Aku menatap Jalal untuk beberapa saat, dia melihat kearahku dengan mata yang seakan-akan berbicara padaku, dia mengganggukkan kepalanya dan tersenyum agar aku menuruti permintaan Shelma demi keselamatan diriku dan bayi-bayi kami. Aku menarik napas panjang dan mulai mengumpulkan keberanianku
"Shelma...bisakah kau dengarkan aku sebentar saja?" bisikku sehingga hanya aku dan Shelma yang mendengar
"apa lagi yang ingin kau katakan?" tanya Shelma ikut berbisik
"aku akan menembak Jalal dengan satu syarat kau mau mendorong kereta bayiku kearah orang tuaku agar mereka tidak terlalu kaget mendengar suara tembakan mengingat mereka baru lahir, lagi pula kau mempunyai aku sebagai sandera, untuk apa kau mengotori tanganmu dengan darah anak-anak tidak bersalah, nyawa suamiku dan nyawaku kurasa sudah cukup untuk membalaskan dendammu" kataku masih berbisik
"kau pikir aku bodoh...aku ingin ada tameng untukku di sisi kiri dan kanan, sekarang cepat lakukan perintahku atau aku akan menusuk salah satu bayimu ini" bisik Shelma tidak sabar
Aku berusaha berpikir cepat, mataku melihat kesemua arah yang bisa aku jangkau, posisi Shelma menyamping di belakangku dan tangan kanannya memegang pisau kecil yang menempel dikulit leherku, tangan kirinya memegang pisau yang lebih besar dan bersiap di hujamkan ke arah anak-anakku, aku berusaha melirik bagian bawah kereta yang ternyata pengamannya tidak terpasang jadi dengan sekali tendang kereta akan meluncur menjauhi aku dan Shelma,tangan kananku memegang pistol dan tangan kiriku mungkin bisa memegang tangan kiri Shelma, aku harus cepat dan tidak boleh sampai meleset walau resikonya sangat besar karena saat aku menembak lengan kanan Shelma bisa saja tusukan pisau semakin dalam menembus kulitku atau peluru mengenai kepalaku, aku tidak peduli lagi resiko yang harus aku hadapi demi suami dan bayi-bayiku tersayang.
Jalal mulai panik dan menggeleng-gelengkan kepalanya karena dia seperti bisa membaca jalan pikiranku, air matanya yang sedari tadi menggenang mengalir dipipinya, Shelma melihat reaksi Jalal dan tertawa keras
"Jalal Jalal Jalal...ternyata kau pengecut juga ya, mimpi apa aku semalam sehingga bisa melihat pemandangan indah si perkasa Jalal Saktivarsad menangis karena takut kehilangan nyawanya" Shelma sangat senang dan tertawa tak terkendali membuatku segera melancarkan aksiku
♤♤♤
Oh tidak aku tahu sinar mata itu...Jodha pasti merencanakan sesuatu yang akan membahayakan nyawanya sendiri demi diriku dan anak-anak kami, aku menggelengkan kepala agar dia tidak jadi melakukan hal bodoh yang ada di pikirannya, tapi semua yang tidak kuharapkan terjadi dengan cepat, bibir Jodha bergerak mengatakan "maafkan aku" tanpa suara ke padaku kemudian Jodha bergerak lincah ketika Shelma masih tertawa, dia menembakkan pistol dan mengenai tangan kanan Shelma sehingga pisau semakin menancap kelehernya kemudian terjatuh dilantai,
hampir secara bersamaan dia menendang kereka bayi sehingga meluncur ke arah keluarga kami dan memegang tangan kiri Shelma agar melepaskan pisau dari pegangannya, jantungku seperti berhenti berdetak melihat darah yang mengucur dari leher Jodha, wajahnya penuh dengan darah Shelma dan darahnya sendiri, walau tubuhku lemas menyaksikan kejadian mengerikan tersebut aku masih bisa bergerak sangat cepat berlari menghampiri Jodha dan Shelma, suasana menjadi sangat kacau di tambah suara teriakan dan tangisan bayi-bayi kami
Man sing, ayah dan petugas keamanan juga bergerak cepat berusaha mendekat, karena Jodha sepertinya akan segera pingsan, Shelma berhasil merebut pistol dari tangannya, aku menangkap pinggang Jodha dan berbalik memeluk tubuhnya agar Shelma tidak bisa menembaknya. Bunyi tembakan menggelegar di telingaku tapi aku tidak merasakan apa-apa, aku berbalik melihat Shelma jatuh berlumuran darah karena seorang petugas mendahului menembak sebelum Shelma berhasil menembak ke arah punggungku

KAMU SEDANG MEMBACA
Two Person That I Love
RomanceKisah seorang wanita yang terpisah dari keluarga dan teman sekaligus cinta masa kecilnya karena suatu konspirasi matang. Masa lalu yang kembali datang membuatnya kehilangan kedua orang tua yang sangat ia sayangi. Perjalanan hidup penuh duri membawan...