Sesampaiku di Kantin, aku langsung memesan Nasi Goreng Kecap favoritku dan Teh Manis Hangat. Aku mempunyai sedikit masalah tenggorokan dan pernafasan. Sehingga membuatku tak cukup berdamai dengan makanan atau minuman dingin.
Setelah 10 menit menunggu,akhirnya pesananku datang. Tak sabar rasanya ingin memakan makanan lezat dihadapanku ini. Sampai pada akhirnya muncul sesosok, ehm aku tak tahu harus menyebutnya apa. Yang pasti Ia telah merusak selera makan ku.
"Hai,Bella. Ketemu lagi ya kita. kayaknya kita jodoh deh. Lo masih inget gue ngga? Itu loh sang penyelamat lo waktu di Taman."
Katanya yang aku tak tahu darimana asalnya sehingga sudah duduk tepat disampingku.
"Dih, penyelamat apaan. Orang Cuma ngasih tissue aja bangga. Tissue doang mah juga bisa gue dapet kali di mang-mang kaki lima." Ucapku enggan menatapnya.
"Oh masih inget rupanya. Ga apa dhe, yang penting lo masih inget sama gue walaupun judes kayak gini. Lo ngapain disini?"
"Mau nyangkul sawah. Ya mau makan lah. Lo ngerusak selera makan gue tau. Kalo lo ngga mau pergi dari sini,biar gue aja yang pergi. Enek gue." Kataku sambil berdiri hendak meninggalkan meja kantin sambil menatap ke piringku yang belum tersentuh sama sekali. Oh nasi gorengku.......
"Eh jangan dong. Nanti kalo lo kelaperan gimana,trus sakit,kan kasihan calor pacar gue. Iya iya gue yang pergi. Makan yang banyak ya,calon pacar." Bisiknya ditelingaku sambil menekankan kata "calon pacar".
Setelah itu Ia pergi sambil terkikik geli. Meninggalkanku yang masih diam tak bergeming. Darahku berdesir cepat. Kenapa rasanya seperti, bahagia? Ah tidak tidak. Mana mungkin aku bahagia mendengar perkataan seorang pria aneh yang jelas-jelas baru kutemui dua kali. Tidak mungkin. Mungkin saja aku hanya terlalu bahagia karena tak jadi meninggalkan nasi goreng kesayanganku. Ya,nasi goreng ku. aku harus segera mengabiskannya.Hampir saja aku lupa bahwa aku mempunyai janji dengan Fanya-sahabatku, untuk membicarakan pergantian wakil untuk kongres organisasi kampusku.
Membutuhkan waktu setengah jam bagiku untuk sampai ke Cafe WestEast tempat janjianku dengan Fanya menggunakan motor matic kesayanganku yang bahkan cicilannya pun belum selesai. Padahal Cafe itu hanya berjarak beberapa ratus meter dari kampusku. Hari ini macet sekali. Mungkin karena hari ini adalah hari senin dan bertepatan dengan jam pulang kantor.
Aku pun segera memarkirkan motorku dan berlari kecil masuk kedalam Cafe tersebut. Pasti aku disemprot lagi sama Fanya. Saat berada di dalam Cafe aku seperti berada di dalam stasiun kereta api. Mengapa tempat ini rame sekali? Kupanjangkan leherku untuk mencari sosok wanita yang sudah bersahabat denganku hampir 5 tahun.
"Nah itu dia!" akhirnya aku menemukan Fanya yang duduk di bagian paling pojok Cafe ini. Segera aku menghampirinya yang sedang asik memainkan smartphone nya itu.
"huh kamu darimana aja sih? Udah sejam lebih tau aku nungguin kamu dari tadi. Ini udah gelas ketiga yang aku pesan."
Tuh kan,apa aku bilang. Baru se-senti pantatku menyentuh sofa Fanya sudah menyemprotku dengan omelan khasnya.
"iya maaf maaf. Tadi macet banget, Nya. Beneran deh suer ngga boong!" jawabku sambil membentuk jariku menjadi angka dua.
