Bab 19

2.4K 100 6
                                        

"Jodha?!.....Jodha?!.....Jodha?!!!" aku merangkak mendekatinya, tak peduli dengan semua kekacauan disekelilingku, aku mendengar suara ayah dan yang lainya tapi yang kuperdulikan hanya Viperku, dia jatuh pingsan setelah menembakkan senjataku sebanyak tiga kali ketubuh Rajesh, walau tidak tepat tapi salah satunya berhasil menembus dada Rajesh sehingga membuatnya jatuh tersungkur sebelum bisa menarik pelatuk senjatanya yang dia arahkan kekepalaku

Rajesh teralihkan karena terkejut , dia tidak menyangka Jodha akan hadir disini, dari wajahnya dapat kulihat kekecewaan yang teramat sangat karena rencana besarnya hancur berantakan. Aku mengangkat kepala Jodha dan memeluknya didadaku, aku tidak menghiraukan kedua pahaku yang terasa sangat sakit akibat luka tembak dan masih terus mengeluarkan darah, aku menepuk pipinya lembut tapi dia tidak juga membuka mata, aku mendengar bunyi ambulance semakin dekat,ayah Humayun, ayah Bharmal dan Mansing berjongkok di sekitar kami sambil ikut menyentuh Jodha berusaha membangunkannya, kemudian Mirza mendekat memeriksa keadaan Jodha, dia memeriksa denyut nadi ditangan Jodha dan mengatakan Jodha tidak apa-apa tapi nanti dirumah sakit Jodha tetap harus diperiksa secara keseluruhan

"Jodha akan segera kami angkat kedalam ambulance, keadaanmu tidak baik Jalal, kupikir kau yang pertama harus kami tangani untuk segera mengeluarkan peluru di kedua pahamu" kata Mirza prihatin

"ya Jalal, biarkan medis membawamu dengan ambulance dan biar aku dan ayah yang akan mengurus Jodha" kata Mansing menawarkan, aku berpikir sebentar sambil melihat wajah istriku

"tak bisakah kami satu ambulance, aku akan duduk di sampingnya" kataku mulai keras kepala

"Jalal jangan seperti ini, kakimu harus segera di obati, kau mau Jodha marah kepadamu kalau kau mulai berbuat sesuatu yang merugikan kesehatanmu, bagaimana kau bisa mengajak anakmu bermain kalau kau tidak bisa berjalan nantinya" kata ayah Humayun mulai marah

Aku sekali lagi melihat wajah istriku dan menarik napas panjang, aku mengecup bibir juga kepalanya dan merelakannya di letakkan di tandu untuk dibawa ke salah satu ambulance di dampingi ayah Bharmal dan Mansing, aku juga dibawa dengan tandu oleh petugas medis ditemani oleh ayah Humayun serta Mirza, aku sengaja meminta Mirza menemaniku karena aku tidak ingin dia berada disisi Jodha, biar ayahnya saja yang menangani Jodha

Sampai dirumah sakit aku segera dibawa keruang operasi dan sebelum aku di bius, aku berpesan kepada ayah agar mengatakan pada Jodha bila nanti dia siuman bahwa diriku baik-baik saja, aku tidak ingin Jodha khawatir dan menjadi stress dalam keadaan sedang mengandung karena Jodha sudah cukup mengalami banyak hal belakangan ini

♡♡♡

Aku menangis, semuanya terasa hampa, mengapa ini harus terjadi kepada diriku dan Jalal, setelah bertahun-tahun berpisah kami bisa bertemu lagi dan akhirnya kembali dipisahkan takdir, aku menggeleng-gelengkan kepalaku dan berusaha meronta-ronta melepaskan diri dari pegangan siapapun yang memegangku

"Jodha beti...Jodha sayang...bangun nak, ada apa denganmu? Dr.Khan kenapa anakku seperti ini?" tanya suara yang aku tahu adalah suara ayah Bharmal

"dari semalam dia belum juga siuman, apakah ada yang terjadi dengan tubuh atau kandungannya?" tanya suara wanita yang aku tahu suara ibu Meina

"kalian semua tenang saja, mungkin Jodha sangat lelah mengingat dia juga sedang mengandung, ditambah kejutan semua kejadian yang dia alami, mungkin pikirannya tidak kuat dan mengalami trauma jadi bawah sadarnya menolak untuk bangun, aku yakin dia akan segera sadar" kata Dokter pada keluargaku

Dr. Khan benar aku tidak ada niat untuk bangun karena Jalal sudah tidak didunia ini, aku ingin tidur selamanya tapi aku tidak bisa...aku sedang mengandung buah cintaku bersama Jalal, ya Tuhan kuatkanlah aku, tiba-tiba aku mendengar pintu terbuka dan tertutup, ada suara kursi roda yang di dorong mendekati tempat tidur, hatiku meloncat kegirangan mendengar suara pria yang sangat aku cintai, apakah aku bermimpi atau mulai berkhayal

Two Person That I LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang