"Jodha sayang kau tidak apa-apa khan?" lagi-lagi Jalal bertanya di sela-sela percintaan kami membuatku mulai kesal
"sekali lagi kau bertanya aku akan memberi sanksi embargo satu tahun untukmu Jalal Saktivarsad, sekarang bergeraklah cepat dan jangan berani berhenti sebelum aku sampai di puncak " jawabku terengan-engah karena gairah,
Jalal tanpa menjawab segera melanjutkan percintaan kami, walau aku mengatakan tidak apa-apa, Jalal tetap hati-hati saat menyatukan tubuh kami, dia melakukannya dengan sangat lembut, dia memegang pinggangku dan membelai punggung serta perutku yang sudah sangat besar dengan kasih sayang, kemudian dia membuatku gila karena berlama-lama bermain dengan payudaraku yang super sensitif akibat kehamilan ini, aku meneriakkan nama Jalal ketika tubuhku bergetar nikmat dan Jalal mengatakan cinta padaku berulang-ulang karena kepuasan yang dia rasakan ketika sampai di akhir percintaan kami
"kalau kau seperti ini terus, aku harus banyak olah raga dan mengkonsumsi multivitamin" kata Jalal sambil memeluk dan mencium pipiku
"jangan bilang suamiku mantan playboy ini sudah tua dan tidak punya tenaga lagi untuk bercinta" kataku pura-pura takut sambil menyentuh dadanya, Jalal tertawa mendengar perkataanku
"ya sayang aku sudah tua karena selalu mengkhawatirkan dirimu, my Angel sedang hamil tua tapi selalu minta di goyang setiap hari" kata Jalal sambil tersenyum lebar dan mengelus-elus perut besarku, setiap di elus oleh ayahnya anak-anakku mulai overacting menendang sana sini membuatku kegelian
"ouch ouch " jeritku manja sambil memperhatikan wajah Jalal yang berubah tegang
"anak-anaku sayang...kalau gerak jangan keras-keras ya, nanti ibu kalian kegelian" kata Jalal berbicara dengan kedua anaknya di dalam perutku, giliran aku yang tertawa melihat wajah suamiku yang imut seperti anak-anak sedang bicara sendiri, Jalal melihat kearahku dan menggerakkan kepalanya sambil tersenyum, tingkahnya itu membuat hormonku mulai lagi, aku sekali lagi ingin bercinta dan mencium keras bibir merahnya, siapa suruh dia tampan dan menggemaskan pikirku sambil menarik Jalal kembali ke pelukanku
Esoknya aku bangun kesiangan dan melewatkan sarapan bersama keluarga, Jalal membawakan sarapan untukku ke kamar sebelum dia berangkat ke kantor bersama man singh, setelah mandi dan berdandan aku pergi keruang keluarga untuk menemui Bakshi dan yang lainnya
"mommy wanabe akhirnya menampakkan batang hidungnya, berapa ronde semalam?" tanya Bakshi di ikuti tawa yang lainnya
"kau mau tahu aja sih adik ipar, dan kalian semua berhenti menggodaku karena ini keinginan keponakan kalian, btw ayah ibu dan kakek kemana?" kataku sambil duduk berlahan di samping Bakshi
"mereka pergi berbelanja untuk cucu-cucunya, padahal kami juga mau ikut tapi ga di ajak" jawab Ruk tersenyum geli
"kalian tidak bisa menunda kembali ke Jerman sampai keponakan kalian lahir?" tanyaku pada mereka semua
"kau dan Jalal tidak pintar mencari waktu yang pas, waktu menikah dadakan dan kita sudah harus kembali kuliah, sekarang mau lahiran juga sama saja" jawab Salima menggerak-gerakkan tangannya frustasi
"bukan kami yang menentukan tapi Tuhan, aku sangat bersyukur telah melewati semua rintangan dengan selamat dan aku tidak bisa meminta lebih dari kebahagiaan ini" jawabku pelan
"kau benar Genie...walau kami jauh..hati dan doa kami selalu bersamamu, karena ketidak tepatan waktu ini kami tidak bisa menemani disaat-saat sulit kehidupanmu, kami senang semua telah berakhir" kata Sujamal bijak diganjar ciuman di pipi oleh Ruk
"aku harap peristiwa mengerikan tersebut tidak terulang lagi dan bila keponakan kami sudah cukup umur...kau harus segera membawa mereka ke jerman, lagi pula property orang tuamu belum di urus sampai sekarang Jodha" kata Suryabhan prihatin

KAMU SEDANG MEMBACA
Two Person That I Love
RomanceKisah seorang wanita yang terpisah dari keluarga dan teman sekaligus cinta masa kecilnya karena suatu konspirasi matang. Masa lalu yang kembali datang membuatnya kehilangan kedua orang tua yang sangat ia sayangi. Perjalanan hidup penuh duri membawan...