"Tapi kan Cafe ini dekat banget,Bell. Jalan kaki 15 menit aja nyampe. Masa kamu naik motor bisa nyampe selama itu. Apalagi kan kamu titisannya Rossie,bawa motor sambil merem aja kamu bisa."
Begini lah kalau Fanya sudah kesal. Tak akan pernah mau kalah.
"Iya aku tau. Tapi tadi ada trouble dikit di kampus. Maaf ya, Nya. Udah deh jangan marah-marah mulu. Entar muka kamu tua trus si Bagus jadi ga suka lagi."
"ya udah iya." Jawabnya ketus.
Hahahaa aku selalu tahu kata apa yang paling mempan untuk meredam kemarahan Fanya. Bagus! Pria yang sudah dipacari Fanya selama 5 bulan ini. Bisa dibilang Fanya cinta hampir mati sama Bagus. Bagaimana tidak. Fanya sudah menyukai Bagus sejak pertama kali kita masuk kuliah. Tetapi sayangnya Bagus berbeda jurusan dengan kita. hingga tahun lalu mereka dipertemukan di kegiatan sosial fakultas ekonomi. Dan disitulah semuanya bermula."Jadi? Kamu udah nemuin pengganti aku buat Kongres itu?" tanyaku sambil membaca buku menu.
"Aku udah punya beberapa kandidat sih, Bell. Tapi yah gitu." Jawabnya sambil memonyongkan bibirnya.
"ya gitu gimana?"
"anu, kak Tian ga ngebolehin kamu izin dari kongres ini. Gimana pun juga kan kamu sekretaris umum. Dan kamu bakalan mengakhiri masa jabatan kamu. Jadi kamu harus hadir untuk memberikan kesan dan pesan kepada calon pengurus yang baru."
"Tapi kamu tau sendiri kan,Nya. Tanggal segitu pas aku sidang akhir. Jamnya juga bertepatan. Apa ga bisa nungguuin aku selesai dulu ya?" kataku sambil menunduk kebingungan.
"hellaww emang kamu siapa? Putri rektor?" jelas Fanya sambil melambaikan tangannya ke depan wajahku.
"Ya trus gimana dong? Aku udah targetin kalo aku udah harus yudisium bulan Juni nanti."
"lagian kenapa sih kamu pengen cepet banget lulus? Udah bosen liat aku di kampus? Udah bosen ngasih contekan ke aku?"
Tuh kan,mulai lagi sensitifnya."Bukan gitu Fanya elah. Aku ngejar beasiswa dan lulus dalam kurun waktu tiga tahun merupakan salah satu nilai plus untuk kelulusan berkas aku nanti."
"Iya sih. Yaudah lah,aku pesen makan dulu. Kamu mau apa?"
"Aku udah makan tadi di kampus. Pesen minum aja deh. Green tea latte yah." Kataku dibalas dengan anggukan Fanya dan segera pergi memesan makanan dan minuman kami.
Berbicara soal makan di kampus,aku jadi teringat dengan pria itu. Siapa sih dia? Udah dua kali aku ketemu sama dia dan aku yakin itu bukan kebetulan. Jangan-jangan dia ngikutin aku lagi? Tapi dia lumayan cakep sih. Saat pertemuan di taman saja aku mengira dia Adam Levine. Tubuh tinggi,kekar,perut rata,putih bersih dan sedikit bulu halus disekitar wajahnya. Sayang tingkahnya ga serupa dengan perawakannya. Terlalu pecicilan udah kayak anak kecebong. Tunggu tunggu,kenapa aku jadi mikirin dia? Astaga Bella,wake up. Bisa-bisanya aku memikirkan pria aneh bin ajaib itu.
...............
Hai semuanya,author update lagi hehehhe. Maaf banget ya jelek. Tolong vote dan comment dong....ya ya ya :D makasihhh
KAMU SEDANG MEMBACA
You are my final destination
RomanceSaat kau terperangkap pada rencanamu sendiri dan menjadi boomerang untuk mu, ada banyak hal yang kau sesali karena menggunakan emosi saat mengambil langkah. Michael Dave Christian terjebak pada rencananya. Yang selalu mengharuskannya untuk memilih...