Kaya Hawkins
"Kepalaku pusing." Kataku sambil memegangi kepalaku yang agak sedikit pusing. Mungkin ini karna jetlag.
"Kau mau makan? Atau minum obat, mungkin?" Tanya Andy.
"Jangan bodoh. Jetlag tidak ada obatnya." Sahut Michelle secara ketus membuat Andy memutarkan matanya, sedangkan aku hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah mereka.
"Kau tidur saja, Kaya. Zayn masih akan sampai nanti malam, lagipula juga dia masih ada beberapa urusan. Tadi dia bilang kepadaku." Kata Liam membuatku menghela nafas. Zayn dan keluarganya masih akan sampai nanti malam karna kami tidak berangkat bersamaan. Tau kan kenapa? Karna publik tidak boleh tau kalau sebenarnya Zayn yang sudah keluar dari One Direction masih berhubungan akrab dengan the boys. Padahal kalau dipikir, mustahil sekali untuk memisahkan mereka. Mereka tetap akan mendukung satu sama lain apapun yang akan terjadi kelak.
"Kemana Harry, Lou, Lux, Gemma, dan Louis?" Tanyaku ke Liam yang sedang sibuk memainkan handphone miliknya.
"Sedang mencari sesuatu untuk acara lusa. Tadi Zayn bilang kalau sesampainya kita disini, kau harus segera beristirahat. Kau lapar atau ingin sesuatu tidak?"
"Aku tidak lapar, Liam. Thank you, anyway. Aku akan pergi tidur saja. Jangan pergi kemana-mana, ya? Kau tau kan kalau aku agak sedikit paranoid dengan rumah ini." Kataku membuat Liam, Andy dan Michelle tertawa geli. Sudah beberapa kali aku mengunjungi rumah ini tapi tetap saja aku selalu merasakan hal aneh ketika berada sendirian dirumah ini. Mungkin karna terlalu banyak cerita aneh yang beredar tentang rumah ini? Ah entahlah.
"Aku bahkan bingung kenapa Simon memberikan rumah sebesar ini untuk kita."
"Ini bukan rumah, tapi ini istana hantu. Sangat besar, banyak kamar, dan jarang dihuni. Bahkan maid service saja susah sekali kalau disuruh datang kesini." Aku memutarkan kedua bola mataku dengan kesal sebelum kemudian melempar Andy dengan bantal sofa yang sekarang sedang aku duduki.
"Kau pikir aku tidak tau kalau kau pernah berlari terbirit-birit saat lampu kamarmu mati sendiri?"
"Aku tidak takut dengan lampu yang mati secara tiba-tiba. Aku hanya kaget waktu itu."
"Alasan. Sudah ah, aku mau tidur saja. Sampai jumpa, ya!" Sebelum mereka bisa membalasku, aku langsung berjalan cepat kekamar yang biasa aku dan Zayn tempati. This room smells like Zayn: a mixed of mints, cinnamon, vanilla and smoke.
Aku langsung melepas jaketku dan membaringkan badanku yang lelah di tempat tidur empuk berukuran king size sebelum akhirnya terlelap.
Rasanya belum beberapa lama aku terlelap, aku merasakan kalau ada yang berbaring tepat disebelahku dan melingkarkan tangannya di pinggangku. Aku membuka mataku sedikit demi sedikit dan bernapas lega begitu melihat siapa yang berbaring tepat disampingku.
"Baby? Did I wake you up?" Tanya Zayn dengan cemas sambil menciumi puncak kepalaku.
"Tidak. Aku rasa aku sudah tidur terlalu lama."
"Tidak juga. Tadi Liam bilang kalau kau tidur sekitar jam 2 dan ini baru jam 5."
"Tadi juga Liam bilang kalau kau baru akan sampai nanti malam karna ada urusan. Apa yang lain sudah sampai?"
"Itu yang mau aku bicarakan, sayang. Yang lain sudah sampai, tapi mereka langsung pergi tidur. Hanya ada Louis dan Harry diluar. Liam dan Andy sedang ke bandara untuk menjemput Niall." Urusan apa lagi? Kenapa seketika aku langsung cemas dan takut begini, ya?
"Apa yang mau kau bicarakan?" Tanyaku dengan penasaran.
"But promise me that you won't freak out?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Home - Zayn Malik
Fiksi PenggemarNo matter how far you go, you'll always find a home. (Written in Indonesian)