¤Prologue: Back to Hogwarts¤

18.3K 1.5K 41
                                    

Hermione Granger berjalan menapaki rumput yang tumbuh liar di halaman rumahnya. Ia kembali lagi ke rumah lamanya. Orang tuanya ternyata belum menjual rumah ini. Aneh juga, padahal ia sudah memodifikasi ingatan orang tuanya agar pindah ke Australia. Tapi begitulah, ia menemukan rumah ini, kosong tak berpenghuni, tapi tidak ada tanda-tanda rumah ini pernah di jual.

"Alohomora..." bisiknya. Pintu membuka. "Lumos!" bisiknya lagi. Tongkatnya menyala. Ia menahan napasnya sambil melangkah kedepan. Ia takut akan menemukan tubuh tak bernyawa orang tuanya. Ia menyalakan lampu. Rumahnya seperti habis digeledah. Rupanya para Pelahap Maut datang ketempat ini dan menggeledah rumahnya.

"Nox!" Tongkatnya padam. Ia melangkah ke kamar orang tuanya, kosong, hanya barang-barang tak berharga berserakan di lantai. Ia keluar, kemudian memeriksa seluruh lantai bawah.

Hermione naik ke lantai atas, ke kamarnya. Semua barang-barangnya berantakan. Buku-buku masa kecilnya yang tidak ia bawa bersamanya, semua ada di sana.  Setelah melihat semua bagian rumah itu, ia mulai rileks. Orang tuanya masih sempat melarikan diri.

Gadis itu merapikan barang-barang yang berantakan. Terkadang ia mengayunkan tongkat sihirnya untuk memperbaiki barang-barang yang rusak. Beberapa jam kemudian, semua sudah kembali seperti semula. Ia membersihkan diri dan mulai membongkar semua barang yang ia bawa dalam satu koper kecil.

Disinilah ia, di rumah lamanya. Rumah yang dulunya hangat sekarang seperti habis diserang ratusan Dementor, dingin dan membawa kenangan-kenangan lama yang hanya akan menjadi kenangan.

Hujan deras mulai turun. Hermione mulai merasa kedinginan, dulu di saat seperti ini ia dan keluarganya pasti sedang menonton TV bersama-sama dengan cokelat hangat terbaik buatan ibunya. Kenangan-kenangan yang indah namun menyakitkan melanda gadis ini. Air mata meleleh di pipinya. Ia memandang kosong ke arah jendela luar.

Sekelebat bayangan muncul di depan pintu. Tok! Tok! Ketukan pintu menyadarkan Hermione dari lamunannya. Ia menghapus air mata dari pipinya dan beranjak menuju pintu. Begitu pintu terbuka, tampaklah Harry Potter, sahabatnya yang terkenal dan Ronald Weasley, kekasihnya. Ron melangkah ke arahnya dan mengecup bibirnya. Kehangatan menjalari tubuhnya.

"Mau apa kalian datang?" tanya Hermione.

"Aduh, kami hanya khawatir. Dari tadi, Ron terus-terusan mengoceh tentang keselamatanmu!" kata Harry. Wajah Ron memerah.

"Aku hanya khawatir Hermione. Selain itu, boleh kami masuk, hujan sangat deras di luar, rasanya kami kedinginan." jawab Ron. Hermione mempersilahkan mereka masuk.

Ia menyalakan api di perapian dan membuat tiga gelas cokelat hangat. Kedatangan mereka membuat keadaan lebih nyaman. Mereka bercanda sambil menikmati cokelat hangat. Harry menyalakan TV. Mereka menonton film komedi konyol sambil menertawakan ketidaktahuan Ron tentang peralatan Muggle.

Hermione kembali merasa hangat, berada di tengah-tengah mereka sama halnya seperti berada di tengah keluarga.

"Hermione, kami mempunyai sesuatu untukmu." kata Harry sambil menyerahkan amplop bertuliskan namanya. Ia membalik amplop tersebut, amplop dari Hogwarts. Ia membuka segel amplop perlahan.

Kepada
Ms. Hermione Granger
The Burrow

Kami Sekolah Sihir Hogwarts mengundang Anda kembali untuk bersekolah di sana kembali sebagai murid tahun kedelapan mengingat kejadian luar biasa yang baru kita alami. Jika anda bersedia mengikutinya, silahkan datang ke Stasiun King's Cross atau datang langsung ke Hogwarts pada tanggal 1 September mendatang. Silahkan membawa barang-barang seperti yang terlampir di belakang ini.

Jika anda bersedia maka anda akan diangkat menjadi Pengawas Ketua Murid Perempuan Hogwarts.

Hormat kami,
Kepala Sekolah Hogwarts

Prof. M. McGonnagal

Di belakang surat tersebut ada lampiran barang-barang yang dibutuhkan. Selain itu, didalam amplop itu ada lencana, lencana Pengawas Ketua Murid Perempuan berkilau di tangannya. Pandangannya beralih kepada Harry dan Ron.

"Apakah kalian akan kembali?" tanyanya. Mereka menggeleng.

"Impian kami menjadi Auror, Hermione, dan impian itu sudah di depan mata. Kami akan menjadi Auror." jelas Harry.

"Bagaimana denganmu? Apakah kau akan kembali?" tanya Ron.

"Ya..." katanya "... aku akan kembali ke Hogwarts."
___________________________

"Draco Malfoy..." Malfoy menengadahlan kepalanya begitu namanya disebut oleh hakim. Wajahnya yang tirus terlihat sangat menyedihkan, lingkaran hitam di matanya menandakan bahwa ia tidak tidur selama beberapa hari, wajahnya yang pucat hampir tidak berwarna. Matanya menyiratkan keputusasaan.

"Membantu Pelahap Maut lainnya memasuki Hogwarts, menjadi sumber informasi kepada Pangeran Kegelapan, serta melakukan percobaan pembunuhan terhadap Albus Dumbledore. Apakah kau tahu semua itu adalah pelanggaran serius di dunia sihir?"

"Ya, yang mulia" jawabnya pasrah.

"Atas tindakan yang telah kau lakukan kau dijatuhi hukuman dua tahun penjara dengan satu bulan masa percobaan. Apakah ada pembelaan yang ingin kau sampaikan?" Malfoy menggeleng. Hakim menghembuskan napas.

"Satu lagi Mr. Malfoy, kau akan mengikuti tahun kedelapan di Hogwarts, itu artinya kau hanya akan mendekam di penjara selama 1 tahun. Selamat! Sekarang bawalah pemuda ini ke selnya di Azkaban." Dua dementor datang dan mengapit Malfoy keluar. Ia dibawa ke Azkaban.

Peringanan hukuman 1 tahun tidak membuatnya senang sama sekali. Dalam hitungan hari ayahnya akan dijatuhi hukuman mati, ibunya dijatuhi 5 tahun hukuman penjara. Ia berharap ia mati saja.

Sekarang... ia hanya dapat menunggu di selnya bersama dengan para Dementor sebelum kembali menjadi bahan ejekan di Hogwarts, itu sama sekali tidak membuatnya senang.
                                                                   

Chell:
Hai, maaf nih baru publish, soalnya blom sempet kemarin, hehe. Gimana? Baru pertama kali biki  FF nih, mohon commentnya ya buat FF yang lebih baik untuk kedepannya (^^)

One Simple SpellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang