Suasana kota Berlin saat ini sangat cerah. Suara dentingan sepeda memenuhi kota yang terkenal dengan kisah Tembok Berlin itu. Hal tersebut memudahkan Mike untuk cepat sampai di Blessman's Company. Sesampainya disana, Mike langsung naik ke lantai 10 ke ruangan Alvin, sahabat ayahnya.
"Guten morgen! Uncle Alvin pulang dari meeting jam berapa? Hmm meetingnya dimana ya?" Mike bertanya pada sekretaris berambut blonde di depan ruangan Alvin.
"Guten morgen, Herr! Tapi Herr Alvin ada kok di dalam. Anda bisa langsung masuk karena jadwal meetingnya baru akan dimulai setelah jam makan siang." jelas sang sekretaris yang sudah mengenal Mike, bahwa dia adalah anak tunggal dari pemilik perusahaan Blessman's Company.
"Danke."
Mike langsung masuk ke ruangan tersebut tanpa mengetuk terlebih dahulu. Begitu kagetnya Mike melihat apa yang sesang terjadi di dalam. Alvin sedang memangku seorang wanita yang kancing bajunya sudah terlepas memperlihatkan branya berwarna merah. Ya, mereka sedang bercumbu.
"Ekhem." dehaman Mike menghentikan aktifitas Alvin dan wanitanya. Buru-buru wanita tersebut turun dari pangkuan Alvin dan kembali mengancing bajunya. Tak lupa mencium pipi Alvin sebelum pergi dari ruangan tersebut. Alvin yang kedapatan oleh Mike menjadi salah tingkah dan bersusah payah untuk bersikap tenang. Tapi nyatanya itu gagal, karena sekarang Alvin tak mampu berbicara apa-apa.
"Ini yang Uncle bilang meeting?" Mike mengambil posisi di sofa coklat dalam ruangan itu. Enggan berdekatan dengan Alvin, karena Mike pun jijik melihatnya bisa melakukan hal itu di kantor yang sudah dirintis susah payah oleh Omanya. Bahkan setahu Mike, wanita itu bukan istri Alvin, mengingat bahwa wanita itu mungkin seumuran dengannya.
"Kamu mau apa Mike kesini? Kenapa ngga telpon uncle dulu?" Alvin mengalihkan pembicaraan.
"Aku cuma lagi pengen aja dateng kesini. Emang ngga boleh aku dateng ke perusahaan DADDY ku sendiri?" Mike sengaja menekan kata daddy itu.
"Bukannya kamu ngga berminat untuk bergabung di perusahaan? Kenapa sekarang tiba-tiba kesini?" Alvin terlihat gugup. Seperti seorang anak yang takut ketahuan meminum es oleh ibunya.
"Sepertinya aku mulai tertarik dengan perusahaan ini. Maka dari itu aku mampir kesini sebentar, uncle. Mungkin saja ada hal yang tidak beres yang sedang terjadi di perusahaan." sindiran Mike benar-benar tepat sasaran. Terbukti dari raut wajah Alvin yang langsung terlihat kaget dengan jawaban Mike.
"Yasudah saya permisi dulu, uncle." Mike berjalan menuju pintu. Ia berhenti sejenak sebelum membuka gagang pintu dan berbalik ke arah Alvin.
"Oh iya, salam buat Aunt Dena. Mungkin aku harus sering-sering mengajak Aunt Dena ke perusahaan mulai sekarang." dan pintu pun ditutup setelah Mike mengatakan hal tersebut yang semakin membuat Alvin ketakutan.
Di dalak lift, Mike kembali membuka handphonenya. Tertera panggilan tak terjawab dari wanita yang masih setia menjadi wallpaper handphonenya, Bella. Tadi, Mike sengaja langsung keluar dari ruangan Alvin ketika melihat panggilan dari Bella. Tiba-tiba masuk satu notifikasi Line di handphonenya.
From: Meine Bella
Kamu dimana? Kenapa nomor kamu ngga aktif?Ya, memang saat ini nomor Mike tidak aktif karena Ia sedangberada di German. Dia mengganti nomornya ketika Ia berada disini agar memudahkannya berkomunikasi dengan Oma, Josh atau pun Grace.
Mike tidak membalas pesan tersebut. Yang berarti hanya meninggalkan tanda "read" di handphone Bella.
###
Kost Bella, Bintaro, Jakarta Selatan.Bella menatap handphonenya gusar. Tanda "read" di chatnya tidak juga berubah menunjukkan bahwa ada pesan yang akan masuk. Bella sudah berusaha menelpon Mike sejak Ia pulang dari rumah sakit dua hari yang lalu. Tapi handphone pria itu selalu berada diluar jangkauan. Saat Bella ke apartemen Mike, tidak juga ada jawaban dari dalam atau kedatangan Mike padahal Bella menunggu tiga jam lebih di depan apartemennya.
"Dia kok cuma nge-read sih? Emang dia ga kangen sama aku? Emang dia ga mau ngejelasin apa-apa gitu sama aku?" Bella bertanya sambil menatap chat Line-nya kepada Mike.
Sejak Bella sadar dari masa kritisnya, mimpi buruk akan masa lalunya selalu datang hampir tiap malam. Semakin Ia berusahan untuk melupakan, semakin mimpi itu semakin jelas dan membuat kepalanya sakit. Fanya sudah menawarkan agar Bella menginap saja dirumahnya karena takut terjadi apa-apa dengan Bella, tetapi Bella menolak. Sahabatnya itu sudah terlalu baik padanya.
"Okey! Hari ini aku harus tidur cepet. Besok pagi-pagi pokoknya aku harus ke kampus. Kali aja ada Mike." kata Bella pada diri sendiri.
Karena mimpi itu selalu datang, Bella jadi takut untuk tidur. Dia takut jika ia tidur, ia bukan menjadi Bella lagi saat terbangun. Dan mungkin keberuntungan sedang tidak berada di pihak Bella, karena apa yang ia takutkan terjadi malam itu.
Keesokan harinya, Fanya datang ke kos Bella pagi-pagi sekali karena dia sudah berjanji akan menjemput Bella untuk ke kampus. Kemarin, Ia menelpon Bella untuk memastikan keadaan Bella. Dan langsung saja ia menawarkan untuk menjemput Bella karena kondisi Bella yang masih tidak stabil. Setidaknya, itu yang dikatakan oleh Dokter Anna.
"Bel! Bukain dong! Jam 8 nanti gue ada kelas nih, buru!" Fanya mengetuk pintu Bella, lebih tepatnya menggedor.
Lima menit berada di depan pintu kos Bella, tetapi si empunya kos belum juga membukakan pintu. Fanya memutuskan untuk menelpon Bella.
"Woii kebo! Katanya lo mau ke kampus. Gue di depan kamar lo nih." Fanya langsung meneriaki Bella saat detik panggilan berjalan. Tetapi tak ada jawabannya dari seberang. Namun Fanya bisa mendengar suara langkah yang mendekat ke arah pintu dan pintu pun terbuka.
"Gile lo lama banget buka pintunya, lumutan gue disini! Lo baru bangun? Katanya mau ke kampus? Gimana sih lo!" Fanya langsung menyelonong masuk dan duduk di tempat tidur Bella.
Wanita yang diajak Fanya berbicara hanya berdiri didepannya sambil menyilangkan tangan di dada dan tampak berpikir.
"Kenapa sih lo liatin gue kayak gitu?" Fanya bingung melihat Bella yang memperhatikannya dari atas hingga bawah.
"Tunggu tunggu. Lo...Fanya?" Bella bertanya kepada Fanya yang membuat Fanya mengeryitkan dahinya bingung.
"Lah? Perasaan kata dokter lo udah sembuh deh kenapa lo jadi amnesia gini?"
"Hahaha kayaknya lo lupa deh sama gue, Anya." Bella tersenyum miring, menekan kata Anya di kalimatnya.
Fanya terlonjak kaget mendengar perkataan Bella. Ia menutup mulutnya reflek dan membulatkan matanya. Dan seketika bangkit dan berdiri sejajar di hadapan Bella.
"Lo?" tunjuk Fanya pada Bella.
"Yup! Ata is back!" wanita yang bernama "Ata" itu tersenyum penuh arti.
Sedangkan di sisi lain Fanya terduduk karena saking kagetnya. Ini bukanlah hal yang diinginkannya, maupun Bella dan dokter Anna. Ini bukanlah kemungkinan terburuk yang ada di pikiran Fanya ketika mengetahui mimpi itu kembali hadir di tidur Bella.
Fanya secepat kilat mengambil ponselnya di tas dan mengetik sesuatu.
To: Dokter Anna
Dok, Ata kembali. Aku harus gimana? :(###
Iya tau ini pendek😂😂😂 emang sengaja dipotong bagian situ biar penasaran, padahal biasa aja ya:( hayoo Ata itu siapa sih? *evilsmile* vote dan commentnya donggg,ditunggu ya. Thankyou!😘
KAMU SEDANG MEMBACA
You are my final destination
RomanceSaat kau terperangkap pada rencanamu sendiri dan menjadi boomerang untuk mu, ada banyak hal yang kau sesali karena menggunakan emosi saat mengambil langkah. Michael Dave Christian terjebak pada rencananya. Yang selalu mengharuskannya untuk memilih...