Rayyen bangkit hendak pergi. Dia tau perasaan yang tidak diinginkannya pasti akan muncul. Kini jantungnya sudah berdetak 2 kali untuk gadis yang sedang bersamanya itu. detakan pertama terjadi saat gadis itu menciumnya waktu itu, dan detakan kedua terjadi saat dia mencium gadis itu barusan, jika detak yang ke-3 terjadi karena gadis itu juga, maka habislah sudah."Aku pulang." Rayyen berjalan cepat ke arah tangga kecil, meninggalkan Bella yang masih bingung dengan tingkahnya.
Gadis itu tersadar ketika tubuh Rayyen mulai hilang dari pandangannya. Dengan lari kecil ia menyusul Cowok itu.
"Kau kenapa? Kau marah padaku karena aku pura-pura nangis?" Tanya Bella ketika ia sudah berada di belakang Rayyen.
Cowok itu berhenti mendadak, dia menoleh ke arah Bella. "Berhenti bertanya. Aku mau pulang, jadi bukakan kunci gerbang."
"Tapi ke---"
"Buka saja. Bella, Tolong...."
Bella terkejut, baru kali ini ia mendengar Rayyen menyebut namanya dengan jelas. Baru kali ini ia melihat Rayyen seperti ini. Mata biru cowok itu meredup, menggambarkan kesedihan dan ketakutan.
Tanpa berkata apa-apa, kini Bella yang berjalan mendahului Rayyen. "Aku akan mengantarmu pulang." Ucapnya setelah mereka berada di luar rumah.
Rayyen menggeram. "Buka saja gerbang itu. Aku pulang sendiri."
"Tapi aku yang membawamu kesini, bagaimana mungkin aku membiarkanmu pulang sendiri."
"Tolonglah! Mengerti aku kali ini saja. Cukup lakukan apa yang aku minta maka kau sudah cukup membantu." Rayyen memegangi dadanya yang mulai terasa sakit. "Aku sudah mengucapkan kata tolong dua kali. Jangan memaksaku untuk mengucapkan yang ketiga kalinya"
Dengan pasrah akhirnya gadis itu membukakan kunci gerbang rumahnya. Setelah itu ia memberikan jalan untuk Rayyen keluar.
"Hati-hati Rayyen. Kuharap kau baik-baik saja."
"Aku tak akan baik-baik saja setelah ini." Rayyen berlalu. Awalnya cowok itu berjalan biasa, tapi ketika ia semakin jauh, Bella melihat cowok itu memegangi dadanya lagi.
"Dia kenapa? Apa ini salahku? Dia yang menciumku, tapi kenapa dia yang marah? dasar siluman monyet, idiot."
•••
Rayyen bersandar di salah satu tembok rumah ketika ia yakin gadis itu tak dapat melihatnya lagi. Dia meringis memegangi dadanya. Bodoh, aku tak akan baik-baik saja. Semoga setelah ini kau bisa menjauh.
Setelah rasa nyeri di dadanya mulai mereda, ia kembali berjalan untuk pulang. Naik taxi bukan pilihan yang buruk.
Rayyen sampai di depan pintu apartermennya, ia memencet tombol kata sandi, kemudian pintu terbuka. Dia masuk lalu menutup pintu sedikit membanting, kesal karena dadanya mulai tak bersahabat lagi.
"darimana?" Rayyora menatap Rayyen bingung. Yang ditanya tidak memperdulikan, Rayyen tetap berjalan tanpa melirik sama sekali ke arah teman-temannya yang sedang berkumpul di depan televisi seperti biasa. Dengan diam dia masuk ke kamarnya lalu menutup pintu dengan sangat keras.
"Dia kenapa?" Tanya Ruxe pada Rayyora.
Rayyora menggeleng tidak tau. "Mana aku tau."
•••
Rayyen pov's
Aku melakukan kesalahan besar.
Bella..
KAMU SEDANG MEMBACA
SANDI PERAK
FantasyBila saja mataku tidak melihatmu waktu itu, pasti kisah cintaku dengan sepupuku tak akan pernah berakhir. Bila saja aku tidak menciummu waktu itu, pasti cerita pahit tentang kita tak akan pernah terjadi. Bila saja kau jujur padaku, pasti cerita pa...