Happy Reading!
Di luar gudang, salju mulai turun Beth benar-benar ingin masuk ke sana dan menyelamatkan Hermione, tapi kaki kecilnya membawa dirinya untuk berlari menjauh. Dari jarak sepuluh meter suara jeritan Hermione masih terdengar jelas. Di sekitar gudang memang sangat sepi, rumah terdekat hampir dua puluh meter jauhnya.
Beth berlari kedinginan sampai ke taman. Ia tidak berani pulang, ia tidak berani meninggalkan Hermione lebih jauh lagi. Alhasil ia menangis sambil menyandarkan dirinya ke sebatang pohon ek, tanpa peduli dinginnya salju.
(Draco's PoV)
Aku benar-benar mabuk. Dua botol wiski api habis kuminum, sekarang kepalaku pusing, perutku mual. Sudah tiga kali aku muntah sejak keluar dari bar. Aku harus kembali ke Manorku dan beristirahat. Aku meraih tongkatku, berusaha memfokuskan pikiranku ke Manorku.
Sedetik kemudian aku sudah berada di sebuah kompleks perumahan. Ini bukan Manorku, di mana ini? Aku bisa saja berappearate langsung ke Manorku, tapi aku penasaran apa yang membawaku ke sini. Salju turun dengan deras, tetapi aku tidak begitu terganggu mengingat panas tubuhku setelah mengenggak dua botol wiski api.
Aku berjaan tanpa arah mengikuti jalan. Tidak ada apapun, aku pikir, ini hanya kesalahanku karena kurang fokus. Tiba-tiba terdengar isakan entah dari mana, aku menyiagakan tongkatku. Aku mengitari sebuah pohon di taman, tidak ada apa-apa. Aku mulai merinding.
Aku baru saja ingin berlari ke arah sebaliknya, seseorang berteriak "Draco!" Aku terlonjak, dan menoleh ke kanan kiri, tidak ada siapa pun.
Seseorang memegang kakiku, aku terkejut dan terjatuh. Aku menoleh ke arah seseorang yang memegang kakiku. Beth ada di sana, di antara timbunan salju, kedinginan, menangis. "Beth?"
"Draco..." Aku menariknya keluar dari salju, kemudian merengkuhnya dalam pelukanku, setidaknya tubuhku panas. Ia menangis tersedu-sedu. "Tidak apa, kau sudah aman. Ayo, aku akan antar kau ke rumahmu untuk bertemu Hermione."
"Her... mi..." ia mencoba bicara tapi giginya terus bergemeletuk kedinginan. "Tunggu sebentar," kataku sambil mengambil tongkatku. Aku menghangatkan tubuhnya. Meski masih kedinginan giginya sudah berhenti bergemeletuk. "Hermione... Astoria... kau...kau harus tolong Hermione."
"Ada apa dengan Hermione?" Tapi Beth tidak menjawab dan hanya menangis sesegukan. "Ada apa?" tanyaku lagi. "Aku tidak boleh bilang siapa-siapa."
"Ayolah, aku bisa menjaga rahasia."
"Ini bukan rahasia. Aku takut. Mungkin kalau aku tidak bilang Hermione bisa selamat."
"Selamat, selamat dari apa? Tolong, Beth. Aku tahu kau ingin menolong Hermione, aku juga. Kumohon."
"Hermione...dia dalam bahaya. Tori, dia jahat..." kata Beth. Aku tidak merasa itu menjelaskan sesuatu. "Dimana dia?" Beth menunjuk gudang yang menjulang di ujung jalan. Aku berdiri. "Kau mau ke mana?"
"Aku akan menyelamatkan Hermione. Sekarang pulanglah, kau lebih aman di rumah."
"Apa? Tidak. Aku ikut!" katanya. Entah mengapa ia mendapat keberaniannya kembali. "Kau yakin?"
"Ya." Selanjutnya kami sudah berjalan ke arah gudang. Suasana hening seperti tidak terjadi apa-apa. Aku masih tidak tahu apa maksud Beth, aku bahkan tidak tahu apakah ia sungguh-sungguh, tapi rasa penasaranku membuat aku maju. Begitu kami hanya berjarak sepuluh meter dari gedung, suara jeritan terdengar. Siapapun yg menyiksa Hermione, ia pasti memasang mantra Muffliato di sekitar daerah ini.
Jeritan kedua terdengar. "Apapun yang terjadi, jangan masuk. Aku tidak mau kau terluka." Beth menganguk, lalu aku masuk. Pintu gudang berderit begitu aku membukanya, di dalam gelap. "Aaaakh," jeritan Hermione bergema di seluruh gudang kecil itu. "Ini akibatnya jika macam-macam denganku, Mudblood!" Aku berjalan tanpa suara ke arah datangnya suara yang sangat aku kenal, itu suara Astoria.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Simple Spell
FanfictionIt's only one simple spell but why it's to hard to say? ~ ••• "Bagaimana hasil NEWT-mu?" tanya Hermione. "Semua memuaskan kecuali Mantra, aku gagal," jawab Malfoy. "Ada apa?" "Aku tidak bisa mengucapkan satu mantra sederhana, satu mantra yang seharu...