Kaya Hawkins
"Aku merasa kalau ada yang aneh dengan pacar Kian." Kataku sesampainya kami sampai dirumah.
"Ya, aku juga merasa begitu. Kau harus menanyakan apa yang sebenarnya Kian rahasiakan darimu." Jawab Zayn sambil melepaskan sepatu dan jaketnya. Oh ya, aku lupa menanyakan hasil pembicaraannya dengan the boys.
"Kau mau langsung tidur atau mau kubuatkan susu dulu?"
"Aku mau bicara denganmu, ini soal the boys. Tapi sebaiknya kita bicara di kamar saja, ya? Aku tidak mau kalau kau sampai lelah." Aku hanya tersenyum lalu mencium lembut bibirnya sebelum melepaskan sepatu dan jaketku.
"Uh, kenapa ya perempuan hamil itu sangat seksi?!" Kata Zayn yang sedang berjalan dibelakangku. Aku langsung menengok dan memukul pelan pundaknya.
"Stop making dirty comments about me!" Zayn malah tertawa dan langsung memelukku.
"I'm not!"
"You're such a pervert, Zayn."
"I know. But only for you, baby."
"Terserah kau saja! Sekarang kau jadi bicara denganku atau tidak? Aku sudah penasaran dengan hasil pembicaraan kalian." Tiba-tiba wajah Zayn jadi berubah, sekarang dia membenamkan wajahnya di leherku dan diam untuk beberapa saat sebelum akhirnya mengajakku ke kamar.
"Pembicaraan kami tadi tidak berlangsung baik." Kata Zayn sesampainya kami dikamar kami. Aku duduk di ujung tempat tidur, sedangkan Zayn jongkok di karpet sambil memegangi tanganku.
"Kenapa?"
"Harry mau jadi penyanyi solo. Niall mau beristirahat untuk sejenak, Liam mau mencoba hal baru seperti berkolaborasi dengan musisi lain. Sedangkan Louis, aku paling cemas dengan keadaannya. Dia hanya diam dan tidak bilang apa-apa." Kenapa mereka jadi terpecah begini ya? Aku yakin kalau ada sesuatu yang aneh dengan mereka.
"Dia juga terlihat sangat kurus. Aku rasa dia terlalu banyak minum....obat." I know he and Zayn used to be drugs buddies, but Zayn is starting clean from a few months ago after his overdosed stage. But Louis, it's really hard to stop him even though many people already told him to minimize the doses.
"Apakah kau sudah bicara dengannya? Aku rasa kau harus bicara dengannya, Zayn."
"Aku akan mengunjunginya besok. Kau mau ikut?" Boleh juga.
"Baiklah. Lalu apalagi yang kalian bicarakan?"
"Ya, jadi kami berpikir kalau sebaiknya kami sendiri-sendiri saja. Kami sepertinya sudah tidak cocok lagi kalau dipaksa untuk disatukan." Baiklah kalau memang begitu keinginan mereka. Kalau mereka sendiri sudah merasa tidak cocok, pasti kalaupun disatukan tidak akan bisa satu hati.
"Lagipula aku sudah ada tawaran solo, dan aku akan satu management dengan Harry." Setidaknya dia masih akan satu management dengan Harry.
"Dan juga, aku mendapat tawaran untuk pindah ke Los Angeles atau New York." Pindah ke US? Aku merasa kalau aku belum siap untuk yang satu ini.
"Kau baik-baik saja kan?"
"Ya, hanya saja aku masih belum yakin kalau harus pindah ke US."
"Sayang, jangan terlalu dipikirkan, ok? Aku masih bisa pulang pergi, kau tenang saja." Inilah yang aku cemaskan. Aku tidak mau ditinggal jauh lagi oleh Zayn. I mean, I used to be the strong one in our relationship, but for now, I don't think that I can do it anymore.
"Aku lapar." Kataku membuat Zayn tertawa kecil.
"Kau mau makan apa?"
"Aku mau makan masakan Harry." Zayn tertawa lagi tapi aku memandang Zayn dengan tatapan yang serius. Aku sedang ngidam dan ini harus dituruti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home - Zayn Malik
FanfictionNo matter how far you go, you'll always find a home. (Written in Indonesian)