Bagian 42

13.1K 420 116
                                    

Sstt ! Jangan komplain. Ini sekarang aku bongkar kedoknya Anaz dan Revan tentunya ! Terima kasih buat Ariezteea dan dellayasti buat semangat dan refrensi foto - fotonya hehe

*****
Veni masuki ruangan rawat Anaz dengan membawa berbagai macam perlengkapan bayi dan makanan kesukaan Anaz. Lama sudah dia tidak bertamu sang sahabat

"Veni" seru Anaz. Veni tersenyum dan memeluk sahabatnya

"Selamat ya atas kelahiran putra pertamanya dia tampan, dia mirip dengan Ayahnya Lenno" Anaz mengangguk

"Tentu, dia adalah darah daging Lenno sesungguhnya" ujar Anaz bangga

"Yaa aku tau" Veni menarik sebuah bangku dan duduk di sebelah Anaz.

"Bagaimana kabar Sherina?"

Anaz mengangkat bahunya "Entahlah. Aku tak perduli! Selama 7 bulan Lenno tak berusaha mencari wanita itu. Dia bersamaku dan menjagaku terus"

Veni tersenyum sinis "Apa semua rencanamu menyingkirkannya berhasil?"

Anaz mengangguk "Entahlah, tapi semua berjalan sesuai rencana yang aku harapkan. Mama Sarah juga ikut andil dalam ini semua, dia yang paling sering menghina Sherina. Dia memang mertua yang bodoh! Terlalu egoiis demi kepentingannya sendiri dengan mudah mendepak Sherina begitu saja. Wanita tua itu licik kau tau?" ujar Anaz setengah tertawa

"Dan aku rasanya sedikit kecewa dengan Revan dia menghianatiku karena cinta!" ujar Anaz

"Berhianat bagaimana?"

"Kau tau sendiri dari awal Revan adalah sekutu abadiku, dia membantuku membuat foto berpelukan Sherina tanpa sengaja lalu mengirimkannya pada Lenno, namun saat Sherina pergi ke Bogor untuk aku jebak malah dia terjebak cinta pada Sherina. Padahal rencana itu sudah aku susun dengan baik, aku bisa melihat kemarahan Lenno jika sampai itu terjadi. Revan membuat Sherina tertidur lalu membuat foto Sherina tidur dengan laki - laki lain seolah habis bercinta. Sayang semua itu di hapus begitu saja oleh Revan! Karena cintanya pada Sherina. Sempet kehabisan cara aku menyingkirkan wanita bodoh itu. Tapi Tuhan ternyata sangat membantuku. Aku dengan sengaja mempertemukan Revan dan Sherina, dan kebetulan Sherina pingsan. Revan membawa ke rumah sakit. Dan kau tau? Dokter mengatakan anak itu anak Revan tepat di depan Lenno" Anaz tertawa

"Lenno marah besar dan menuduh mereka berselingkuh!!"

"Lalu kenapa kau tidak bantu menjelaskan?"

"Buat apa? Itu satu kemenangan dari Tuhan dan author nya untukku! Biar saja Lenno menganggap bayi dalam perut Sherina anak Revan lagian Sherina juga bungkam saja. Bodoh!"

"Jadi, sebenarnya anak itu...??"

Anaz mengangguk "Ya, Sherina memang hami anak Lenno" Anaz kembali tertawa

Ckrek!!

Lenno masuk dengan wajah merah padam menatap Anaz yang tengah tertaw. Lalu tawa Anaz tiba - tiba berhenti melihat penampakkan Lenno "Lenno, sudah berapa lama kau di sana?" tanya Anaz gugup

"Selama cerita kebenaran yang baru saja kau ungkap Syahnaz Syafira!!!" ujar Lenno geram. Veni berdiri dari duduknya rasa tegang menyelimuti kedua wanita ini

"Kau tega!! Kau tega melakukan semua ini pada Sherina?? Kau tidak tahu malu!! Sherina merelakanku menikah denganmu dan ini balasanmu padanya?"

Plak!!

Sebuah tamparan mengenai pipi mulus Anaz "Aku menyesal percaya padamu!! Kau tak lebih dari seeokor ular!!!" Lenno sudah tersulut emosinya

"Ini semua rencanamu bukan? Kau sengaja membuat Sherina dan Revam seolah - olah berselingkuh? Kau memang tega!! Memanfaatkan kepolosan Sherina!!"

"Ya!! Aku memang melakukan semuanya, ya aku yang membuat Sherina dan Revan nampak berselingkuh!!" ujar Anaz keras

"Untuk apa hah? Untuk apa? Apa yang kau inginkan? Menikah denganku? Sudah bukan??"

"Aku memang ingin menikah denganmu, dan juga aku ingin memiliki cinta perhatianmu Lenno"

"Persetan dengan Cinta Anaz!! Kau membuatku muak!! Kau begitu Egoiis!!!" ujar Lenno dengan berapi - api

"Lenno aku minta maaf Lenno, aku.."

"Apa? Kau mau bilang kau menyesal? Bulshit!! Baru saja kau bercerita dengan penuh kemenangan! Kau dan mamaku adalah wanita tidak tau diri!!!" Lenno mendorong tubuh Anaz hingga terpojok ke dinding ranjang lalu berjalan keluar ruangan itu

Anaz hendak turun menyusul Lenno namun Veni melarangnya "Berhenti Anaz! Berhenti!!"

"Tidak!! Aku tidak mau kehilangan Lenno tidak" Anaz hendak berjalan namun jahitan pada perut akibat persalinan membuatnya meringis kesakitan dan terduduk di lantai. Menangis meraung memanggil nama Lenno. Hatinya benar tidak ikhlas kehilangan Lenno untuk kesekian kalinya. Kenapa dirinya tak pernah mendapatkan kebahagiaan? Sempat Anaz menyalahkan Tuhan dan Author karena hidupnya yang selalu penuh liku. Dia tidak menginginkan hal lebih hanya cinta dan kasih sayang Lenno yang diinginkannya.

Veni berjalan merengkuh sahabat yang menangis pilu di lantai. Veni tau, Anaz sangat mencintai Lenno melebihi apapun bahkan dia rela hidup seperti ini demi cinta Lenno. Menikah dengan Lenno tak membuatnya bahagia, sejujurnya dia semakin tersiksa karena Lenno tak pernah mencintainya. Walaupun kini ada Diftan di tengah - tengah mereka namun dari sorot mata Anaz terlihat hidupnya tidak bahagia. Siksaan batin selalu menghantuinya. Wanita ini menutupi kerapuhannya dengan berbuat jahat kepada istri pertama suaminya.

"Kenapa? Hikz.. Kenapa dia tidak bisa melihat betapa aku mencintainya? Kenapaa.....????" Anaz berteriak histeris dan memukuli Veni keras. Veni mencoba menenangkannya namun Anaz tetap Histeris membuatnya semakin panik. Dengan cepat Veni memanggil perawat dan dokter untuk membantu menenangkan Anaz. Jangan sampai wanita ini depresi.

Setelah Anaz tertidur karena suntikan oleh dokter, Veni mendekatinya dengan penuh linangan air mata dia mengusap lembut rambut Anaz "Kau wanita yang kuat aku tahu itu, aku tau cintamu pada Lenno tulus, aku tahu kau bisa jadi istri yang terbaik untuk Lenno, tapi sadarlah bahwa cinta tidak harus saling memiliki. Demi Diftan, ku mohon bertahanlah dan bangkitlah" Veni mencium kening Anaz dengan sayang. Dia sangat menyayangi Anaz. Biar bagaimanapun mereka sudah bersahabat sejak kecil.

*****

Tok tok tok

Rizta membuka pintu apartemennya dan terlihat kaget dengan seorang pria dihadapannya. Tangannya berkacak pinggang melihat penampilan pria ini. "Mau apa?" tanya Rizta sinis

"Beri tahu aku dimana Sherina?"

Rizta tertawa "Apa? Kau sedang melucu?"

"Aku serius Rizta beri tahu aku dimana Sherina aku berhak tau dimana istriku sekarang!!"

"Istri? Sherina istrimu? Yang benar saja kau tuan Adhirajasa. Setelah 7 bulan lamanya kau baru datang mencari keberadaan Sherina? Dan satu lagi kau bilang kau berhak tau tentang istrimu?
7 bulan kau mencampakkannya tak memberinya nafkah, kau bahkan sudah menceraikannya, kau masih berkata hak? Setelah sebelumnya kau mengabaikan kewajibanmu?" ledek Rizta

"Ku mohon beri tahu aku dimana dia? Aku ingin meminta maaf semua ini salahku!!"

"Minta maaf? Kau pikir dosamu akan hilang hanya dengan sekedar meminta maaf?"

"Rizta aku tak ingin berdebat.."

"Aku tak mengajakmu berdenat dokter Lenno!!"

"Katakan dimana Sherina!!"

"Tidak akan!!!!" ujar Rizta emosi "Aku tak akan membiarkanmu menyakiti sahabatku lagi ingat itu!!!"

Rizta menutup pintu apartemen itu membuat Lenno mendesah frustasi. Lenno melangkah gontai meninggalkan apartemen Rizta tujuannya kini adalah mencari orang tuanya. Dia kecewa pada orang tuanya. Begitukah sikap mereka pada Sherina? Dia tak habis pikir! Dirinya juga ikut andil menyiksa Sherina. Terbayang sekilas wajah Sherina penuh dengan air mata menyeret koper meninggalkan rumahnya dan dia? Dia bagai seorang monster yang membiarkan istrinya yang tengah mengandung anak keduanya pergi begitu saja.

Tbc

Maaf guyz aku lagii sakit harap maklum yaa

Cinta Kedua (END) 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang