11. simon

195 14 0
                                    

Kaya Hawkins

"Sayang, tenanglah. Kita akan baik-baik saja." Kata Zayn sambil memegangi tanganku dengan tangan kirinya. Sedangkan yang kanan sedang menyetir mobil. Tadi Simon menelpon kami dan bilang kalau aku dan Zayn harus segera menemui management sekarang juga. Entah untuk urusan apa. Tapi yang pasti firasatku buruk. Aku merasa kalau aku dan Zayn akan dipisahkan oleh mereka. Itu kenapa dari tadi aku merasa gelisah tak menentu.

"Baik-baik saja? Kau lupa kalau mereka adalah manusia terlicik yang pernah ada dimuka bumi? Zayn, aku bersumpah-"

"Hush, sudah. Kau tenang saja. Biar aku yang akan mengatasi ini semua. Jangan terlalu banyak berpikir, kasian calon anak kita nanti." Kata Zayn yang pura-pura tenang. Aku tau betul kalau dia sama gugupnya denganku.

Setelah memilih untuk diam selama beberapa menit, akhirnya kami sampai di kantor Modest! yang terletak di tengah-tengah LA.

"Kalau kau tidak mau turun, kau bisa tetap disini. Biar aku saja yang masuk kedalam." Kata Zayn yang sedang melepaskan sabuk pengamannya.

"Kau bodoh atau apa? Tentu saja aku akan ikut masuk denganmu." Kataku dengan kesal. Zayn hanya menggeleng dan tidak membalas. Dia hafal kalau aku sedang seperti ini, sebaiknya jangan meladeniku.

Setelah turun dari mobil, Zayn menggandeng tanganku dan mengajakku masuk kedalam gedung besar ini. Beberapa satpam dan orang yang melihat Zayn langsung menyapa, Zayn pun tersenyum dan menyapa balik namun langsung menarikku masuk kedalam lift.

"Aku tidak tau Simon akan ada disini atau tidak, tapi semoga saja dia ada disini supaya ada yang membelaku." Kata Zayn dan aku tidak membalas.

"The boys juga sudah ada disini." Aku hanya mengangguk. Aku sebenarnya mau bertanya kenapa kemarin anak-anak kurang ajar itu meninggalkanku sendirian, tapi aku malas. Toh, hari ini aku akan bertemu mereka dan tanpa aku bertanya, mereka pasti akan menjelaskan.

"Kau siap?" Tanya Zayn sesaat kami keluar dari lift. Aku hanya mengangguk tanpa menjawab.

Zayn tertawa kecil melihat ekspresi wajahku yang sedang kesal lalu mencium keningku dan berbisik, "No matter what will happens in the future, please always remember that I love you and our baby so fucking much." sebelum akhirnya membuka pintu kayu jati besar.

"Kami datang." Kata Zayn membuat semua orang menatap kearah kami. Ada the boys lengkap dengan Lou, Caroline dan Simon. Tentu saja ada beberapa orang management yang aku kenal dan itu membuatku memutarkan kedua bola mataku.

"Ah, Kaya. So good to see you here. How are you and...is the baby doing good?" Tanya Simon yang langsung bangkit dari tempat duduknya sebelum akhirnya memelukku.

"Not too good to be honest, but here I am. And the baby, I supposed is not too good too, just like the mum. How are you?"

"Aku baik-baik saja. Kapan calon cucuku akan lahir? Dia bisa bermain dengan Eric ya? Siapa tau anakmu nanti perempuan dan bisa dijodohkan dengan Eric." Aku hanya tertawa kecil.

"Let's get straight to the business." Kata lelaki tua berkepala botak yang tak lain dan tak bukan Mr. Clark, dia salah satu orang management yang paling aku benci. Argh.

"Karna kalian sudah merusak semua rencana kami kemarin dengan berpacaran di depan publik, kami semua setuju untuk menghukum kalian."

"Who do you think you are?!" Protes Louis yang langsung di sambut dengan wajah marah dari Mr. Clark, I mean, Louis is right. Who the hell is he?

"Seharusnya Zayn berpacaran dengan Gigi bukan dengan Kaya untuk menciptakan banyak drama. Namun karna Zayn lebih memilih Kaya daripada karir the boys dan dirinya sendiri, aku rasa, aku akan membiarkan ini semua terjadi. Maksudku, silahkan berpacaran sesuka kalian." Where the hell is the punishment? And why did he let it all go this easily?

Home - Zayn MalikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang