Farhel berlari kencang dengan Feby dan Alona yang mengejarnya dibelakang. Dengan nafas yang tersengal-sengal Alona memanggil-mangil Farhel, menyuruh cowok itu untuk berhenti, "Farhel, berhentilah!" Teriak Alona.Farhel berhenti mendadak Membuat Alona menabraknya lalu jatuh. Cowok itu hanya melihat dingin kearah tubuh ramping bak model itu, dia tidak memperdulikannya.
Dengan ekspresi dingin dan tatapan tajam dia berkata, "Kau memaksaku untuk pergi ke tempat sialan itu karena aku harus menyaksikan hal yang menyakitkan seperti ini?" Suara nada yang serak membuat hatinya yang hancur terpapar jelas.
Alona bangkit sambil menahan malu yang luar biasa, murid-murid yang berjalan di lobi sekolah masih ramai, "Maafkan aku, Aku hanya membantumu agar kau bisa melupakan Bella."
Farhel tertawa penuh ejekkan, "Kau bukan membantu bodoh. Tapi kau membunuhku." Ucapannya agak sedikit keras tanda dia membentak.
"Kau harus melupakannya. Kalian tidak bisa bersama." Ucap Alona mulai takut. Tatapan Farhel begitu tajam membuat jantungnya terpompa lebih cepat dari biasanya.
"Apa urusanmu? Aku yang punya hati. Aku tidak bisa melupakannya sampai mati."
"Kenapa kau begitu mencintainya? Kenapa kau tetap mencintainnya? Padahal kau tahu pada akhirnya kau tidak akan bisa bersamanya!" Teriak Alona frustasi, frustasi kenapa cowok didepannya ini begitu memiliki hati yang sangat teguh. Selama ini dia sudah capek untuk menberitahu kepada Farhel bahwa dia dan Bella tak bisa bersama. Cinta mereka dilarang.
Farhel berjalan mendekat satu langkah, kelakuannya itu spontan membuat Alona mundur satu langkah, Namun bukan Farhel namanya kalau dia tidak melangkah lagi. Cowok itu mendekatkan wajahnya ketelinga Alona, lalu berbisik, "Kenapa kau harus susa payah belajar? Kenapa kau menghabiskan uang untuk pendidikan? Kenapa kau harus mendapat pekerjaan yang bagus? Kenapa kau harus memiliki semuanya? Padahal kau tahu pada akhirnya kau juga akan mati. Apapun jawabanmu Pasti sama persis dengan jawabanku. Jadi jangan ikutin aku lagi, Jalang." Dia berbisik menyeramkan. Mata indahnya memerah menahan amarah. Setelah itu Farhel berjalan pergi meninggalkan Alona dan Feby. Terlihat jelas dari langkahnya, cowok itu sangat kecewa.
Ucapan Farhel tadi membuat Alona membeku. Bukan, bukan karna kata-katanya tapi karna nada bicara dan raut wajah Farhel berubah. Raut wajah yang begitu manis berubah menjadi dingin seolah dia ingin membunuh.
Feby yang dari tadi berada di belakang Alona berjalan mendekat. "Alona, kau jahat sekali. Kau menghancurkan perasaan Farhel." Ucapnya kecewa.
Alona menoleh kearah Feby, "Jahat? Aku hanya membantu mereka berdua. Kalau Bella tau pasti dia sangat berterimakasih padaku." Kata Alona.
"Tapi ini bukan urusanmu. Jika memang mereka tak bisa bersatu itu urusan mereka bukan urusanmu. Mungkin ada masa lalu yang indah di balik semua ini makanya Farhel tidak bisa melupakan Bella. Lebih baik kau tidak usah seperti malaikat yang seolah-olah ingin membantu." Ucap Feby geram.
"Ada apa denganmu?" Tanya Alona tak percaya.
"Rencanamu ini sangat busuk. Kau bukan ingin membantu Bella tapi Kau melakukan ini karena kau menyukai Farhel. Aku tau itu Alona. Kau licik."
Alona tertawa, "Tidak ada yang jahat selagi ingin mendapatkan cinta! Aku tau kau juga menyukai Farhel. Ayolah, kau pikir aku tidak tau?"
"Ya, aku memang menyukainya. Tapi itu dulu Sebelum aku tau bahwa dia cowok aneh, Cowok yang mencintai sepupunya sendiri. Dan Kau malah menyukainya? Padahal kau tau sendiri bahwa mustahil bagimu untuk mendapatkannya. Jangan pernah berharap hanya karna mengandalkan wajah cantikmu itu," ucap Feby dengan gaya meremehkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANDI PERAK
FantasyBila saja mataku tidak melihatmu waktu itu, pasti kisah cintaku dengan sepupuku tak akan pernah berakhir. Bila saja aku tidak menciummu waktu itu, pasti cerita pahit tentang kita tak akan pernah terjadi. Bila saja kau jujur padaku, pasti cerita pa...