Kaya Hawkins
"Kaya! Aku merindukanmu." Ucap Mum yang langsung memelukku erat begitu melihatku. Dia masih terlihat sama seperti biasanya, gaun casual dari perancang busana terkenal, satu set perhiasan mahal di tubuhnya, rambutnya yang selalu di tata rapi, oh, jangan lupa perawatan mahal yang selalu membuatnya seperti masih berumur 25 tahun.
"Aku juga merindukanmu." Kataku pelan. Sebenarnya aku masih sedikit kesal dengan Mum dan Dad yang seenaknya mau menjodohkanku, kalau bukan karna Trisha yang membujukku supaya aku mau bertemu dengan orangtuaku, pasti aku tidak akan mau.
"Kau diantar siapa?" Tiba-tiba Dad muncul entah darimana. Dia tidak jauh beda dengan Mum, setelan jas mahal, rambut yang masih hitam mengkilap, sama seperti sepatu mahal dikakinya.
"Zayn. Tapi dia bilang kalau ada urusan dan akan menjemputku nanti. Bagaimana kabar kalian?"
"Dia bahkan tidak mengantarmu masuk? Apakah dia takut bertemu kami berdua?" Aku memutarkan mataku. Mereka selalu saja berpikir negatif tentang semua hal, dan aku benar-benar membenci hal itu.
"Takut? Justru aku yang malu kalau sampai dia bertemu dengan kalian. Apakah kalian tau kalau kami sempat bertengkar hebat karna kalian?" Ya, kejadian beberapa hari lalu yang hampir membuatku putus dengan Zayn benar-benar sangat sulit untuk dilupakan.
"Karna kami? Memangnya apa yang kami lakukan?"
"Waktu di LA, kalian menyuruh Simon untuk berbicara denganku tentang perjodohan yang kalian rencanakan. Zayn mendengar semuanya, tentu saja dia marah padaku. Kami hampir putus gara-gara perjodohan bodoh itu." Kataku dengan kesalnya.
"Kaya, kau harusnya memikirkan tentang perjodohan itu. Kami hanya mau yang terbaik untuk-"
"I'm am adult now and I'm pretty sure know what's best for my future. Don't ever think to set me up with someone because I am happily engaged now, and I am pregnant with Zayn's baby too. I am happy, don't ever try to think otherwise." Aku tau kalau dengan bicara seperti ini, aku sudah melawan orangtuaku. Tapi aku sudah tidak tahan lagi. Tujuan utamaku kesini hanya untuk bilang kalau aku tidak mau dijodohkan. Aku senang karna bertunangan dengan Zayn ditambah dengan calon bayi yang sedang aku kandung ini. Aku ini sudah dewasa, aku tau hal apa yang aku butuhkan.
"Kenapa sekarang kau jadi keras kepala seperti ini, Kaya Elizabeth Hawkins?" Tanya Dad yang benar-benar terlihat marah.
"Dari dulu aku selalu mengikuti kemauan kalian. Kenapa sekarang disaat aku sudah dewasa aku tidak bisa menentukan apa yang aku inginkan? Kenapa hanya aku yang selalu diatur?! Lihat Kian, dia selalu bebas menentukan apa yang dia mau tanpa harus minta persetujuan dari kalian." Kataku yang sudah mulai kesal.
"Dia itu seorang anak laki-laki. Sedangkan kau itu anak perempuan, Kaya." Jawab Mum dengan halus. Ugh. Lihat mereka. Mereka benar-benar membuatku kesal.
"Kau bilang kau bisa menentukan masa depanmu sendiri? Lihatlah dirimu sekarang, kau hamil, tapi kau terlihat berantakan. Apakah kau juga melakukan semua pekerjaan rumah sendiri?"
"Aku bukan seorang putri kerajaan, Dad. Aku ini seorang wanita dewasa yang sebentar lagi akan melahirkan seorang anak. Aku harus bisa mandiri dan-"
"Kau seorang putri, Kaya. Kau selalu mempunyai pelayan yang akan selalu melayanimu dirumah. Apakah Zayn bisa merawatmu sama seperti aku merawatmu dari kecil?" Lagi-lagi dia berbicara soal materi. Aku benar-benar pusing dan lelah kalau harus berargumen dengan mereka sepanjang hari. Lebih baik aku pulang saja.
"Aku pamit pulang dulu. Aku kesini untuk bertemu dengan kalian, tapi kalian malah mengajakku beradu mulut." Kataku yang tanpa basa-basi langsung melangkah keluar dari istana besar yang mereka sebut rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home - Zayn Malik
FanfictionNo matter how far you go, you'll always find a home. (Written in Indonesian)