Hari ini Berlin diselimuti salju. Warna putih mendominasi jalan raya serta rumah-rumah penduduk. Semua yang lewat berjalan dengan hati-hati. Apalagi untuk orang yang berkendara. Ada beberapa kecelakaan yang terjadi akibat ban yang tergelincir karena jalanan yang licin.
Grace berjalan tergesa-gesa menuju rumah sakit. Tidak mempedulikan keadaan sekitar yang memandanginya lekat. Grace Schubin seorang model terkenal berlari-lari di lorong rumah sakit.
"Kamu dimana? Ini aku udah sampai. Cepetan kesini." Grace langsung memutuskan telponnya dan kembali berjalan mencari ruangan.
"Nah ini dia." tunjuknya pada sebuah kamar VVIP dengan nama Rose 216.
Grace membuka pintu kamar tersebut dan mendapati dua orang lebih tua darinya di dalam. Satu berada di atas tempat tidur dan yang satunya duduk di samping tempat tidur itu. Ya, kedua orang tersebut adalah Oma Caroline dan Bibi Nora. Grace melangkah dengan hati-hati. Takut bunyi hak sepatunya akan membangunkan oma yang yang sedang tidur pulas.
"Bagaimana keadaan oma, Bi?" tanya Grace pada Bibi Nora dengan samar.
"Sudah mendingan, Nona. Kata dokter darah tingginya naik. Mungkin memikirkan rencana pernikahan-" penjelasan Bibi Nora terpotong karena seseorang membuka pintu dan masuk.
"Bagaimana oma? Dia baik-baik aja, kan?" Mike bertanya seperti orang kesetanan. Membuat Oma sedikit merubah posisinya karena terganggu dengan suara Mike.
Grace menaruh jari telunjuk di depan bibirnya, mengisyaratkan Mike untuk tenang.
"Kamu berisik banget, sih. Dateng-dateng langsung heboh." protes Grace.
Mike menoleh pada ranjang tempat oma beristirahat. Lalu meringis membuat lesung pipinya terlihat jelas.
"Maaf. Jadi, oma kenapa? Apa kata dokter?" Mike kembali melanjutkan pertanyaannya.
"Oma hanya terlalu capek dan darah tingginya naik." Bibi Nora menjawab.
"Hhh syukurlah." Mike mengehela napas lega.
"Ya sudah. Kalau oma udah bangun, tolong bilang aku abis dari sini. Sekarang aku mau ke airport, ada rapat yang harus aku hadiri di Inggris." jelas Mike bersiap keluar.
"Aku anter kamu sampai depan." Grace mengikut dan dibalas oleh anggukan Mike.
Mike dan Grace berjalan beriringan. Lalu berhenti di depan lift untuk turun ke lantai dasar. Semua orang yang lewat tak henti-hentinya memandangi mereka berdua. Mike menggaruk lehernya yang tak gatal. Sedangkan Grace hanya acuh karena sudah terbiasa dengan tatapan seperti itu.
"Tumben kamu mau dateng rapat. Sampai ke Inggris lagi." Grace membuka pembicaraan.
"Daddy masih belum diperbolehkan untuk naik pesawat. Dan sudah pasti ga akan terkejar kalau naik kereta."
"Dan kamu tahu lah sahabat kamu yang satunya. Si Josh kampret itu maksa aku buat gantiin Daddy." jelas Mike dengan nada terpaksa. Ia ingin saja memakan Josh hidup-hidup tapi selalu diancam dengan kata-kata "ini kan untuk Daddy dan Oma juga, Mike" yang ducapkan Josh ketika membujuk Mike untuk menghadiri rapat.
Grace hanya mengangguk. Pintu lift terbuka, Mike dan Grace pun langsung masuk dengan lenggangnya karena hanya ada mereka berdua saat itu.
"Habis ini aku mau fitting. Kamu kapan balik?" Grace bertanya tanpa mengalihkan pandangannya ke arah Mike. Dia lebih memilih untuk menatap deretan angka yang tertera pada dinding lift. Lalu beralih pada angka di bagian atas yang menunjukkan mereka sekarang sudah berada di lantai dua.
KAMU SEDANG MEMBACA
You are my final destination
RomanceSaat kau terperangkap pada rencanamu sendiri dan menjadi boomerang untuk mu, ada banyak hal yang kau sesali karena menggunakan emosi saat mengambil langkah. Michael Dave Christian terjebak pada rencananya. Yang selalu mengharuskannya untuk memilih...