Terjadi keheningan saat mereka berdua sudah naik ke dalam mobil. Hanya ada suara musik yang terdengar, dan hanya ada suara gerakan kecil Bella karena dia sedang menyetir. Tadi Rayyen meminta agar dia yang nyetir, tapi Bella keukeuh ingin menyetir."Kau mau bawa aku kemana?" Tanya Rayyen tanpa menoleh. Pandangannya Lurus ke depan, melihat Jalanan yang sepi karena masih jam sekolah dan jam kerja.
"Kerumahku." Jawab gadis itu santai.
"Bukannya kau tinggal di rumah Farhel?"
"Darimana kau tau?" Bella menoleh sekilas.
"Zora yang memberitahuku. Kenapa kau membawaku kesana?"
"Aku bukan membawamu ke rumah Farhel, tapi aku membawamu ke rumahku."
Rayyen menyipitkan matanya, curiga. "Untuk apa? Jangan bilang kalau kau mau melakukan hal yang aneh-aneh lagi."
Gadis itu tertawa geli. "Hahaha, aku bukan gadis seperti itu."
"Mana tau, kau kan gila." Cibir lelaki itu.
Tidak butuh waktu lama, Bella membelokkan setir ke kanan untuk memasuki perkomplekan rumah mewah. Berbelok lagi ke kiri, kemudian berhenti di sebuah rumah berlantai dua berwarna hitam dan merah. Rumah itu tampak sangat gersang karena sudah lama tidak berpenghuni.
Gadis itu mencari kunci di tas, setelah itu ia turun dari mobil untuk membuka gerbang besar berwarna hitam. Untung saja rumahnya di perkomplekan mewah jadi bisa bayar satpam yang berjaga dari luar.
Setelah gerbang terbuka, dia langsung menyuruh Rayyen untuk memasukkan mobilnya ke halaman rumah. Rayyen keluar dari mobil untuk berpindah ke bangku kemudi, dia menjalankan mobil itu masuk ke halaman. Setelah mobilnya masuk, Bella menutup gerbang itu kembali.
Rayyen turun dari mobil, keningnya berkerut memperhatikan rumah di hadapannya. "Kenapa rumahmu seperti rumah hantu? Warnanya merah dan hitam. Selera warna yang payah."
"Rumah ini milik mamaku, ia sudah meninggal. Dulunya rumah ini berwarna putih, sesuai warna kesukaannya. Aku tidak suka warna yang terlalu terang, jadi aku mengubahnya menjadi seperti ini." Bella ikut menatapi Rumah besar yang gersang itu.
"kau malah membuat rumah ini tampak seram." Cibir Rayyen.
"Hei! Apanya yang menyeramkan? Aku memilih cat rumah yang terbaik dan mahal, Bahkan aku menghabiskan uang puluhan juta untuk mengecatnya ulang." Jawab Bella tak terima.
"Bodoh. Di lihat dari warna kesukaan, kau dan mamamu berbeda. Putih melambangkan bahwa dia wanita yang tenang, lembut, perfeksionis dan sederhana. Berbeda dengan merah yang terbuka, agresif, inpulsif dan bersemangat. Haaa, pantas saja." Setelah berbicara seperti itu, Rayyen berjalan meninggalkan Bella untuk menghampiri pintu masuk.
Bella mengikuti Rayyen dari belakang. Gadis itu membuka ponselnya, lalu masuk ke pencarian google. Menurutnya Rayyen penyuka biru, jadi dia membuka sifat berdasarkan warna biru. Setelah menemukan apa yang ia cari, dia langsung membacanya keras-keras. "Warna biru memberikan kesan lembut, menenangkan dan perhatian. Warna ini melambangkan kehati-hatian, konservatisme, dan introspeksi. Orang-orang penyuka biru biasanya sabar, sensitif, punya pengendalian diri yang bagus, dan mudah menyadari kesalahannya. Mereka loyal jika sudah meyakini sesuatu. Tetapi orang-orang yang menyukai warna biru seringkali menunjukkan sikap yang terlalu hati-hati. Karena itu mereka lebih menyukai sesuatu yang bersifat konservatif. Dan karena sikap konservatif itu pula mereka jadi sering curiga pada orang-orang yang memiliki kepribadian serba spontan dan menonjol seperti para penyuka merah dan oranye." Ucapnya keras, sengaja agar Rayyen mendengarnya. "Haaaa, pantas saja kau selalu curiga padaku.

KAMU SEDANG MEMBACA
SANDI PERAK
FantasyBila saja mataku tidak melihatmu waktu itu, pasti kisah cintaku dengan sepupuku tak akan pernah berakhir. Bila saja aku tidak menciummu waktu itu, pasti cerita pahit tentang kita tak akan pernah terjadi. Bila saja kau jujur padaku, pasti cerita pa...