Kaya Hawkins
"Baby, bangun. Ini sudah siang." Rasanya aku kenal suara itu. Ah, tapi tidak mungkin. Pasti ini cuma mimpi. Dia kan sedang tidak disini.
"Baby, I'm here. I'm home." Sekarang dia malah menciumi pipiku sambil tertawa geli. Hih. Mimpi macam apa sih ini? Membuatku tambah kangen dengan pacarku yang menyebalkan itu saja.
"Sayang, bukalah matamu. Ini aku." Dia berbicara lagi dan kali ini aku memilih untuk membuka mataku pelan-pelan. Astaga, mimpi ini masih saja membayangiku. Tidak mungkin kan aku melihat pacarku yang sangat tampan padahal dia tidak sedang disini?
"Geez, I need to wake up from this stupid dream." Gumamku sambil mengusap-usap mataku tapi sebuah tangan yang hangat malah menarik tanganku dan aku merasakan sebuah kecupan di ujung bibirku. Astaga. Ini bukan mimpi. Dia sudah benar-benar pulang.
"Zayn? Kau benar-benar pulang?" Sekarang aku langsung bangun dari tempat tidur dan memeluknya erat sambil membenamkan wajahku dilehernya.
"Aku sudah pulang dari semalam. Bahkan semalam aku yang mengganti bajumu." Zayn tertawa kecil dan memelukku erat sambil menciumi puncak kepalaku.
"Kenapa kau mengganti bajuku?"
"Karna semalam kau tidur menggunakan jeans dan kemeja, sayang." Oh yaampun. Aku baru ingat, kemarin Trisha mengajakku ke dokter kandungan. Duh, rasanya aku sangat takut untuk memberitahunya. Bagaimana kalau dia tidak menginginkan anak ini? Bagaimana kalau dia lebih memilih karirnya ketimbang anak ini? Oh Tuhan, memikirkan hal ini saja sudah membuat jantungku serasa mau copot.
"Sayang? Kau kenapa? Kenapa jantungmu bergerak cepat sekali?" Huh. Tuh kan, dia selalu bisa merasakan hal yang aneh dariku. Bodohnya, aku paling susah untuk menyembunyikan sesuatu dari dia. Well, kecuali kehamilan ini sih.
"Tidak, aku hanya-" ew. Kenapa perutku selalu mual disaat pagi hari sih? Sebelum aku bisa berkata apapun, aku langsung berlari kekamar mandi dan ew, muntah.
"Sayang, keluarkan semuanya, ok? Aku disini." Zayn sudah berdiri dibelakangku sambil mengusap-usap punggung dan memegangi rambutku sampai aku selesai mencuci mulut dan menyikat gigiku.
"Sudah berapa lama kau selalu mengalami morning sickness?" Astaga. Bagaimana dia bisa tau kalau aku selalu mengalami morning sickness?
"Ehm, sudah hampir 12 minggu." Jawabku gugup.
"Jadi usia kandunganmu sudah hampir 3 bulan? Lalu kapan kau akan memberitahu kalau kau sedang mengandung Zayn junior, sekarang?" Mataku membelalak. Kenapa dia tau kalau aku sedang hamil? Kenapa dia juga terlihat begitu santai? Jangan-jangan dia marah dan mau putus denganku? Oh Tuhan, bagaimana nasib calon anakku nanti? Apakah-
"Sayang, kau terlihat pucat sekali. Apakah kau baik-baik saja? Anak kita baik-baik saja, kan?"
"Kau tidak marah?"
"Kenapa harus marah?"
"Karna aku sedang mengandung anakmu. Aku takut sekali kau marah dan bilang kalau kau mau putus denganku." Wajahku memanas dan mataku berair. Aku bahkan tidak berani memandang wajah Zayn.
"Yaampun, sayang. Jadi selama ini kau takut kalau aku akan marah? Kau pikir aku ini laki-laki macam apa? Aku tau betul kalau aku lah yang menghamilimu. Aku tidak marah. Aku bahkan sama sekali tidak marah. Aku justru malah senang karna selama ini usahaku tidak sia-sia. Kau tau kan kalau selama ini aku menginginkan seorang anak?" Kata Zayn sambil memegangi wajahku dan mengusap air mataku dengan ibu jarinya. Kenapa sih aku jadi gampang menangis seperti ini?
"Dari dulu aku tau kalau kau lah yang akan menjadi seorang Ibu dari anak-anakku. Kau ingat waktu kau dan aku mengurus, Brooklyn saat Caroline pergi liburan selama beberapa hari? Disitulah aku berpikir kalau kau adalah seorang calon ibu yang baik. Dari caramu merawat Brooklyn, aku bisa melihat kau adalah sosok yang hangat dan penuh kasih sayang. Dan aku adalah seorang laki-laki yang paling beruntung didunia karna bisa memilikimu. Apalagi ditambah dengan calon anak kita ini, aku tambah merasa beruntung." Katanya sambil memegangi kedua tanganku sekarang.
"Kaya Elizabeth Hawkins, I love you more than I should have. We've been dating for 4 years today and I'm very thankful for each day of these lately years. You're the one who always stay by my side through thick and thin moments in my life. Through happy and sad, through easy and hard. You're the one who makes me want to be a better person. You're the one who makes me stop doing drugs and you're the one who reminds me to cherish every single moment in my life. You're the only one who still wants to be with me though I always fucked up. I remember one day when the first time I made you cry because of my overdose, that day you decided to stay with me and I once cried because I realized how amazing you are and that day is the first time when I think I don't want to lose you, I don't want someone to take you away from me. Also that day, I thought of our future together. With you being my wife, and the mother of my kids. I thought about having a family with you. Words can't describe how lucky I am to have you in this life. I thanked God everyday to brought such an angel for a demon like me. I love you, I love you so much. I love the way you smile, you laugh, your pouty lips when you're mad about something. I love you, all of you. Always will, forever will. Happy 4 years anniversary, baby." Sekarang air mataku sudah tidak bisa dibendung lagi. Aku langsung memeluk Zayn dengan sangat eratnya dan berbisik betapa aku mencintainya. Semua ketakutanku seketika hilang. Oh Tuhan, terima kasih karna sudah mempertemukanku dengan laki-laki ini. Aku benar-benar mencintainya.
"Now, this is the best part." Dia melepaskan pelukan kami dan mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah velvet dari dalam saku celana basketnya membuatku tertawa kecil.
"I'm not good with words and I hate it. But, will you marry me?"
I gasped and covered my mouth with the palm of my hand right when he opened those red velvet box and ask me to marry him. Is this a real life?
The diamond ring looks fancy but elegant. Oh my god. This could be the prettiest ring in this world and now, the beautiful man that stood in front of me just ask me to be his wife and also he knows that I'm pregnant with his child. My life couldn't be more perfect.
"I will, Zayn. Oh my god. I'm crying again." Zayn looks so happy cause I'm sure I've never seen his grins so big like this.
Sekarang dia memasangkan cincin indah itu di jari manisku sebelum akhirnya mencium bibirku dengan lembut. Kejadian ini benar-benar jauh dari romantis. Maksudku, aku baru saja selesai, ew, muntah, lalu dia bertanya sudah berapa lama aku mengalami morning sickness? Lalu dia bilang kalau dia sama sekali tidak marah dengan kehamilanku. Dia menghujaniku dengan kata-kata indah lalu melamarku dengan cincin yang indah juga dan semua itu terjadi dikamar mandi. How sweet?
--
Well, the drama will goes from here ;)) watch out
KAMU SEDANG MEMBACA
Home - Zayn Malik
FanfictionNo matter how far you go, you'll always find a home. (Written in Indonesian)