17 : (Lost) Memories

526 32 3
                                    

Marcia terbangun dan dia mendapati rumah sedang kosong. Mungkin Alince sedang pergi pikirnya. Akhirnya dia memutuskan untuk mandi terlebih dulu lalu membuat sarapan untuk mereka.

Matanya melirik jam yang berada di ruang makan. Sudah pukul 8 pagi. Mungkin Alince sedang olahraga?

Akhirnya dia memutuskan untuk naik kekamar dan mengambil hp nya. Dia harus bertanya Alince sedang dimana.

Ketika dia membuka layar HP nya, terlihatlah notifikasi pesan dari Neilson.

'Apa kau sudah melihat kadonya? Apa kau suka? Di pakai ya:*'

Marcia menepuk dahinya. Ah, dia lupa.

Matanya mengedar di sekitar lantai kamarnya. Senyumnya langsung mengembang ketika melihat kotak biru itu tergeletak di bawah tempat tidurnya dalam keadaan terbuka.

"Cantiknya" gumamnya ketika melihat sebuah kalung yang keluar dari kotak itu. Tangannya terulur untuk mengambil kalung itu.

Matanya menyusuri bandul kalung itu. Bandulnya berbentuk sayap dengan hiasan permata biru ditambah dengan ukiran unik di bagian sayapnya. Ada perasaan familiar dengan benda di genggamannya ini.

Tiba tiba sebuah cahaya biru yang sangat terang berasal dari bandul itu memaksa Marcia untuk menutup matanya.

Mata Marcia terbuka untuk memastikan kalau cahaya itu hilang. Namun dia langsung terbelalak ketika melihat sekitarnya. Kamarnya berubah menjadi seperti tempat lain. Terlihatlah gambaran gambaran sekitarnya. Dia siapa, dia berasal dari mana, siapa namanya, apa arti dari mimpi itu, ada apa dengan 49 hari. Perlahan semua terjawab.

Jantung Marcia seakan berhenti berdetak ketika mengetahui semua fakta itu. Dia ingan semua. Dia harus kembali kesana. Itu artinya dia harus meninggalkan semuanya. Tidak. Dia tidak bisa dan tidak mau.

Tanpa sadar dia sudah mencengkram kalung itu dengan mata berair. Pandangannya memburam, tubuh Marcia jatuh kelantai bersamaan dengan hilangnya gambaran itu.

Apa dia sudah kembali? Apa semuanya telah berakhir? Bahkan dia belum sempat mengucapkan salam perpisahan.

★☆★☆★☆

Alince dan Marvin kebetulan habis jogging bersama.

"Bolehkah aku sarapan di rumahmu?" Tanya Marvin ketika mereka sudah berada di depan rumah Alince.

Alince menatap sahabatnya dengan malas. "Apa aku punya pilihan untuk bilang tidak?"

Marvin terkekeh. "Terima kasih Alince," kata Marvin sambil mengikuti Alince yang sudah masuk kedalam rumah.

Suasana sepi menyambut mereka.

"Marcia?" Panggil Alince sambil melepaskan sepatunya.

"Woah. Dia sudah membuat sarapan untuk kita," kata Marvin yang sekarang sudah berada di ruang makan.

Alince tidak menjawab perkataan Marvin. Dia menaiki tangga menuju kamar Marcia.

"Marvin!!" Teriak Alince ketika membuka kamar Marcia dan mendapati tubuh Marcia yang tergeletak di lantai.

Marvin yang mendengar teriakan dari atas langsung berlari menuju keatas. Jantungnya seperti berhenti ketika melihat Marcia yang tergeletak di lantai. Namun bukan itu alasannya dia terkejut. Dia terkejut karena benda di tangan Marcia. Tanpa sadar tangannya terangkat menyentuh kalung yang selama ini dia sembunyikan.

"Dia.. apa dia sama seperti kita?" bisik Alince terdengar bergetar.

Marvin mengangkat tubuh Marcia untuk di pindahkan ke tempat tidur. "Entahlah. Tapi melihat kondisinya yang seperti ini, mungkin kau tau jawabannya."

Fallen AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang