Kaya Hawkins
One more week.
Satu minggu lagi Zayn akan pulang dari Paris. Satu minggu lagi semua akan kembali seperti normal. Tunggu, sepanjang kami pacaran, semua memang sudah tidak berjalan normal dari awal.
Perkenalkan, namaku Kaya Elizabeth Hawkins, kalian bisa memanggilku, Kaya. Aku bekerja sebagai Enterpreneur, aku menjalankan bisnis bersama teman-temanku sejak kami lulus kuliah.
Aku tinggal bersama pacarku di sebuah flat di London selama kurang lebih 4 tahun. Tidak ada yang mengetahui identitas pacarku kecuali teman-teman dekat dan keluargaku karena pacarku adalah seorang anggota boyband yang saat ini sangat terkenal di seluruh dunia. Sebut saja namanya: Zayn Malik. Ya, kami sudah berpacaran selama hampir 4 tahun tanpa diketahui publik. Yang publik tau, dia berpacaran dan sudah bertunangan dengan Perrie Edwards, salah satu anggota Little Mix, padahal itu hanyalah settingan dari manajemen, hal itu bermaksud untuk menaikan popularitas dari Little Mix, hal ini sudah masuk dalam kontrak kesepakatan Zayn sejak saat pertama dia bergabung dengan One Direction. Tapi sekarang semua itu sudah berakhir, kontrak pura-pura mereka sudah berakhir. Tidak ada satupun fans yang mengetahui tentang hal ini. Mereka tidak tau kalau sebenarnya aku ada disini. Seorang wanita yang sangat mencintai Zayn dari apapun.
"Aku akan pulang minggu depan. Kau mau dibawakan oleh-oleh apa?" Tanya Zayn melalui telepon.
"Kau pulang saja aku sudah senang. Tidak usah membelikanku oleh-oleh." Jawabku dengan suara yang pelan.
"Pasti kau sedang menangis, ya? Kan aku sudah bilang kalau aku tidak suka melihat atau mendengarmu menangis, sayang." Ah, kan kau sendiri yang membuatku menangis.
"Siapa bilang aku menangis? Aku sedang sakit, tau." Tangkisku. Aku memang sedang sakit sekarang, ditambah dengan kerinduanku pada Zayn yang sudah memuncak, tambah parah saja sakitku.
"Kau sudah pergi ke dokter? Kau sebaiknya dirumah saja. Telepon Michelle atau Andy untuk menjagamu. Aku akan menelpon Caroline dan-"
"Shush, kau tidak perlu khawatir. Aku hanya demam dan sakit rindu." Candaku.
"Sayang, aku serius. Aku benar-benar mengkhawatirkanmu. Apakah kau yakin kau akan baik-baik saja?"
"Ya, aku baik-baik saja. Aku harus pergi ke kantor sekarang. Telepon aku kalau kau tidak sibuk, ya? Bye, I love you."
"Bye, babe. Take care and I love you more. Aku merindukanmu."
Setelah mengakhiri pembicaraan singkatku dengan Zayn melalui telepon, aku bergegas mengambil tas dan mengunci flat sebelum masuk ke dalam mobil Michelle. Dia terlihat cantik, seperti biasanya.
"Kau yakin kau akan baik-baik saja? Kau tidak perlu pergi ke kantor, kau terlihat sangat pucat, Kaya. Lagipula, aku dan Andy juga hanya akan pergi menemui pemilik catering untuk acara minggu depan." Tanya Michelle kepadaku dengan wajah cemasnya.
"Aku baik-baik saja. Hanya demam sedikit. Apakah pemilik catering setuju untuk mengganti menu makanannya?"
Michelle adalah sahabat sekaligus rekan bisnisku. Kami sudah bersahabat sekitar hampir 10 tahun dan tentu saja kami sudah paham betul kejelekan satu sama lain.
Kami memutuskan untuk membangun sebuah event organiser beberapa tahun lalu saat kami masih duduk di bangku kuliah. Saat itu, aku dan Michelle diminta teman kuliah kami untuk menyiapkan pesta ulang tahunnya. Acara nya berlangsung sangat sukses dan dari situlah kami berpikir kenapa kami tidak membuat sebuah event organiser saja?
