Epilog

4.6K 112 26
                                    

Tuhan sudah mempunyai rencana untuk semua ciptaannya tidak terkecuali tentang bagaimana mereka mendapatkan cinta dan menjalani hidup dengan cintanya itu, dari berjuta manusia, hanya beberapa saja yang beruntung dapat mencintai dan di cintai,

bila suatu saat kau mendapatkan berkah itu jadilah orang yang berani dan tidak gampang menyerah, saat kau berhasil mendapatkan orang yang kau cintai maka perjuanganmu belum berakhir, menjaga hubungan cinta tidak semudah yang kita bayangkan karena kita manusia yang penuh gejolak emosi.

Sudah lima tahun aku menjalani kehidupan pernikahan dengan Jodha dan sekarang anak-anak kami telah berumur 4 tahun, mereka semakin pintar, menggemaskan dan sedikit keras kepala walau Jawara keras kepala tetap di pegang oleh ibu mereka yaitu istri tercintaku Jodha.

kami sekeluarga akhirnya bisa mengunjungi Heidelberg,Jerman setelah beberapa kali tertunda, Jodha takut anak-anak sakit karena masih terlalu kecil untuk di ajak berpergian. Jodha sangat emosional ketika menginjakkan kakinya di rumah keluarga Aryadharma, dia menangis dalam pelukanku berusaha bersembunyi dari tatapan ingin tahu Ranbir dan Raveena

"Daddy? Mama kenapa? Mama menangis ya?kenapa menangis?" Tanya Raveena sambil menarik-narik celanaku

"iya Mama menangis karena bahagia bukan karena sedih atau sakit sayang" jawabku sambil melihat mata putriku yang indah seindah mata Jodha

"ayo anak-anak sini sama bibi Bakshi ya, kita main di luar" ajak adikku sambil mengedipkan mata kearahku

"tidak mau...aku ingin bersama mama, mama aku mau gendong..mama..mama" teriak Raveena lagi, sedangkan Ranbir hanya diam terus melihat kearah mamanya, dia memang lebih pendiam dan irit bicara di banding adiknya,

Jodha mengangkat kepalanya dari bahuku dan mengusap air matanya yang masih terus menetes, dia berusaha tersenyum dan melihat kearah anak-anak, kemudian Jodha berlutut untuk memeluk Ranbir dan Raveena

"Raveena sayang kan sudah besar jadi ga boleh terus-terusan minta gendong" kata Jodha sambil mencium pipi Raveena yang dibalas anggukan oleh putriku, sedangkan Ranbir masih diam melihat mamanya, kemudian ia menggerakkan tangan mungilnya untuk menghapus air mata Jodha yang mengalir di pipi

"ma jangan menangis...Ranbir tidak suka melihat air mata mama" kata Ranbir tiba-tiba membuat aku dan Jodha menarik napas panjang secara bersamaan

"iya Ranbir...mama ga akan menangis lagi tapi sekarang Ranbir dan Raveena main di luar sama paman dan bibi ya?" kata Jodha sambil tersenyum dan menciumi wajah putra putri kami,

mereka ikut tersenyum karena melihat senyuman maut Jodha dan berlari meninggalkan kami, seperti biasa anak-anak selalu merasa lebih baik bila sudah memastikan mamanya baik-baik saja dan sudah tersenyum kembali, aku membantu Jodha berdiri kembali dan menakup wajah cantiknya

"anak-anak kita tidak bisa melihat mamanya sedih sama sepertiku, ayah ibu Aryadharma juga tidak ingin melihat airmatamu saat ini Angel, jadi sekarang tersenyumlah dan mulai bercerita tentang hidupmu di rumah ini" kataku sambil mengecup bibirnya, Jodha tertawa sambil membelai kedua pipiku dengan tangannya, airmatanya tidak mengalir lagi di pipi, kami berpelukan beberapa saat menunggu Jodha menenangkan emosinya

"ayo kita keluar memanggil semuanya agar aku tidak perlu mengulang-ngulang ceritaku" ajak Jodha sambil memeluk pinggangku. kakek, nenek, ayah,ibu dan Mansing juga ikut bersama kami ke Jerman, sedangkan Bakshi dan sahabat Jodha yang lain sudah menunggu kedatangan kami di bandara sekaligus menemani kami berjalan-jalan dan mengunjungi rumah keluarga Aryadharma, mereka membiarkan kami masuk sendiri untuk memberi waktu Jodha mengendalikan perasaannya.

Seharian kami berada di rumah Aryadharma sekaligus mengurus abu orang tua Jodha dan property lainnya, pengacara keluarga Aryadharma juga datang kerumah itu untuk memudahkan Jodha menanda tangani serah terima warisan ayah ibunya. Jodha tidak akan menjual rumah ini dan akan membayar orang untuk mengurusnya. Kami sekeluarga akan tinggal disini selama sisa liburan kami.

Two Person That I LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang