Bagian 38

12.3K 358 53
                                    

"Apa? Hmm baiklah.. Ikuti terus" ujar Anaz pada salah satu anak buahnya. Ini justru di luar dugaan dia mendapatkan suatu ide cemerlang yang akan membuat Sherina pergi jauh dari hidup mereka.

Suara mobil memasuki halaman rumah, Anaz berjalan dengan senyum mengembang menyambut sang suami. Tentu dia ingin menjadi yang pertama dan satu - satunya yang menyambut Lenno. Lenno melihat Anaz dan tersenyum hangat pada Anaz. Sejak mengetahui Anaz hamil, Lenno berusaha membuka diri untuk Anaz. Memberi perhatian yang memang harus di dapatkan Anaz sebagai calon ibu dari anak pertamanya

"Sayang.." Anaz merengek dan menghambur ke dalam pelukan Lenno. Lenno membalas pelukannya dan tersenyum

"Sherina mana?" tanyanya membuat senyum Anaz seketika hilang. Kenapa yang ditanya Lenno malah Sherin? Kenapa bukan dirinya? Bertanya bagaimana hari ini? Bagaimana kabarnya hari ini? Bagaimana keadaan anak mereka? Anaz melepaskan pelukannya, dan beranjak meninggalkan Lenno. Sadar dengan perubahan Anaz, Lenni mencekal lengan Anaz. Istrinya ini mudah tersinggung.

Lenno berlutut di bawah Anaz lalu menempelkan telinganya pada perut yg sedikit membuncit "Hallo anak ayah, sedang apa di sana??" tanya Lenno. Anaz sedikit kaget dengan sikap Lenno. Anaz melirik sedikit kearah pintu, ada Sherina di sana berdiri melihat adegan dia dan Lenno. Kesempatan!

"Ayah, mau anak cewe apa cowo?" tanya Anaz membelai rambut Lenno sayang

"Ayah akan menerima apapun jenis kelamin anak kita, ayah mau dia sehat selalu. Dengar nak, Ayah sangat menanti kehadiranmu. Segeralah besar dan lahirlah kedunia bersama Ayah, Bunda Anaz dan Bunda Sherin ya" Lenno mencium perut Anaz lalu bangkit. Anaz mengerucutkan bibirnya

"Masa cuma perut yang di cium? Aku juga mau" ujar Anaz menja. Lenno tersenyum lalu mencium bibi Anaz sekilas. Uhu yes!!
Lenno merangkul Anaz memasuki rumah. Sherina terdiam kaku di depan pintu gerbang menyaksikan pemandangan indah sepasang suami istri itu. Miris dan sakit sekali rasanya. Perlahan dia masuk ke dalam rumah, memaksakan sebuah senyum dengan menenteng tas kresek

"Sherin.." langkah Sherin terhenti dan menoleh

"Ya Van, kok balik lagi?"

"Dompet kamu ketinggalan, ini" Revan mengulurkan dompet merah muda kearah Sherin. Dan Sherin menerimanya dengan senyum

"Terima kasih ya Van, sudah mau antar pulang dan..."

"Siapa dia?" tanya Lenno tiba - tiba dengan suara tinggi. Sherina dan Revan menoleh seketika. Sherina tersenyum

"Lenno, kenalin ini Revan anaknya ibu Lilis. Kau ingat?" ujar Sherina tenang. Lenno menatap tajam Revan dan Sherina

"Lalu kenapa dia di sini?"

"Revan mengantarkan aku pulang, tadi aku ke Bogor sebentar mencari Asinan yang diinginkan oleh Anaz" Revan mengangguk dan tersenyum ramah

"Tapi aku tidak ingin Asinan Bogor, lagian aku tidak memintamu ke Bogor! Jangan sangkut pautkan aku donk dengan skandalmu yang baru ketahuan" ujar Anaz dari belakang Lenno. Lenno menatap tajam Sherina dan Revan. Sheriba sedikit Syok dengan perkataan Anaz. Dirinya ke Bogor memang permintaan Anaz, atau hanya sebuah jebakan. Revan menatap Anaz tajam seolah meminta dirinya berkata jujur di hadapan Lenno. Tapi Anaz hanya tersenyum licik.

"Sebaiknya anda segera pulang!! Dan kau Sherina masuk ke dalam!!" ujar Lenno dengan nada datar tapi terkesan memerintah. Dengan pelan Sherina melangkah masuk melewati Anaz yang tengah tersenyum penuh arti kearah Sherina.

"Permisi" Revan berbalik meninggalkan rumah Sherina.

Sherina meletakkan asinan itu di ataz meja sampai sebuah tangan menariknya sedikit keras membuat dia terpekik kaget

"Aaaww"

"Sherina, aku pernah melihat fotomu berpelukan dengan laki - laki lain, dan sekarang kau dengan mudahnya pergi bersama laki - laki lain? Dan beralasan mencari Asinan ini? Memangnya di Jakarta makanan ini tidak ada sampai harus ke Bogor hah?"

"Kalau kau tak percaya padaku, aku tak akan menjawab pertanyaanmu. Biar waktu saja yang akan menjawabnya" ujar Sherina menepis tangan Lenno

"Sherina, kau..." lenno menarik Sherina sekali lagi.

"Apa??" bentak Sherina. Dia sudah tak tahan menahan perasaan sakit ini

"Kau membentakku??"

"Saat suami tak lagi bisa bersikap lembut saat berbicara, saat suami telah tertutupi rasa cemburu berlebih, saat suami telah bersikap sedikit kasar pada salah satu anggota tubuhmu, maka sang istri berhak untuk membentaknya!!" ujar Sherina asal. Entah mendapat teori dari mana dia pun tak mengerti. Otaknya berhenti berpikir.

"Aku bertanya Sherina! Dan jawablah"

"Aku sudah menjawab semua pertanyaanmu tadi. Siapa Revan? Dia anak ibu Lilis, kenapa aku pergi bersamanya, karena aku naik taxi dia yang mengantar pulang, dari mana aku? Dari Bogor. Mencari apa? Makanan untuk istri keduamu!!"

"Naik taxi? Kau sudah aku berikan mobil lengkao dengan seorang sopir. Oh kau mau mencari seorang supir yang tampan?" ejek Lenno. Sherina hanya geleng - geleng kepala lalu pergi meninggalkan Lenno. Baginya dia tak perlu menjelaskan apapun lagi. Cukup sudah penjelasan yang dia berikan.

Anaz dan Sherina berpapasan. Anaz hanya tersenyum tipis saat melihat wajah memerah Sherina. Sherina mencekal lengan Anaz "Aku tau semua ini adalah rencanamu, kau sengaja memanfaatkan kesempatan ini untuk membuatku dan Lenno ada dalam lingkaran salah paham!! Kau benar - benar licik!! Aku telah memberikan suamiku untukmu, tapi kau berusaha memilikinya seluruhnya? Tidak Anaz!! Kali ini aku akan mempertahankan suamiku!! Ingat posisimu, ISTRI KEDUA!!" tegas Sherina. Sherina melepaskan tangan Anaz dan berjalan sedikit. Tiba - tiba Anaz terjatuh

"Aaahhh auuu.. Anakku.. Aahh" ringis Anaz. Sherina berbalik dan melihat Anaz di lantai. Lenno berlari dengan tergesa menghampiri Anaz

"Anaz kau kenapa?"

"Tanyakan saja pada Sherina. Aahh.. Perutku sakit.." ujar Anaz. Lenno menatap tajam Sherina lalu mengangkat tubuh Anaz menuju kamar. Sempat terbesit rasa sesal dan mau meminta maaf namun Anaz tersenyum licik dalam gendongan Lenno pada Sherina. "Oh ini permainanamu, Syahnaz Syafira?" batin Sherina.

Lenno merebahkan tubuh Anaz perlahan "Sudah lebih baik?" Anaz mengangguk.

"Kenapa kau bisa dilantai?"

Anaz menunduk "Sherina adalah sahabatku, biar bagaimanapun aku tetap menyayanginya. Sherina sepertinya tidak suka dengan sikapmu yang baik kepadaku. Aku sadar, dia pasti cemburu. Karena aku juga merasakan hal yang sama saat kau bersamanya"

Lenno sedikit tidak paham dengan yang diucapkab Anaz "Aku tak mengerti, lalu kenapa kau ada di lantai Anaz??"

Anaz menatap mata Lenno lalu menunduk lagi "Sherina mengancamku lalu mendorongku ke lantai. Katanya aku akan segera pergi dari sini saat anakku lahir. Dan kalian akan merebut anakku" ujar Anaz.

Lenno terdiam, jadi ini yang membuat Anaz berteriak histeris bahwa anaknya akan dia rebut bersama Sherina?? Kenapa Sherina jadi berubah seperti ini? Dia tak lagi mengenal Sherinanya.

Tbc
Morning. Lagi galau inii

Cinta Kedua (END) 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang