9 : His Siblings

680 39 2
                                    

Seperti biasa, saat pagi mereka akan pergi kesekolah bersama.

Setelah sampai disekolah, seperti biasa, mereka akan berjalan menuju kelas masing masing.

Sejujurnya ada hal yang masih menggangu pikiran Marcia daritadi mulai mereka perjalanan kesekolah sampai sekarang. Tadi pagi saat dia bangun, dia bisa mendapatkan dirinya di kamar karena seingatnya terakhir dia berada di bukit. Tapi dia mengurungkan niat untuk bertanya.

Alince menyadari Marcia sedikit aneh.

"Ada apa?" Tanya Alince yang dijawab gelengan oleh Marcia.

Namun tak lama kemudian Alince tau apa yang dipikirkan Marcia.

"Kamu bingung ya kenapa kamu waktu bangun bisa dikamar?" Tanya Alince membuat Marcia terkekeh pelan.

"You know me so well sist" bisik Marcia sambil tertawa pelan.

"Haha.. sudah kuduga. Ya kalau kamu mau tau, yang membawamu dari kamu tidur di bukit sampai kamu ke kamar itu Neilson. Dia yang menggendongmu. So sweet kan" kata Alince sambil membayangkan Neilson yang kemarin dengan santainya menggendong Marcia dan ketika Alince akan membangunkan Marcia, Neilson langsung melarang. Hmm...

Sedangkan Marcia, tak dapat dipungkiri pipinya sudah memanas karena malu.

"Pagi ini pelajarannya siapa?" Tanya Marvin tiba tiba memutuskan percakapan Marcia dan Alince ketika mereka melewati koridor kelas 12 IPA.

"Seni Musik" jawab Neilson singkat.

"Oya? Yey!" Kata Alince semangat. Ya, dia suka bermain alat musik dan bernyanyi.

"Males banget deh" kata Marvin. Ya, walaupun dia bisa bermain gitar dan suaranya bisa dibilang bagus. Dia kadang suka bosan mendengarkan gurunya itu.

Setelah keempatnya sampai kelas dan duduk di kursi masing masing, tak lama kemudian bel masuk berbunyi.

Kringg...

"Eh, katanya anak kelas sebelah nanti kita disuruh untuk bernyanyi dan bermain musik berpasangan loh" kata seorang anak dikelas, Lily kepada teman sebangkunya, Kevin.

Marvin yang mendengar itu langsung memasang muka horor. Tidak, dia tidak ingin bernyanyi, semoga saja dia yang bermain alat musik. Berbanding terbalik dengan Alince yang memasang muka semangat. Dia penasaran, siapa yang akan menjadi teman duetnya. Semoga saja Marvin, jadi dia tidak perlu susah susah berlatih karena dia tau Marvin memiliki suara yang bagus. Dan orang yang tau betapa indahnya suara Marvin hanya Alince dan Shania.

"Selamat pagi" sapa guru seni musik mereka, Pak Henry.

"Pagi pak" jawab satu kelas serempak.

"Ya, hari ini kita akan memulai pelajaran kita, tapi sebelumnya saya akan menyampaikan kalau minggu depan akan ada pengambilan nilai. Pengambilan nilai kali ini, salah satunya harus bernyanyi dan lainnya bermain alat musik tetapi berpasangan" kata Pak Henry membuat beberapa murid mendesah kesal dan beberapa murid bersorak.

"Pak!" Panggil salah satu anak dikelas mereka.

"Ya Gerald?" Tanya Pak Henry.

"Maksudnya itu nanti salah satu bernyanyi satunya mengiringi dengan alat musik lalu nanti bergantian gitu pak?" Tanya Gerald.

"Ya. Jadi ini pengambilan nilai menyanyi dan bermain alat musik" kata Pak Henry lalu melihat daftar nama siswa dikelas itu kemudian dia mengedarkan pandangannya.

"Karena saya lihat kelas kalian memiliki jumlah murid di kelas ini genap, maka kita akan mengundi siapa pasangan kalian biar adil" kata Pak Henry lalu mulai membuat undian.

Fallen AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang