part 20

18.2K 1.4K 54
                                    


Sudah sebulan berlalu sejak kepergian Rayyen dan teman-temannya pindah ke kota yang jauh. Bella juga sudah tinggal di rumahnya. Dia mengecat ulang rumah itu agar tidak kusam, dan mempekerjakan orang untuk membersihkan seluruhnya.

Semenjak kepergian R5, setiap hari setelah pulang sekolah dia hanya menghabiskan waktunya di bukit atau perpustakaan bawah tanahnya saat malam hari, tak ada tempat lain. Di sekolah dia juga menyendiri. Teman lamanya mencoba untuk mendekati agar dia bisa kembali bersama mereka seperti dulu, tapi gadis itu tidak mau, dia memilih menghindar. Dia lebih memilih sendiri.

Saat ini dia sedang berada di bukit. Seperti biasa, tiduran di rerumputan yang terawat, dan akan kembali saat senja datang.

"Kenapa kau selalu kesini?" Suara seorang cowo refleks membuat Bella terduduk. Dia mendonga, menatap wajah sang pemilik suara. 

"Kamu siapa?" Gadis itu mengerutkan dahi. Dia tidak mengenal cowo yang memakai seragam sekolah berbeda dengannya itu.

Cowo itu duduk di samping Bella. Pandangannya ia arahkan ke depan, melihat pemandangan yang sering Bella lihat. "Aku Arkent, kau bisa panggil aku Ar." Ada jeda sebentar, kemudian dia melanjutkan ucapannya lagi. "Setiap hari aku melihatmu disini, hanya tiduran di rerumputan sambil memejamkan mata, mengapa? Kau kehilangan tempat tinggal?"

"Lalu bagaimana denganmu? Kenapa kau ada disini juga setiap hari? Kau bilang kau selalu melihatku disini setiap hari, otomatis kau juga kesini setiap hari." Kata Bella sambil memandang was-was kearah cowok disampingnya itu.

"Kenapa kau kesini?" Tanya cowok itu tanpa menghiraukan pertanyaan Bella.

"Aku sedang menunggu seseorang." Suana berubah seketika. Bella kembali murung, dia sangat merindukan Raye-nya. dia memalingkan wajahnya dan mengikuti arah pandah Arkent ke arah kota.

"Apa orang itu tidak pernah datang?"

"Orang itu tidak akan pernah datang, dia sudah pergi."

"Apa dia mati?" Tanya Ar, dia berbicara tanpa menoleh kearah Bella.

"Dia masih hidup, hanya saja harapanku untuk bersamanya sudah mati."

"Lalu? Apa gunanya kau menunggunya disini?"

"Aku tidak bisa hidup bersamanya, tapi aku bisa hidup bersama kenangannya."

Laki-laki itu tersenyum pahit. "Pikiran itu, sama seperti pikiranku selama ini."

"Wah, orang galau bertemu orang galau ternyata." Ucap Bella, kemudian dia terkekeh pahit.  "Aku merasakan bahwa kau juga hidup bersama kenangan orang yang kau cintai."

"Kau menebak?"

Bella menggeleng. "Tidak. Aku sudah bilang bahwa aku merasakannya. Aura orang galau begitu menyengat." Arkent mendengus dan tidak membalas perkataan Bella lagi.

Bella menoleh kearah Ar. "Kau tidak mau bertanya siapa sosok yang ku tunggu disini?"


Ar juga menoleh. "Tidak. Aku tidak berhak menanyakannya karna itu bukan urusanku. Lagian aku ini siapa?"

"Iya juga. Kau bukan cewek yang memiliki sifat kepo." Kata Bella. "Apa kau memiliki kenangan juga di bukit ini?" Tanya gadis itu. Entahlah, setelah berminggu-minggu baru Arkent yang berhasil membuatnya mau berbincang. Dan dia kangen rasanya berteman.


Ar menggeleng pelan. "Tidak. Lebih tepatnya bukan bukit ini, tapi bukit di Irlandia. Aku sering kesini karna suasananya yang sama."

SANDI PERAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang