata yang terus menerus kuucapkan setelah mendengar kepergiannya, maaf....maaf ....dan...maaf.



Whispering Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang