BAGIAN 14

9.4K 328 1
                                    

Tok tok tok

Sarah berjalan kearah pintu dan membukakan pintu. Matanya menatap takjub wanita yang ada di hadapannya. Dia seperti melihat bebek buruk rupa yang menjelma menjadi seorang putri cantik

"Syahnaz?" serunya tak percaya
Syahnaz tersenyum sembari memberikan beberapa bungkusan untuk Sarah

"Hallo tante, apa kabar?" sapa Syahnaz sopan

"Baik, apa ini? Ayo masuk dulu" ajak Sarah kepada Syahnaz

"Oleh - oleh tante dari Amerika" ujar Syahnaz kemudia duduk di sofa empuk

"Om mana tante? Dan Lenno?"

"Om lagi di Bali, kalau Lenno dia tinggal sama Istrinya. Ehem kamu sudah tau kan kalau Lenno..." Sarah berhati - hati untuk menerangkan dia tau betul emosi Syahnaz bila menyangkut Lenno dengan wanita lain. Tapi diluat dugaan Syahnaz tersenyun dan mengangguk

"Ooh gitu, ohya aku akan tinggal di rumah depan tante. Jadi aku akan jadi tetangga tante"

"Ohya? Haduh seru sekali ya. Main - main ke sini tante kesepian. Syahnaz sudah menikah?" Syahnaz menggeleng dengan tersenyum

"Belum sih tante, aku masih fokus dengan karir aku aja. Ya sudah aku mampir sebentar aja. Aku masih ada urusan tante Sarah" Syahnaz berjalan keluar rumah diikuti oleh Sarah.
"Oke penyambutan awal bagus. Tante Sarah calon mertuaku" Batin Syahnaz.

***

Sherina membuka tudung saji di atas meja makan dan tersenyum hangat kepada sang suami

"Kau mau makan ini?" Sherina menawarkan sop kepada suaminya untuk sarapan pagi.

"Waktuku sangat mepet Sherin, aku harus berangkat ke kantor papa dan kerumah sakit. Aku makan ini saja" Lenno meraih roti yang ada di atas meja

Sherina menghela napas, dia harus bersabar dengan sikap Lenno. Sejak pemeriksaan dokter yang menyatakan dirinya belum hamil, sikap Lenno memang berubah. Dan Sherina mencoba untuk memahami keadan suaminya itu.

"Tapi kau bisa membawakanku bekal makan siang nanti" ujar Lenno tersenyum, dia sadar bahwa Sherina kecewa.

"Sherina.." panggil Lenno yang di balas dengan senyuman hangat

"Bagaimana kalau kita mengadopsi seorang anak?" Senyum Sherina mendadak hilang dari bibirnya. Sherina duduk di hadapan suaminya menatap Lenno dengan pandangan Sendu

"Kau begitu menginginkan seorang anak ya Len?" tanya Sherina dengan memaksakan tersenyum

Lenno sadar ucapannya benar - benar sudah diluar batas. Dia tidak bisa seperti ini. Berulang kali dia mencoba mengontrol emosinya. Dia sadar sikapnya belakangan ini seperti anak kecil. Lenno seperti menyalahkan Sherina karena tidak bisa hamil. Padahal faktanya kondisi mereka berdua baik - baik saja

"Tidak bukan begitu maksudku. Kita akan mencobanya lagi. Maafkan aku Sherina" ujar Lenno dengan menggenggam tangan Sherina

"Tidak. Kita bisa mengadopsinya jika kau mau"

Lenno menggeleng "Maafkan aku, kita masih bisa berusaha lagi. Kau ingat kata Arizta kan? Kondisi kita berdua baik - baik saja. Tinggal masalah waktu dan perbanyak berdoa saja" Lenno berdiri dan memeluk Sherina dengan sayang

Sherina hanya mengangguk sejujurnya dia ingin bisa memberikan anak yang lahir dari rahimnya untuk Lenno, bukti buah cintanya bersama Lenno. Tapi Tuhan belum juga memberikan kepercayaan itu. Sherina bingung untuk menuruti perkataan suaminya yang ini atau yang tadi. Dia hanya bisa menghela napas

"Sekali lagi maafkan sikapku yang kekanakan padamu beberapa hari ini. Aku akan pergi ke kantor papa dan kerumah sakit. Sampai jumpa" Lenno mencium kening dan bibir Sherina lalu beranjak pergi.

Sherina terduduk, meratapi keadaannya "Oh Tuhan, apa salah dan dosaku kenapa sampai saat ini engkau belum memberikan kepercayaan kepadaku? Aku tidak ingin mengecewakan suami dan mertuaku Tuhan" Sherina menghapus air mata yang membasahi pipinya.

*****

Lenno berjalan gagah memasuki ruangan tempat papanya bekerja. Karena Rama sedang di Bali untuk urusan bisnis jadi Lenno harus berbagi pekerjaan antara perusahaan dan rumah sakit.

"Mama?" sapa Lenno yang terkaget melihat sang mama tersenyum manis di kursi kebesaran Rama

"Hei kamu sudah datang?" Lenno mendekati mamanya dan mencium pipinya sekilas

"Tumben mama dikantor?"

"Kangen kamu sayang"

"Kok mama ga pulang saja kerumah? Sherina pasti akan senang jika mama berkunjung" Sarah menggeleng

"Lenno, apa Sherina sudah isi?"

"Belum ma, waktu ini kan sudah di jelaskan oleh Sherina"

"Mama curiga, jangan - jangan Sherina itu Man-"

"Mama! Jangan berkata seperti itu. Mama harus tau aku dan Sherina baik - baik saja. Kita sehat ma, ini masalah waktu saja"

"Waktu? Sudah 6 tahun Lenno!! Ini waktu yang sudah cukup lama. Lalu sampai kapan mama harus menunggu? Lenno keluarga ini butuh penerus, kalau kamu tidak memiliki seorang anak bagaimana keluarga kita?"

"Sabar ma. Semua pasti ada jalannya. Sebaiknya mama pulang. Dan aku minta jangan pernah bicara yang bukan - bukan mengenai Sherina, dia istriku wanita pilihan mama!"

"Iya memang, tapi mama kan tidak tau kalau Sherina itu Mandul"

"Mama!! Mama benar - benar kelewatan" Lenno mulai terpancing emosinya.

"Maaf maaf.. Mama tidak bermaksud. Mama sangat merindukan seorang cucu"

"Kami sedang berusaha" ujar Lenno pelan

"Bagaimana kalau kau menikah lagi saja?" tawar Sarah yang di sambut delikan mata oleh Lenno

"Mama semakin ngawur bicaranya. Dengan tidak mengurangi hormat, Lenno minta mama pergi. Sebelum Lenno marah"

"Tapi-"

"Lenno tidak akan menikah dengan siapapun titik!"

Sarah berjalan dengan menahan kesal melihat tingkah putra satu - satunya yang tidak mau mengerti keadannya.

Lenno menghela napas setelah kepergian mamanya. Dia benar - benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran sang mama. Dulu dia mati - matian ingin menjodohkan Lenno dengan Sherin dan sekarang seenaknya saja menghina Sherin dan memintanya mendua
Lenno memang sangat menginginkan adanya anak dianatara dia dan Sherin, namun jika Tuhan belum memberi kepercayan apa yang harus di lakukannya? Lenno memijat pelipisnya yang terasa sakit. Bayangannya kembali pada Sherina. Wanita cantik itu pasti akan sangat terluka jika dia menikah dengan wanita lain. Siapapun wanita tidak akan sudi berbagi suami.

"Aku mencintai Istriku, sampai kapanpun itu. Dia lah penghuni sejati hatiku. Bagaimana aku bisa menduakan wanita yang bagai Dewi di hidupnya? Tidak tidak! Sherina tidak mandul, ini masalah waktu. Tapi sudah 6 tahun menunggu"

Lenno menggeram kesal. Bagaimana mungkin sebelah hatinya memiliki setitik kecil keinginan untuk menuruti keinginan sang mama untuk menikah lagi? Tidak akan tega melihat Sherina menangis karena pedihnya di madu.

"Lebih baik mengadopsi anak daripada harus menikah lagi!" batin Lenno

Tbc

Cinta Kedua (END) 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang