16 : Gift

502 33 2
                                    

Suasana masih sepi karena hari masih sangat pagi atau masih bisa dibilang petang. Bahkan sang surya pun masih belum menampakkan wujudnya.

Di salah satu tenda disana, terlihat Marcia yang bergerak gerak resah dalam tidurnya.

Waktumu sisa 6 hari lagi Marcia, segera cari kalungmu.. segeralah.. segeralah jika kau ingin kembali..

"Hah!!" Marcia langsung terduduk dengan nafas tersegal. Entah mengapa mimpi itu terasa nyata dan itu seperti ancaman. Suara itu sangat familiar di benak Marcia, tetapi itu suara siapa?

Mata Marcia bergerak gerak resah melihat sekililingnya. Teman teman di tendanya ini masih tertidur dan Marcia sudah tidak bisa tidur karena hatinya sangat tidak tenang dan pikirannya kacau.

Dengan perlahan Marcia merangkak keluar tenda, mungkin dia perlu mencari udara segar. Matanya melirik jam tangan yang melingkar manis di tangan kirinya.

Masih pukul 4 pagi. Masih terlalu pagi sebenarnya untuk bangun. Tapi apa salahnya dia keluar sebentar.

Baru saja dia membuka tendanya.

Wush~

Angin pagi langsung menyambutnya membuat tubuhnya menggigil. Namun itu tidak mengurungkan niatnya untuk keluar.

Dia merapatkan jaketnya dan mengambil duduk disebuah batang kayu yang cukup besar. Dia tebak pasti tadi malam ada acara api unggun, karena masih terlihat bekas kayu yang dibakar di depannya. Sayang dia tidak bisa ikut karena kemarin malam dia sudah tidur terlebih dulu setelah kakinya diobati oleh gurunya.

Marcia merapatkan jaket putih miliknya. Tatapannya menerawang jauh, sisa 6 hari lagi.. kalung itu.. dimana kalung itu? Ya, dia tau dia harus mencari sebuah kalung. Hanya saja, yang jadi masalah adalah wujudnya. Wujudnya pun masih belum terlalu jelas di pikirannya. Bagaimana dia bisa mencarinya?

Marcia menghembuskan nafasnya lelah. Kakinya masih sakit, hanya saja sudah jauh lebih baik. Sekarang mimpi itu menghantuinya. Ini bukan pertama kalinya dia memimpikan hal seperti itu. Hanya saja ketika mendengar waktu yang semakin sedikit, dia merasa ada sebuah perasaan sedih.

Matanya kembali melihat jam di tangannya itu. Disana terlihat angka 19. Berarti sekarang sudah tanggal 19 Desember, waktu itu dia sempat melingkari tanggal 25 Desember ketika dia baru sampai di rumah Alince. Berarti memang benar, ada 6 hari sebelum sampai ke tanggal 25.

Sebenarnya dulu dia ini siapa?

Pluk.

Marcia terkesiap ketika merasakan sesuatu yang tersampir di tubuhnya. Dia langsung melihat benda apa itu. Ternyata sebuah jaket. Jaket berwarna hitam. Dia segera menoleh untuk melihat siapa yang meminjamkan jaket ini dan dia langsung mendapatkan Neilson didepannya. Matanya terbelalak kaget.

"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Neilson lalu duduk disamping Marcia. "Ini masih pagi, dan udara sangat dingin. Kau terlihat kedinginan" lanjutnya sambil menggosok gosokan tangannya seakan tidak peduli dengan ekspresi Marcia.

"Tidak ada" jawab Marcia setelah beberapa detik terdiam. "Terima kasih jaketnya ya"

"Sama sama. Hmm lihat sini" panggil Neilson dan Marcia langsung menolehkan kepala kearahnya.

Kedua tangan Neilson langsung mengangkup kedua pipi Marcia. Hangat. Itu yang Marcia rasakan.

"Hangat kan?" Kata Neilson sambil tersenyum kecil. Marcia hanya mengangguk sambil tersenyum.

Namun matanya langsung menangkap ada hal yang salah dari Neilson, "Mana jaketmu? Apa kau tidak kedinginan?" Tanya Marcia khawatir.

"Itu kan jaketku" Neilson tertawa sambil melirik jaket hitam yang menutupi tubuh Marcia. "Tapi gapapa kok, ga dingin dingin amat. Kau pakai saja jaketnya, kau terlihat lebih membutuhkannya" tambahnya.

Fallen AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang