Bab 20

2.9K 99 7
                                        

Aku sadar tapi masih memejamkan mataku, rasa tidak enak lagi-lagi aku alami pagi ini, ya Tuhan kapan ini akan berakhir, semoga ini hanya karena mengidam dan bukan karena hal lain yang aku dan Shilpa takutkan. Tanganku meraba sisi dimana Jalal tidur tapi tidak menemukannya, aku akhirnya mengereyit dan membuka mataku bermaksud untuk bangun mencari Jalal karena hanya kehadirannya yang dapat membuatku tenang dan kuat saat ini disamping kasih sayang yang tak terbatas dari keluarga kami

"selamat pagi my Angel.." sapa Jalal tiba-tiba sudah ada didepan mataku, dia sudah duduk di kursi rodanya di samping tempat tidur, dipangkuannya ada nampan berisi susu dan biskuit, wajahnya sangat tampan tersenyum lebar untukku, rambutnya sedikit basah sehabis mandi

"selamat pagi juga my baby" jawabku sambil berusaha menahan mual yang kurasakan, aku masih berbaring miring dan tidak berniat untuk bangun

"dari wajahmu kau merasa tidak enak lagi ya Jodha, ayo minum susu ini pake sedotan saja" kata Jalal dengan wajah khawatir yang berusaha dia tutupi, dia meletakkan sedotan digelas dan mendekatkan ujungnya di mulutku, aku menurut dan menyedotnya sedikit demi sedikit, tidak beberapa lama aku merasa lebih baik, kemudian Jalal menyuapiku biskuit yang sudah dia potong-potong sangat kecil

"bagaimana sayang, kau sudah lebih baik? Sekarang apakah kau sudah bisa duduk dan bersender agar kau bisa melanjutkan sarapanmu, sepertinya anak kita lapar dan membuat ibunya sedikit pusing dan mual" kata Jalal sambil membelai lenganku, aku menurut dan menggerakkan tubuhku untuk duduk bersandar

"ehmm Jalal...bagaimana dengan keadaanmu, kakimu tidak sakit?" tanyaku pelan

"kau tidak usah mengkhawatirkan aku Jodha, aku sangat kuat dan minggu depan aku pasti sudah bisa berjalan menggunakan kruk, sebentar lagi petugas medis akan memeriksa dan mengganti perbannya...kapan Dokter akan meneleponmu?" kata Jalal sambil membelai ringan pipiku

"mungkin nanti siang Jalal, aku masih tidak tenang karena memikirkan itu semua, aku harap aku hanya perlu istirahat agar tekanan darahku normal kembali, mual dan pusing ini sangatlah wajar dan akan menghilang satu bulan lagi" kataku sambil menggenggam tangan Jalal, tangan kami berpegangan erat saling menguatkan satu sama lain, ketukan dipintu memecah keheningan kami

"masuk saja tidak di kunci" teriak Jalal, bukan satu atau dua yang masuk tapi delapan orang, untung saja kamar ini sangat luas

"selamat pagi Mr and Mrs Saktivarsad junior, kami ingin melihat keadaan cucu kami dan orang tuanya" kata ayah Humayun dengan gembira, semua datang mendekat dan mencium keningku, jantungku berdetak keras melihat Shilpa pagi-pagi sudah ada disini, kenapa dia tidak menelepon saja, aku dan Jalal saling pandang dengan mata yang khawatir

"kami baik-baik saja ayah, dan...Shilpa kau disini, kenapa tidak memberitahuku lewat telpon saja, apa ada yang mendesak?" tanyaku berusaha tenang

"semuanya baik-baik saja Jodha, dan berita ini bisa aku khabarkan pada semua anggota keluarga karena mereka harus selalu menjagamu agar tidak keras kepala demi calon anak yang sedang kau kandung itu" jawab Shilpa dengan wajah optimis, aku dan Jalal saling melihat bahagia karena dari ucapan Shilpa sudah dipastikan hasilnya negatif

"ada apa sebenarnya dengan Jodha, aku pikir Dokter kesini pagi-pagi karena ingin menjenguk saja" kata ayah Bharmal mulai khawatir, kasihan ayahku akhir-akhir ini selalu mengkhawatirkan diriku akibat semua yang sudah kami alami

"Jodha tidak apa-apa Mr.Sharmavarsad, memang dia sedikit lemah tapi kandungannya sangat kuat, jadi aku menganjurkan Jodha tidak bekerja dulu selama hamil sampai melahirkan, dan juga Jodha harus selalu di awasi karena tekanan darahnya sedikit rendah, kita akan tahu kepastian apa yang membuat Jodha mual berlebih dua bulan lagi tapi dari pengalamanku menjadi dokter, Jodha kemungkinan sedang mengandung bayi kembar" jawab Shilpa sambil mengedipkan mata kearahku, semua bersorak gembira dan saling memberi selamat, Jalal melihatku dengan mata berkaca-kaca penuh cinta sambil menciumi tanganku

Two Person That I LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang