17. drama before leaving

182 10 0
                                    

Kaya Hawkins

"Kau mau pergi jam berapa?" Kataku sambil memasukan beberapa baju dan celana kedalam koper milik Zayn. Dia benar-benar malas dan paling susah kalau disuruh packing.

"Jam 7. Kau yakin tidak mau ikut denganku?" Tanya Zayn dengan wajah yang cemas, lebih tepatnya sedih. He's so clingy since yesterday, not that I mind. It's just that I'm gonna miss him a lot when he's not around.

"Untuk apa? Aku harus bekerja Zayn. Sudah terlalu lama aku hanya berdiam diri dirumah." Mungkin aku harus datang ke kantor mulai besok supaya aku tidak terlalu merindukan Zayn.

"Bukankah kau akan cuti sampai kau melahirkan anak kita nanti?"

"Zayn, kau akan pergi untuk beberapa minggu. Apa yang akan aku lakukan dirumah? Berdiam diri saja? Yang ada nanti aku malah akan terlalu merindukanmu." I said zipping up his suitcase, huff, finally I'm done.

"Sayang, apakah kau tidak mau memikirkan tentang membeli rumah di Los Angeles atau New York? Maksudku, akan lebih mudah untuk kita kalau kita pindah kesana." Lebih mudah untuk kita? Lebih mudah untukmu, mungkin?

"Kau tau kan kalau aku tidak menyukai America? Apalagi kalau tinggal permanen disana." Zayn terlihat kesal dengan jawabanku lalu bergegas berjalan keluar dari kamar. Mungkin dia mau menelpon seseorang? Entahlah, aku malas untuk beradu mulut dengannya. Kalau dia mau memperjuangkan karir solonya, silahkan saja. Tapi kalau dia mengajakku untuk pindah kesana, aku sepertinya akan berpikir panjang dulu.

Bukannya aku egois dan tidak mau mendukung apa yang sedang Zayn kerjakan. Hanya saja menurutku ini tindakan yang terlalu riskan. Terlalu banyak yang harus dikorbankan kalau sampai kami menetap permanen disana.

Mum dan Dad pasti akan tambah marah kalau aku sampai pindah ke America. Lalu bagaimana dengan pekerjaanku? Aku tidak mungkin hanya duduk manis dirumah dan tidak melakukan apa-apa, kan?

"Pesawatku akan take off lebih awal. Jadi aku akan pergi lebih awal. Kau tidak apa-apa kan dirumah sendirian?"

"Ini bukan pertama kalinya kau meninggalkan aku untuk pergi jauh, Zayn." Kataku sambil mengikat rambutku sebelum kemudian mengambil handphone-ku yang tergeletak di ranjang kami.

From: Harry xx

Makan malam dirumahku malam ini. Mum dan Gemma akan datang. Aku juga mengundang Kian. It's like a farewell little party for us.

Bahkan Harry masih sempat untuk mengadakan acara makan malam sebelum pergi meninggalkan Inggris. Sedangkan, Zayn? Dia bahkan terlihat tidak sabar untuk meninggalkan Inggris, dan aku.

"Aku akan makan malam dirumah Harry nanti malam. Kau mau berangkat jam berapa?"

"As soon as possible." He says through his gritted teeth making me raised my eyebrows. What the hell is he problem?

"Kau marah kenapa? Harusnya kan aku yang marah karna-"

"Kau selalu marah kalau aku akan pergi meninggalkanmu! Kau pikir aku suka bepergian jauh tanpamu?!"

"Pikir saja, Zayn! Aku sedang hamil dan sekarang kau akan meninggalkanku untuk beberapa minggu! Kau bahkan terlihat tidak sabar lagi untuk pergi!"

"Kau selalu saja membuatku merasa bersalah! Coba saja kalau kau setuju untuk pindah ke LA atau NY pasti sekarang kita tidak akan bertengkar seperti ini!" Jadi Zayn benar-benar ingin aku ikut dengannya untuk pindah kesana? Apakah dia pikir berpindah tempat tinggal akan semudah itu?

Aku hanya diam dan menggelengkan kepalaku. Aku tidak tau harus berbuat apa. Sebenarnya aku tidak ingin kami bertengkar seperti ini, aku ingin agar kami menghabiskan waktu kami berdua sebaik mungkin sebelum Zayn pergi.

"Kaya? Kau mendengarkan aku tidak?" Aku hanya melototinya sebelum akhirnya berjalan keluar kamar untuk menelepon Michelle.

"Hallo?"

"Ha, kau ingat juga kalau masih mempunyai sahabat."  Aku memutarkan kedua bola mataku. Memangnya selama itu ya kami tidak-

"Kaya, aku sedang bicara denganmu. Kenapa kau malah pergi dan-"

"Tidak ada yang perlu dibicarakan, Zayn. Kalau kau mau pergi, kau bisa pergi. Aku tidak akan menahanmu."

"Tapi aku jadi merasa bersalah karna harus meninggalkanmu! Kau mengerti tidak sih? Ikutlah denganku ke America." Kata Zayn dengan wajah yang memelas. Seketika aku lupa kalau aku sedang menelepon Michelle.

"Kalian bertengkar lagi? Astaga, kalian lupa kalau sebentar lagi kalian punya anak?!"

"Michelle, aku akan meneleponmu nanti." Kataku sebelum akhirnya mengakhiri teleponku dengan Michelle.

"Kaya, baby, ikutlah denganku. Kumohon, kali ini saja."

"Tidak bisa, Zayn. Bagaimana dengan pertemuanku dengan dokter kandungan minggu depan?"

"Kita atur ulang jadwal. Atau aku akan mencarikanmu dokter terbaik di New York. Dari situ kita bisa mulai mencari rumah dan-"

"Don't you get it that I don't want to move there?! It brings so many bad memories to me! Have you ever think that every bad things always happens whenever we're in The States?! We almost broke up, we-"

"Geez, fine. Save it. I'm heading to the airport, now." He says stubbornly making me sighed loudly and left the room. I think I should just visit my parents.

Home - Zayn MalikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang