Kedatangan Rayyora 3 hari yang lalu membuat Bella tidak selera melakukan apapun. Selama tiga hari gadis itu tidak keluar dari kamarnya. Yang ia lakukan hanya duduk di sisi tempat tidur sambil memandangi kartu alamat apartemen yang di berikan Rayyora.
Bella menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur. Kartu yang ia genggam diremasnya kuat, kemudian ia melemparkannya ke sembarang arah. Dia mengusap wajahnya gusar. Bergulinh ke kanan, kemudian berguling ke kiri. Setelah itu matanya menatap langit-langit kamarnya.
"Aku tidak akan pernah mendapat jawaban jika terus begini. Dan aku tidak akan bisa hidup tenang jika seperti ini terus menerus. Aku membutuhkan Raye untuk hidup. Untuk apa aku hidup jika wajah laki-laki itu tidak bisa kulihat. Dia lebih membutuhkan nyawa." Bella bangkit dari tidurannya, kemudian meraih ponselnya di nakas.
Dia membuka aplikasi pemesanan tiket. Dia mencari tiket pesawat untuk keberangkatan besok ke Medan. Setelah memesan tiket pesawat, dia berjalan ke lemari. Menyiapkan apa saja yang perlu ia bawa.
Gadis itu membongkar lemarinya. Dia termenung kembali. Memikirkan untuk apa dia banyak membawa baju. Toh dia kesana untuk mengantarkan nyawa, dan menebus kesalahan gilanya.
"Sebenarnya ini semua berawal dari Alona gila itu. Tapi aku berterimakasih padanya. Setidaknya aku punya cerita cinta yang sangat oke jika di novelkan." Kata Bella. Dia memandangi lagi koper besarnya, kemudian mengganti kopernya itu ke yang lebih mini.
****
Wajah gadis itu tampak sekali tak tega melihat asisten rumah tangganya yang terpaksa berhenti bekerja. Itu sama saja dia sudah memutuskan mata pencaharian mereka.
"ini gaji kalian, bik. Aku menambah gaji kalian 3 kali lipat, tanda permintaan maaf karna kalian mendadak harus berhenti bekerja. Aku mau pergi ketempat yang jauh, dan mungkin tidak kembali." Ucap Bella memberikan masing-masing amplop ke 2 pembantunya.
"Ini sudah banyak sekali, terimakasih nak Bella." Kata salah satu pembantunya yang lebih tua.
Setelah semua rumah itu terkunci, merekapun pergi. Bella mengantarkan asisten rumah tangganya ke terminal Bus dan setelah itu dia langsung pergi ke Bandara. Tapi sebelum ke Bandara, dia kerumah Farhel untuk berpamitan. Dia bilang dia ingin pindah sekolah ke luar kota, tadi tantenya, Farhel dan Zio tidak mengizinkan tapi akhirnya Bella memaksa mereka untuk mengerti.
Dan tadinya dia memeluk mereka sayang. Dia tau tidak akan bertemu lagi dengan mereka.
*
2 jam di pesawat, akhirnya Bella sampai di Bandara Kualanamu Medan. Gadis itu langsung mencari taxi, setelah dapat dia langsung mengucapkan alamat apartemen Raye-nya dengan mengandalkan ingatannya pada supir taxi.
"Liburan atau baru pulang kuliah, dek?" Tanya supir taxi memecahkan keheningan.
Bella tersadar dari lamunannya. Dia duduk di bangku belakang. Sedaritadi, sejak taxi jalan, dia memang melamun kearah jendela.
"Eh? Apa tadi?" Kata Bella memastikan. Takut dia salah dengar dan salah menjawab.
Supir taxi yang usianya masih muda itu tertawa kecil. "Itulah kau dek, melamun aja daritadi. Abang tadi nanyak, kau baru pulang kuliah apa liburan?"
Bella mengernyit bingung. "Liburan atau baru pulang kuliah? Memangnya anak Medan kuliahnya naik pesawat, ya?"
"Bukan itu maksud abang, dek. Anak Medan sering kali orang tu kuliah jauh-jauh gegara jalur undangan. Abang sering kali selama seminggu ini ngantarkan anak kuliahan dari Ui, ITB, UNDIP dan lainnyalah, karna udah libur orang tu katanya. Ga ngerti-ngerti abang kalilah itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
SANDI PERAK
FantasyBila saja mataku tidak melihatmu waktu itu, pasti kisah cintaku dengan sepupuku tak akan pernah berakhir. Bila saja aku tidak menciummu waktu itu, pasti cerita pahit tentang kita tak akan pernah terjadi. Bila saja kau jujur padaku, pasti cerita pa...