Bel sekolah berbunyi. Murid yang biasanya langsung berhambur keluar kini tetap bertahan dikelas. Mereka tampaknya ingin berbicara pada R5 (Rayyen, Rayyora, Rawzora, Ruxe, Ryder) tapi karna melihat R5 seperti berlian mereka mengurungkan niat. Yang mereka bisa hanya mengagumi sosok idola yang sudah mereka klaim.
Melihat tatapan teman-teman barunya, Rayyen langsung memutuskan untuk kekantin daripada dikelas. Dia mengajak anggotanya untuk cepat-cepat bergegas kekantin.
Sebelum Rawzora bangkit dari duduknya, dia mengulurkan tangan pada Bella. "Hai, siapa namamu?" Ucapnya.
Bella berhenti memainkan gamenya di ponsel, "Aku?" Tanyanya memastikan.
Rawzora tertawa kecil, "tanganku mengarah padamu."
Bella mengutuki kebodohannya, dengan Ramah dia menyambut uluran tangan Rawzora. "Aku Bella. "
Rawzora mengangguk, "aku Rawzora Dirlien, senang bisa duduk sebangku denganmu. apa kau mau ikut denganku ke kantin? Soalnya teman-temanku sudah menunggu." Zora menunjuk teman-temannya yang sudah menunggunya di pintu.
"tidak, terimakasih. Pergi lah." Kata Bella.
Rawzora mengangguk, "kalau begitu aku pergi dulu ya." Gadis itu berjalan pergi kearah teman-temannya. Dia melambaikan tangan kearah Bella sebelum tubuhnya hilang dibalik dinding.
Saat di kantin.....
Sesampainya di kantin R5 langsung mencari meja kosong. Mereka kekantin bukan untuk makan, mereka hanya duduk-duduk untuk formalitas biar mereka terlihat seperti manusia normal. Baru saja mereka duduk, semua murid yang ada di kantin langsung pada ribut melihat ke arah mereka. Semua orang terkagum-kagum melihat mereka yang seperti artis papan atas. Penampilan, dan wajah R5 sangat-sangat sempurna. Lagi pula baru hari ini mereka masuk ke SMA ROF, semua sosial media langsung pada heboh membicarakan mereka.
Zora mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya. Kuku yang agak sedikit panjang membuat keributan kecil saat bersentuhan dengan meja. Sebelum Rayyora menegurnya, dia buka suara duluan, "ada yang aneh pada gadis yang duduk sebangku denganku."
Mereka semua sempat mengernyit
Tak mengerti atas ucapannya. Namun dengan cepat Ruxe menanggapi, "Maksudnya aneh gimana?""aku mencoba membaca pikirannya dengan cara bersalaman, tapi entah mengapa tak ada yang bisa ku baca. Aneh, seperti dia bukan manusia." Kata Rawzora. Tampak jelas diwajahnya bahwa dia masih bingung.
Rayyora mengangkat alisnya keatas, "kenapa kau mau membaca pikirannya? Yang kutau kau tidak mau membaca pikiran manusia."
Rawzora menghela nafas, matanya menatap kesal atas perkataan Rayyora yang duduk disamping kanannya, "yang jadi masalah bukan itu. Kenapa kau harus membahas hal yang tidak penting?" Ucapnya. Rayyora hanya mendengus menjawab perkataan gadis itu, dia kembali diam.
"Mungkin maksud Rayyora kenapa kau tiba-tiba mau membaca pikiran gadis itu. Padahal itu hanya membuat tenagamu habis. Pasti ada yang kau rasakan." Ucap Ryder dewasa.
"Aku sudah bilang tadi. Aku merasakan dia aneh, seperti bukan manusia." Balas Rawzora.
"Saat kakiku melangkah masuk kelas itu, aku merasakan hawa tak asing." Tambah Rayyen tanpa menoleh. Dia menunduk membaca buku tebal hitam ditangannya.
Ruxe mengangguk setuju, "Iya, aku juga merasakan hal yang sama. Kalau menurutmu gimana?" Dia bertanya pada Ryder.
Ryder mengerutkan dahi, tanda dia sedang mengingat sesuatu. "Cewek itu apa namanya Bella?..." tanyanya pada Rawzora. Rawzora yang ditanya mengangguk mengiyakan dan bingung kenapa Ryder bisa tau. Ryder Tiba-tiba menjentikkan jari. senyumnya merekah setelah dia menemukan beberapa memori yang tak pernah hilang, "aku ingat dia. Aku pernah bertemu dengannya 9 tahun yang lalu. Waktu itu kita tak sengaja singgah ke kota ini. Sukaku pada tumbuhan membuatku mampir ke toko bunga. Saat itu aku melihat mawar merah yang tinggal beberapa tangkai, aku ingin membelinya, tiba tiba ada gadis kecil yang terburu-buru memborong semua mawar itu. aku sempat kesal, tapi saat itu dia menangis sambil bilang ingin memberikan bunga mawar itu pada kekasihnya yang sakit. Waktu itu aku tidak kepikiran untuk membaca pikiran gadis kecil." Ucap Ryder menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANDI PERAK
FantasyBila saja mataku tidak melihatmu waktu itu, pasti kisah cintaku dengan sepupuku tak akan pernah berakhir. Bila saja aku tidak menciummu waktu itu, pasti cerita pahit tentang kita tak akan pernah terjadi. Bila saja kau jujur padaku, pasti cerita pa...