Ata POVTaman Kompleks Bumi Pertama Indah, Jakarta Barat.
Semua orang punya kelebihan dan kekurangan. Kebanyakan memilih untuk menunjukkan kelebihannya dan menutupi kekurangannya. And here I am. Aku terbentuk untuk menutupi kekurangan seseorang.
Aku rela menjadi sosok seperti itu. Aku selalu rela untuk menjadi tameng bagi Bella. Tapi aku tak rela jika kenangan buruk itu muncul lagi. Itu menyakiti Bella, pun diriku. Aku kuat, tapi jika ingin mengingat kejadian itu lagi rasanya harus ada sosok lain yang terbentuk untuk menjadi tameng ku.
Seperti sekarang ini. Mike, pria yang katanya Bella cintai, membawaku ke tempat penuh kenangan itu. Membuat senyum yang terpampang di bibirku sedari tadi pudar. Entah cuaca yang tiba-tiba berubah atau apa, aku merasa dingin, hampa, sendiri.
"So, here we are! Ini tempat gue ketemu pertama kali sama Bella." Mike menjatuhkan bokongnya ke ayunan di tengah taman, tempat kenangan itu berada.
Sekilas tak ada berubah dari letak tiap mainan disini. Hanya mungkin warna catnya saja yang diganti. Warna hijau, itu warna terakhir kali aku kesini, 6 tahun yang lalu.
"Ta, you okay? Kenapa?" Mike menatap intens ke arahku.
"Eh ngg-ngga papa. Kok kita kesini sih? Gue kira kita mau kemana gitu yang seruan dikit." elak ku pada Mike.
"Waktu gue ketemu Bella disini, dia nangis. Dan gue yakin banget itu bukan karena kelilipan. Pasti lo tau kan alasan dia nangis kenapa?" Mike menoleh ke arahku, begitu pun aku saat mendengar pertanyaannya.
Dasar Bella bodoh! Buat apa sih dia ke tempat ini lagi.
"Ya lo tau lah, cewe lo itu kan cengeng. Paling karena nilainya dia di kampus jelek." aku mengalihkan pandanganku ke arah lain, mencoba menghindari tatapan Mike yang mengintimidasi ku.
Tiba-tiba Mike memegang bahuku dan memutar badan ku menjadi berhadapan dengannya.
"You lie." jelas Mike.
Aku pun menunduk. Mungkin sudah seharusnya ada seseorang yang mendengar beban Bella, walaupun melalui aku. Karena beban Bella, beban ku juga.
"Dulu, keluarga ku keluarga yang sangat harmonis." aku mulai bercerita, Mike mengangguk tanda memintaku terus melanjutkannya.
"Cuma ada ayah, bunda dan gue. Ayah seorang arsitek yang lumayan terkenal dan bunda seorang wirawasta yang cukup sukses di bidangnya. Tapi kami tetap hidup sederhana, itu yang diajarkan ayah. Tiap weekend, ayah selalu ajak gue dan bunda untuk piknik kecil-kecilan di taman ini."
Aku memandangi taman sekitarku, mengreka ulang kenangan manis itu.
"Ayah ga pernah absen, sekali pun. Tapi itu berubah waktu ayah terima telpon dari seseorang beberapa tahun kemudian. Waktu itu gue kelas 5 sd. Ayah dan bunda ngobrol di ruang tamu. Gue ga tau soal apa, yang gue ingat cuma Sarah. Iya Sarah, mereka membicarakan soal wanita itu."
"Kenapa?" aku bertanya pada Mike yang tiba-tiba kaget mendengar ceritaku.
"Ga, lanjut." Mike tersenyum simpul.
Aku menghela napas.
"Sejak saat itu, kita ga pernah lagi dinner bareng-bareng. Ayah selalu pulang larut, berdebat dengan bunda. Puncaknya pada hari rabu jam 9 malam, ayah pergi dari rumah. Tapi yang aku bingung, bunda cuma diam. Ga menahan ayah sedikit pun. Sebelumnya, ayah berlutut depan gue dan janji kalau dia akan kembali."
Aku menunduk, mencoba menahan air mata sialan ini.
"Tapi..tapi ayah ga pernah kembali, Mike." satu tetes air mata pun jatuh.
Mike menggenggam tanganku, erat sekali. Seperti mencoba memberiku kekuatan lewat sentuhannya.
"Enam bulan pertama, ayah intens mengabariku dan bunda. Tapi setelah itu, kami kehilangan kontak. Ayah ga pernah menelpon lagi, nomornya juga ga aktif. Semenjak itu, gue ga pernah liat senyum di wajah bunda. Satu persatu butik bunda tutup karena bangkrut."
Lagi-lagi air mata ini menetes, mengingat senyum terakhir bunda ketika ayah meninggalkan rumah. Senyum yang yakin bahwa suami tercintanya pasti akan menepati janjinya.
"Lama-kelamaan bunda ga pernah keluar rumah lagi. Gue terpaksa harus pindah sekolah ke sekolah negeri karena ga sanggup bayar uang sekolah yang terlalu mahal. Untungnya, bunda masih ingat untuk masakin gue makanan. Terlebih, makanan kesukaan ayah. Dua kali berturut-turut, tanggal 31 Agustus bunda ga pernah lupa bikin kue ulang tahun buat ayah. Sambil menangis meniup lilin sendirian di dapur."
"Hari Kamis, tanggal 2 September 2010.."
Aku berhenti sejenak, menutup mataku sekuat tenaga. Mike mengangkat wajahku.
"You can, Ta." ucapnya.
"2 September 2010 gue pulang dari sekolah dengan bangganya ingin memamerkan hasil ujian nasional gue ke Bunda, gue dapet peringkat pertama. Pas masuk rumah, gue denger bunda manggil gue dari arah kamar."
"Bunda berdiri di atas bangku dan tersenyum ke gue. Cuma tersenyum. Ternyata itu senyum terakhir bunda yang gue liat, Mike." tangisku pecah.
"Bunda gantung diri, tepat di depan gue."
Aku menangis dengan hebatnya hingga tubuhku terguncang. Tiba-tiba Mike memeluk ku. Bisa kurasakan tangan Mike ikut bergetar saat itu. Aku membenamkan kepala ku di dadanya. Menumpahkan semua beban yang selama ini ku tanggung. Selama enam tahun menyimpannya sendiri, dalam bayang-bayang Bella.
Aku melepaskan pelukan Mike.
"Mungkin Bella takut waktu ngeliat lo sama cewe lain. Dia mungkin takut kalo lo bakalin ninggalin dia kayak apa yang ayah lakuin dulu. So please Mike, don't ever leave her. Tolong jagain Bella, karena gue yakin sekarang Bella udah bisa hadapin semuanya. Bella pasti bakalan kuat jalanin semuanya kalo sama lo. Jangan pernah buat dia nangis. Dan....awas aja kalo titit lo keganjenan sama Bella!" ancam ku di akhir pada Mike.
Mike tertawa sekilas kemudian kembali memeluk ku erat.
###
Author POVDua anak manusia saat ini sedang berpelukan, membagi rasa sakit yang mereka miliki. Menangis karena beban yang begitu berat. Menangis karena rasa bersalah yang sebenarnya tak harus ditanggung oleh mereka berdua.
Takdir seolah-olah memberikan beban itu untuk mempertemukan dua insa ini. Agar mereka saling menopang, meringankan satu sama lain.
"Mike?" Bella mengangkat wajahnya menatap Mike yang tadi memeluknya erat.
"Bella? Kamu Bella?" Mike memegang wajah Bella dengan kedua tangannya dengan mata berbinar.
Bella mengangguk kecil.
"Ah thanks God!" Mike kembali memeluk Bella.
"Maafin aku, Bel. Maafin aku. Aku janji ga bakal buat kamu kecewa lagi. Aku janji ga bakal buat kamu nangis. Maafin aku, Bel." Mike mengatakan itu seolah takut Bella tak akan pernah kembali.
Bella mengendurkan sedikit pelukannya, menatap wajah Mike yang diselimuti penyesalan. Bella mengelus pipi Mike pelan, tersenyum tulus kepada pria yang sangat dicintainya itu.
"I'm okay, Mike." ucapnya.
###
Yuhuuu pas 1000 words loh wkwkk lagi iseng aja. Sorry ya pendek hehe
Jadi buat yang nanya, bagian Ata cuma sependek itu kok. Cuma buat ngejelasin masa lalu Bella:D so here we back, Mike-Bella again! Jangan lupa vote dan commentnya luvluv😘
KAMU SEDANG MEMBACA
You are my final destination
RomanceSaat kau terperangkap pada rencanamu sendiri dan menjadi boomerang untuk mu, ada banyak hal yang kau sesali karena menggunakan emosi saat mengambil langkah. Michael Dave Christian terjebak pada rencananya. Yang selalu mengharuskannya untuk memilih...