Maaf lama, sibuk udh deket UN. Ready? Happy Reading!
(Draco's PoV)
"Sudah ada kabar tentang Beth?" tanyaku. Hermione terdiam. "Tidak. Aku mohon, untuk sekarang kau jangan bertemu aku lagi." Giliran aku yang terdiam. "Apa, kenapa?"
"Aku sudah muak denganmu, dengan kita. Aku, aku benci mengatakan ini tapi aku lelah."
"Apa? Apa ini karena Beth? Aku minta maaf, sungguh. Dengar ya, aku, seorang Malfoy ini rela meminta maaf padamu yang seorang keturunan muggle ini saja sudah merupakan sebuah kehormatan bagimu!"
"Aku tidak minta kata maaf darimu! Aku tidak minta kau membalas budi atas insiden Nightshade itu. Aku... aku seharusnya sedang liburan di The Burrow bersama Ron dan Harry, bukannya seperti ini! Kau pikir akan semudah itu memaafkanmu lagi?!
"Aku merasa seperti seorang aktris dalam drama murahan yang dengan mudahnya jatuh ke dalam tanganmu untuk kesekian kalinya! Sekarang aku ingin kau pergi dari hidupku!" Hermione berappearate. Aku mengutuk diri sendiri. Mengapa kau begitu sulit diatur? kataku pada lidah ini.
Semua ini karena kebodohanku, meminum Nightshade, seharusnya ini tidak terjadi. Seharusnya ia biarkan aku mati saja. Atau seharusnya aku sedang berada di Manorku, bermain dengan gadis-gadis yang menggilaiku, mungkin Astoria. Tapi tidak! Keadaan telah mengubahku. Mengubah hatiku. Mengubah Malfoy yang brengsek menjadi cengeng seperti ini. Keadaan membuatku jatuh cinta pada seorang muggle-born, darah lumpur yang dihindari keluarga Malfoy selama berabad-abad.
Kepalaku pusing, aku butuh hiburan. Aku berjalan tanpa arah sampai akhirnya aku menemukan sebuah bar murahan di pinggir jalan. Bukan tempat pertama yang akan didatangi seorang Malfoy sejati jika ingin minum, tapi aku sudah bukan Malfoy sejati. Malfoy sejati tidak akan jatuh cinta dengan seorang mudblood. Lagipula, apa yang didapat semua Malfoy sejati? Mereka mati.
"Aku mau minum," kataku. Semua orang memandangku. "Kami ke sini memang untuk minum, bocah," kata seorang laki-laki tua. Aku mengabaikannya. "Wiski Api," kataku pada si bartender.
"Kau yakin punya uang untuk membayar? Karena semua orang yang tidak bisa membayar tidak akan keluar dari sini hidup-hidup." Aku menyerahkan beberapa lembar uang muggle kepadanya, ia terbelalak, dan segera mengambilkan minuman untukku. "Ini minummu, tuan."
Aku menenggak segelas, kemudian segelas lagi. Euforia dalam diriku bertambah. Pikiranku mulai berkabut. Aku meminuk satu gelas lagi sampai botol pertama sudah habis. Si bartender membawakanku botol yang baru. Belum habis botol kedua, aku sudah benar-benar mabuk.
•••
(Author's PoV)
Hermione sudah mengurus segalanya. Ia tahu apa yang akan dilakukan Astoria. Pertarungan antara mereka pasti akan terjadi. Ia melatih mantra-mantra untuk pertarungan. Ia berusaha fokus tapi bayangan wajah Beth dan Draco terus-menerus menghantuinya.
Dengan gelisah ia menunggu malam tiba, berulang-ulang ia mempelajari mantra yang sama. Satu keyakinan yang ia miliki adalah Astoria tidak akan menggunakan Avada Kedavra karena ia akan mati dengan cepat jika seperti itu. Ia yakin Astoria akan sebisa mungkin menyiksanya terlebih dahulu.
Hari mulai gelap, tapi jam masih menunjukkan pukul empat. Musim dingin membuat semuanya terasa lebih cepat. "Sayang, kau mau minum teh?" ibu Hermione memanggil. "Sebentar, bu."
"Ada apa, Sayang? Dari tadi pagi kau terus mengurung diri di kamarmu. Kalau ada masalah, sebaiknya kau ceritakan, siapa tahu kami bisa bantu," tanya Mr. Granger. "Tidak, hanya memikirkan Beth, anak yang aku anggap adikku sendiri."
"Aku yakin kau akan menemukannya. Kami akan membantumu mencarinya." Tidak, kalian tidak bisa membantu, kata Hermione dalam hati.
Selesai minum teh, hari mulai gelap. Hermione pamit kepada kedua orangtuanya. "Bu, aku mau keluar sebentar. Mungkin aku akan terlambat saat makan malam, jangan tunggu aku." Ia mencium pipi ibunya. "Aku pergi dulu, Ayah!" Mr. Granger mengangguk.
Hermione memasang mantelnya, di jalan ia terus-menerus berpikir tentang kemungkinan terburuk yang akan dihadapinya. Tanpa sadar kakinya telah membawanya sampai ke tempat pertemuan, gudang di ujung jalan.
Pintu berderit ketika Hermione membukanya. Gelap hanya ada cahaya bulan yang masuk lewat kaca jendela berdebu, tidak ada tanda-tanda psikopat yang sedang memburunya. "Lumos." Cahaya muncul dari ujung tongkatnya. Ia berjalan menyusuri ruangan persegi itu dengan cemas.
"Beth?" Hermione berbisik. "Aku datang." Dari ujung yang berlawanan, seseorang mengerang. "Beth! Beth!" Hermione berlari ke arah asal suara. Beth terlihat sangat ketakutan. Ada plester yang menutupi mulutnya. Tangannya juga terantai. Hermione melepas plester yang menutup mulutnya. "Hermione? Kita harus pergi sekarang!" kata Beth. "Ya, kita akan segera pergi dari sini."
"Relashio!" Seketika rantai yang membelit tangan Beth terlepas. "Ayo kita pergi sekarang!" Beth menarik tangan Hermione ke arah pintu keluar. Tiba-tiba pintu gudang tertutup. "Aku rasa kalian tidak akan pergi secepat itu," suara dingin Astoria bergema di sepenjuru gudang.
"Astoria, aku mohon bebaskan Beth!"
"Ya, tentu saja aku akan membebaskannya kalau dia tidak memberi tahu orang lain. Sayangnya aku tahu dia pasti akan memberi tahu orang lain. Jadi sebaiknya dia tetap disini."
"Aku mohon, Astoria. Aku akan bicara dengannya. Biarkan dia pergi dan aku milikmu sepenuhnya. Kau bebas melakukan apapun padaku."
"Apapun? Dan kau tidak akan melawan?" tanyanya. Hermione mengangguk. "Baiklah, kau punya sepuluh detik untuk bicara."
"Beth, dengarkan aku."
"Tidak kau tidak boleh di sini. Dia akan membunuhmu!"
"Aku tahu, tapi aku mohon, aku ingin kau selamat. Kau harus pergi dari sini, aku mohon, Beth."
"Tidak, aku tidak akan meninggalkanmu!"
"Beth. Aku mohon."
"Cukup, waktu habis! Crucio!" seru Astoria dari sudut ruangan. Hermione menjerit. "Tidak! Hermione! Kau jahat! Kau benar-benar jahat, Tori!"
"Jahat? Menurutmu ini jahat?" Perhatian Astoria teralih dari Hermione ke Beth. "Aku rasa kau harus tetap di sini."
"Levicorpus!" Hermione melempar mantranya kepada Astoria. Untungnya (sialnya) Astoria berhasil menghindar. "Berani-beraninya kau, mudblood!"
"Aku sudah kebal dengan hinaan itu, kau tahu."
"Crucio!" Hermione memberikan tanda kepada Beth. "Lari! Aaaagh!" Sebelum Astoria menyadarinya, Beth sudah keluar dari gudang itu. Sekarang hanya tinggal Hermione dan Astoria. Astoria mengangkat tangannya. Tubuh Hermione melayang tak berdaya. "Kau tahu, kematianmu akan menyakitkan." Ia mengibaskan tangannya. Tubuh Hermione terlempar dan menabrak dinding, tak sadarkan diri.
•••
Mendekati klimaks, saya mau berterima kasih kepada semua pembaca yang masih bersedia membaca FF amatir ini. Wish me luck for UN yaa.
Thanks buat supportnya, comments dan votes nya. Thanks buat 11.3K reads, 1.3 votes, dan 165 comments.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Simple Spell
FanfictionIt's only one simple spell but why it's to hard to say? ~ ••• "Bagaimana hasil NEWT-mu?" tanya Hermione. "Semua memuaskan kecuali Mantra, aku gagal," jawab Malfoy. "Ada apa?" "Aku tidak bisa mengucapkan satu mantra sederhana, satu mantra yang seharu...