Here's the epilogue. Enjoy.
Hermione masih berdiri di sana, menatap kosong pada sebuah makam basah yang baru ditutup. Semua pelayat sudah pulang, tetapi ia masih di sana. Hermione jatuh berlutut, "Maafkan aku, ini salahku! Ini semua karena aku!" Ia berbisik pada makam itu, memukul-mukulkan tangannya pada tanah basah.
Semua sia-sia, makam itu tidak terbuka kembali, tidak ada yang terjadi. Air mata mengalir di pipi Hermione, perlahan jatuh ke tanah. Semua sia-sia! Tak ada artinya lagi dia hidup, dia pergi karenanya. Gadis itu sudah pergi.
Hermione masih mengingat kejadian yang baru terjadi dua hari yang lalu itu dengan sangat jelas. Darah, kilasan cahaya hijau memuakkan, dan keputusasaan.
Darah Draco menetes dari luka di dadanya, sesaat kemudian dia ambruk ke arahnya. Ia mengira tidak akan pernah melihatnya lagi, atau mendengar suaranya lagi. "Tidak!" Tapi ia masih bisa merasakan dada Draco yang naik turun berusaha mencari udara. Ia masih hidup.
Dari sudut matanya, Hermione melihat Beth, gadis sebelas tahun itu berdiri di sana, di antara mereka berdua dan Astoria. Sebelum ia sempat menyuruh Beth menyingkir, kilasan cahaya hijau menghantam dadanya. Matanya terbelalak, ia jatuh ke lantai, tak bernyawa. Telinganya berdenging karena duka yang ia rasakan. Ia kehilangannya, gadis kecil kesayangannya. Ia kehilangan Beth. Semua karena salahnya.
Astoria menarik dirinya dari keterkajutan, tidak ada yang menduga gadis itu akan datang. Semua orang sibuk memikirkan cara membunuh atau melumpuhkan yang lainnya. Sebelum Hermione berhasil keluar dari kesedihannya, Astoria sudah mengayunkan tongkatnya lagi. "Avada.."
Pintu gudang menjeblak terbuka, "Stupefy!" Kilasan cahaya merah menghantam Astoria, ia terlempar beberapa meter lalu pingsan. Di pintu Jeremy berdiri menggenggam tongkatnya. Jeremy mengedarkan pandangannya ke sekeliling gudang.
Ia melihat Astoria yang tak sadarkan diri, Beth yang tergeletak lemas, Draco yang berdarah-darah, tapi pandangannya jatuh pada Hermione yg menatap kaget ke arahnya. "Apa yang terjadi di sini?" tanya Jeremy. Hermione tidak menjawab, ia terlalu terkejut. Ia baru saja melihat Beth yang sudah seperti adik kandungnya sendiri mengorbankan nyawa baginya. Mungkin sebentar lagi Draco juga.
Jeremy berlari ke arah Beth. Sekali menyentuhkan tangannya ke tubuh Beth ia tahu tidak ada yang bisa diselamatkan. Mendadak ia mengerti. Ia menggendong ke arah Hermione. "Ayo, kita harus pergi! Dia harus diobati!" kata Jeremy. Hermione menggeleng. "Dia sudah mati..." katanya.
"Bukan Beth, maksudku Draco."
"Dia akan mati! Biarkan aku disini!"
"Kau bodoh! Beth sudah mengorbankan nyawanya hanya untuk melihatmu mati, melihatnya mati?"
"Biarkan! Biarkan aku mati juga!" Hermione menggenggam tongkat Draco dan mengarahkannya ke dada. "Ava..."
"Expelliarmus!" Tongkatnya terlempar. "Maafkan aku, Hermione. Stupefy!" Mantra tersebut membuat Hermione jatuh pingsan. "Accio tongkat!" Semua tongkat, baik milik Hermione, Draco, dan Astoria melayang ke tangannya. Ia menyinpan tongkat itu. Ia mengirim Patronus-nya ke Kementerian Sihir untuk menangkap Astoria, kemudian melayangkan 'Petrificus Totalus' agar Astoria tidak bisa kabur.
Ia melihat ketiga temannya (Beth termasuk temannya), mendekatkan mereka kepadanya. Ia memfokuskan pikirannya, sedetik kemudian ia sudah ada di depan gerbang St. Mungo dengan ketiga temannya.
Draco hampir kehabisan darah, sementara Beth tidak bisa diselamatkan. Nyaris tidak ada yang pernah selamat dari kutukan maut itu. Hermione dibiarkan menenangkan diri, luka-lukanya diobati.
Ketika sadar, Hermione kaget. Jeremy di sana bersama Zoey serta Mr. dan Mrs. Granger. "Uhm, apa? Di mana Draco? Jeremy? Di mana Beth?" Semua orang menata Hermione cemas. Jeremy menggeleng. Dingin, itu yang ia rasakan, seakan sebuah balok es meluncur jatuh ke perutnya. Ia menangis, tapi tidak ada air mata yang keluar. Setelah menenangkan diri, Hermione bertanya, "Bagaimana kau bisa ada di sana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
One Simple Spell
FanfictionIt's only one simple spell but why it's to hard to say? ~ ••• "Bagaimana hasil NEWT-mu?" tanya Hermione. "Semua memuaskan kecuali Mantra, aku gagal," jawab Malfoy. "Ada apa?" "Aku tidak bisa mengucapkan satu mantra sederhana, satu mantra yang seharu...