Author POV
Bella membuka matanya perlahan. Aroma minyak angin menyeruak ke indra penciumannya.
“Fan....” suara Bella nyaris tak terdengar.
“Iya? Kenapa, Bel? Lo mau apa? Yang sakit yang mana?” Fanya memegang pipi, kepala dan dahi Bella dengan panik.
“Lo naruh minyak anginnya kebanyakan, pea! Ini hidung gue perih!” Bella bangun dan menggosok hidungnya gusar. Fanya hanya cengengesan.
“Ya abis gue kan panik. Harusnya lo tuh terima kasih tau sama gue.” Fanya mencibir.
Bella mengubah posisi dan melempari Fanya dengan bantal sofa.
“Iya iya. Makasih Fanya sayang....”
Fanya membalasnya dengan wajah cemberut akibat lemparan bantal dari Bella.Namun seketika wajahnya berubah menjadi raut yang.... penasaran mungkin?
“Eh eh, lo kok bisa sih pingsan di dapur gitu? Bahaya tau lo sendirian di rumah gini.”
“Tadi gue mau buat teh, abis perut gue ga enak. Eh pas nyampe di dapur tiba-tiba gue pusing banget. Terus gitu deh, jadi gelap. Bangun bangun gue ngeliat muka lo gede banget depan muka gue.” Bella menekankan kata “gede” untuk melebih-lebihkan ceritanya.
“Lo pengen ke dokter ga?” Fanya bertanya sambil berjalan ke dapur, yang diikuti oleh Bella.
“Ngga usah, ah. Ini paling masuk angin doang.”
“Ya udah. Lo jaga kesehatan, lusa kan lo udah mau berangkat ke Inggris. Jangan sampe sakit lo di negeri orang. Kuliah yang bener.”
Bella memutar bola matanya malas.
“Iyaa yang kuliahnya bener mah. SP tuh diurusin.” Bella menyindir Fanya tentang semester pendek yang sedang dijalaninya saat ini. Yang disindir hanya membuang muka.
Bella pun berdiri dan menghampiri Fanya yang sedang menyeduh teh di dekat dispenser. Lalu memeluk Fanya erat.
“Duhhh sahabat tersayang gue. Makasih ya.” Bella bersyukur dalam hati bahwa Tuhan masih memberikan Fanya di tengah-tengah kesusahan yang dialaminya.
Fanya tersenyum. Ikut memeluk tubuh Bella erat. Dan tiba-tiba menyadari bahwa waktu mereka berdua tinggal dua hari lagi sebelum kepergian Bella ke luar negeri.
###
Setelah makan malam, kedua sahabat ini langsung masuk ke kamar dan menonton serial televisi favorit mereka. Menghabiskan waktu berdua yang tidak lama lagi akan memisahkan mereka. Bukan hanya waktu, namun jarak dan tempat juga.
Bella tertawa lepas kala tayangan di depannya menunjukkan hal-hal konyol. Fanya jadi tak tega untuk membahas tentang Mike di saat-saat seperti ini.
“Fan! Fanya!”
Lamunan Fanya pecah dengan panggilan Bella yang setengah teriak.
“Ha? Kenapa, Bel?”
“Lo ngelamunin apa sih?”
Fanya memalingkan wajahnya ke depan tv. Menolak kontak mata langsung dengan Bella.
“Ngga, ngga kenapa-napa kok.” kilah Fanya.
Bella menyipitkan matanya curiga.
“Bener? Lo pasti nyembunyiin sesuatu kan dari gue.” tebakan Bella tepat sasaran.
Fanya menatap Bella perlahan dan mengangguk.
“Mike, Bel...” Fanya membuka suaranya dengan hati-hati. Nama Mike sudah seperti nama Voldemort dalam serial Harry Potter jika diucapkan di depan Bella. Terlarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
You are my final destination
RomanceSaat kau terperangkap pada rencanamu sendiri dan menjadi boomerang untuk mu, ada banyak hal yang kau sesali karena menggunakan emosi saat mengambil langkah. Michael Dave Christian terjebak pada rencananya. Yang selalu mengharuskannya untuk memilih...