Bella POV's
Aku merebahkan tubuhku di pinggir tempat tidur agar bisa menggantungkan kakiku ke bawah. Ingatan tentang kejadian di Mall dengan Rayyen tadi membuatku meringis. Melihat wajahnya, melihat keadaannya membuatku ingin memeluknya, tapi itu tak mungkin ku lakukan. Menyentuh tangannya saja aku tidak boleh, apalagi memeluknya.
Rasanya aku dilahirkan di dunia ini hanya untuk merasakan masalah yang tiada habisnya. Kalau tidak tentang percintaan pasti kematian, dan juga kebencian. Kalau di suruh memilih, aku lebih baik memilih dilahirkan menjadi Ruzh daripada manusia, karna menjadi manusia terlalu rumit untuk menjalani lika-liku kehidupan.
Tapi, tak ada gunanya bagiku untuk mengeluh. Setidaknya dulu aku punya orang tua, kakek, nenek, dan Farhel. Aku pernah bahagia, walaupun kebahagiaan itu hanya sebentar.
Kupandangi semua yang ada di kamarku, mataku berhenti di sebuah kulkas yang dulu sengaja ku beli untuk menyimpan makanan atau jajananku.
Aku bangkit dari tempat tidur, kemudian berjalan menuju kulkas yang sengaja ku beli berwarna merah. ku buka pintunya lalu terlihatlah jajanan dan makanan yang aku sendiri tidak tau sudah berapa lama mereka ada di kulkas ini. Aku bingung mau di kemanain semua jajanan ini, ada coklat, roti selai, minuman, buah-buahan, susu, permen, es krim, manisan dan banyak lagi.
Dulu setiap membuka kulkas, aku selalu selera untuk memakan semuanya, tapi sekarang menyentuhnya saja aku tak berniat. Mungkin kalau ku letakkan di kulkas dapur pasti ada yang mau makan, atau aku kasih sama pembantu yang ada di rumah ini, pasti mereka mau.
Aku berjalan ke laci meja belajarku untuk mencari 2 kantung pelastik yang besar, setelah dapat aku kembali ke kulkas lalu memilih makanan yang menurutku masih layak untuk dimakan, mungkin sisanya akan ku buang.
*
Aku berjalan pergi ke dapur, setelah sampai di depan kulkas dua pintu, aku segera membukanya. Bayak makanan juga ternyata. Dan pada akhirnya kuputuskan untuk pergi ke kamar pembantu di rumah ini.
Tok tok tok
Aku mengetuk pintu sebanyak tiga kali, lalu dengan cepat pintu berwarna coklat berukiran bunga ini terbuka. Wanita yang aku ketahui berumur 40 tahun tersenyum padaku.
"Ada yang bisa saya bantu, non?" Ucapnya lembut dengan senyuman khas wanita sunda.
Aku tersenyum untuk membalas senyumnya. Kemudian aku menunjukkan dua kantung plastik yang ada di kedua tanganku. "Ini bik, aku mau memberikan ini. Kebetulan aku ingin mengganti makanan yang baru di kulkasku." ucap ku berbohong.
dia segera mengambil dua Kantung plastik yang aku sodorkan. Senyumnya tak pernah hilang dari wajahnya. Walaupun rambut hitamnya mulai memutih, itu tetap tidak menghilangkan wajah manisnya. "Terimakasih ya, non."
"Bagi-bagi sama pekerja yang lain ya, bi. Tidak banyak sih tapi cukuplah untuk mengganjal perut malam-malam begini."
"Iya non, pasti."
Setelah itu aku pergi ke dapur, kemudian duduk di kursi meja makan. Rasanya rumah sepi, kemana Farhel dan kak Zio? Kamar Farhel berada di lantai dua, tapi biasanya jika jam segini dia sering berkeliaran di lantai bawah untuk mencari makanan.
Aku berdiri, kemudian bejalan untuk menaiki tangga. Bertamu ke kamar Farhel bukan ide yang buruk. Aku ingin melihat bintang dari kamarnya, kalau dari balkon kamarnya rasanya enak jika melihat bintang, karna di bawah balkonnya ada taman dan kolam berenang.
Setelah sampai di depan pintu kamarnya, tanganku siap-siap mengetuk, tapi tangan ini ku tarik kembali. Bagaiman jika dia sudah tidur? Tapi aku tak akan tau jika tak mencoba.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANDI PERAK
FantasyBila saja mataku tidak melihatmu waktu itu, pasti kisah cintaku dengan sepupuku tak akan pernah berakhir. Bila saja aku tidak menciummu waktu itu, pasti cerita pahit tentang kita tak akan pernah terjadi. Bila saja kau jujur padaku, pasti cerita pa...