Waktu itu kami dibantu suntikan dana dari Grandpa-ku yang sejatinya memang adalah pebisnis handal sama halnya dengan kedua orang tuaku. Kami memulai usaha kami dari bawah hingga sampai saat ini, kami sudah dipercaya untuk meng-organize beberapa pesta acara pejabat, artis, penyanyi bahkan acara kenegaraan-pun, kami pernah diundang untuk ikut bergabung membantu event organizer yang sudah lebih handal dan lebih besar tentunya.
"Sudah. Kau harus mencicipi menu makanan utama. I swear, that was the tastiest food I've ever eaten in my life." Jawab Michelle membuatku tertawa kecil.
"Baiklah. Sekarang bisakah kita langsung berangkat ke kantor?"
-
"Coba kau jelaskan padaku kenapa kau masih tetap ingin bersama Zayn? Maksudku, kalian sudah berpacaran hampir 4 tahun dan tidak ada peningkatan sama sekali." Kami sedang rapat tapi Michelle, seperti biasa, selalu menanyakan hal random tentang hubunganku dan Zayn yang selalu membuat aku kesal.
Dia salah satu sahabat yang paling tau tentang hubunganku dan Zayn, karena aku selalu curhat tentang semua hal kepadanya, walaupun terkadang dia menyebalkan, sih.
"Karna aku mencintainya, Michelle." Jawabku singkat sambil mengetik rundown untuk acara Awards yang akan diselenggarakan 2 minggu lagi.
"Huh? That's full of bs. Love is when a girl forget there are 7 billions people in the world." Katanya kesal dan aku hanya menggelengkan kepalaku sambil tertawa kecil.
"Kaya, kau benar-benar seorang perempuan tersabar didunia ini. Aku belum pernah menemukan perempuan sepertimu. Maksudku, aku tau Zayn kaya, tampan, dan hot. Tapi kau juga harus sadar kalau dia tidak bisa memberikanmu apa-apa, bukan soal materi, tapi waktu dan kasih sayang. Aku jarang sekali melihat kalian pergi keluar berdua. Kalian tinggal bersama tapi kalian jarang menggabiskan waktu bersama, kan? Ayolah, Kaya. Banyak sekali laki-laki yang mengejarmu." Kau salah, Michelle. Zayn adalah satu-satunya laki-laki yang bisa memberikan semua yang aku butuhkan.
Biar ku tegaskan, aku tidak perlu harta Zayn, karna dari kecil juga aku sudah berasal dari keluarga berada, tapi kalau soal waktu dan kasih sayang, Zayn benar-benar sudah memberikanku lebih dari cukup. Kenapa kami jarang pergi keluar berdua? Karna kami selalu memilih untuk tinggal di dalam rumah. Kenapa kami jarang menghabiskan waktu bersama? Pertama, aku mengerti kalau Zayn sangat sibuk, jadi aku sebisa mungkin mengerti kalau aku tidak bisa selalu bersama Zayn. Dan soal hubungan kami yang belum ada peningkatan, itu semua hanya waktu yang bisa menjawab. Aku tidak mau menjalani hubungan ini dengan terburu-buru.
"I'm one hundred percent sure that you already knew the answer, Michie."
"Terserah kau saja, ok? Sekarang coba kau jelaskan kenapa semalam ibunya meneleponmu?" Aduh. Aku keburu cerita kalau semalam Trisha meneleponku.
"Um, dia hanya menanyakan soal keadaanku, semalam aku bilang ke Zayn kalau aku sedang sakit. Mungkin Zayn yang menyuruhnya untuk meneleponku."
"Bohong. Kau terdengar sangat gugup semalam saat kau bilang kalau Trisha baru saja meneleponmu." Apakah aku harus cerita kalau sebenarnya aku....
"Kaya, kita sudah bersahabat sangat lama. Aku tau kapan kau jujur dan kapan kau sedang bohong." Sebelum aku bisa menjawab, Andy masuk ke ruangan rapat bersama beberapa staff yang lain. Aku menghela nafas pelan, setidaknya aku bisa menghindar untuk menjawab pertanyaan dari Michelle.
"We're not done yet, missy.." Kata Michelle sambil menatapku tajam.
"Ada apa?" Tanya Andy sambil menatapku dan Michelle secara bergantian.
"Nothing. Soo, the meeting?" I wish Michelle will forget about our whole convo and shift her focus to the meeting..please God, save me.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home - Zayn Malik
FanfictionNo matter how far you go, you'll always find a home. (Written in Indonesian)