4. home alone

307 16 0
                                    

Kaya Hawkins

Rasanya aku benar-benar malas hari ini. Yang aku lakukan seharian ini hanyalah nonton tv, makan pizza sisa kemarin saat Zayn masih ada dirumah, dan berbicara dengan Harry atau Gemma melalui telepon. Michelle sedang sibuk mengurus acara pesta besok dibantu oleh Andy sedangkan aku meminta izin untuk cuti sementara dari pekerjaanku.

Sampai sekarang pun aku belum membalas pesan ataupun mengangkat telepon dari Zayn. Aku sedang malas berbicara yang ujungnya pasti kami akan bertengkar. Walaupun sebenarnya aku benar-benar sudah merindukan lelaki menyebalkan itu lagi, tapi aku harus tetap teguh pada keyakinanku.

Trisha tadi pagi menelepon dan bilang kalau dia akan menjemputku sore ini. Aku bilang kalau aku akan beristirahat selama beberapa minggu dari pekerjaanku dan dia mengusulkan kalau sebaiknya aku tinggal bersama mereka. Dia bilang kalau dia mencemaskanku dan bayi yang ada didalam kandunganku. Ngomong-ngomong soal kandunganku, kenapa tiba-tiba aku jadi ngidam masakan pakistan buatan Trisha, ya? Ah pasti juga nanti dia akan memasak untukku sesampainya kami dirumah mereka.

Dengan sekuat tenaga, aku berjalan menuju kamar kami, maksudku kamarku dan Zayn.
Aku pun segera mengemas beberapa pakaian yang aku butuhkan selama aku akan menginap dirumah keluarga Zayn nanti. Semoga saja mereka tidak keberatan kalau aku tinggal beberapa hari dirumah mereka.

Beberapa menit pun berlalu, aku telah selesai berkemas dan hendak membawa koperku kebawah saat seketika Waliyha masuk kedalam kamarku menghentikan langkahku.

"Kaya, jangan bawa koper itu. Biar aku saja yang bawa." Aku hanya tertawa kecil. Memangnya kenapa sih kalau aku membawa koper ini kebawah? Lagipula kan tidak terlalu berat.

"Kenapa? Aku masih kuat untuk membawa koperku, Wal. Ngomong-ngomong, kau datang kapan? Aku tidak mendengar suara buzzer."

"Kau lupa kalau kau sedang mengandung calon keponakanku? Aku datang bersama Dad beberapa menit yang lalu. Aku kan tau kode rumah ini. Hey, aku ingin memeluk calon keponakanku." Katanya yang langsung memelukku erat lalu melepaskan pelukan kami dan langsung mengusap-usap perutku.

"Perutmu sudah mulai membesar. Aku yakin kalau Zayn akan senang begitu mendengar kalau dia akan punya anak." Aku juga berharap begitu. Semoga saja dia akan senang begitu mendengar kehamilanku.

"Amin. Dimanakah Yaseer? Aku sudah lama tidak melihatnya."

"Dia dibawah. Ayo turun, biar aku yang membawa kopermu."

"Baiklah. Terima kasih, Wal."

"Sama-sama." Aku dan Waliyha langsung turun untuk menemui Yaseer yang sedang sibuk menelepon seseorang. Wajahnya terlihat kesal dan...?

"Zayn, aku tidak mau tau. Kau harus pulang minggu ini. Kaya akan tinggal bersama kami untuk beberapa waktu. Sudah kubilang kau harus memikirkan Kaya." Oh, ternyata dia sedang menelepon Zayn. Ugh, lebih baik aku ke dapur supaya aku tidak perlu mendengarkan pembicaraan mereka.

Waliyha mengikutiku kedapur dan wajahnya terlihat cemas sedikit. Aku yakin anak ini juga pasti sedang menyembunyikan sesuatu dariku.

"Kau tau, wajahmu mengatakan kalau kau sedang menyembunyikan sesuatu dariku." Kataku sambil membuka isi kulkas dan mengambil dua botor air mineral. Waliyha melihatku dengan tatapan serba salah sambil mengambil salah satu botol air mineral dari atas meja lalu segera meminumnya sampai habis.

"Aku menyukai seorang laki-laki." Aku pun tidak bisa menahan tawaku.

"Kau serius?" Tanyaku yang membuat Waliyha mengangguk.

"Aku pergi dengannya semalam dan aku merasa kalau aku harus menyembunyikan ini karna aku tidak mau mendapatkan pidato panjang dari Dad, Mum, Doni apalagi Zayn. Tapi aku tau kalau aku bisa memberitahumu."

"Tentu saja kau bisa memberitahuku, Wal. Siapakah laki-laki beruntung ini?"

"Temanku di sekolah, dia satu tingkat diatasku." Akupun tersenyum lebar padanya. Sebelum aku bisa berkata sesuatu, Yasser pun datang dan bilang kalau kita harus bergegas pergi sebelum hujan deras.

--

This is such a shitty chapter.

Home - Zayn MalikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang