Bella POV
Aku sedang mengendarai mobil dengan kecepatan sedang, di bawah langit biru yang sebentar lagi berubah warna menjadi jingga.
Langit jingga.....
Ah, rasanya setiap kali aku mengingat warna langit yang oranye itu, kenangan tentang Rayyen langsung menyeruak di kepalaku.
Raye......
Tadinya aku tidak tau mau kemana, tapi sekarang aku tau, aku ingin ke bukit, ke tempat kami waktu itu menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk saling membisu satu sama lain.
Pergi Ke bukit itu akan membuatku tambah sedih, tapi mau bagaimana lagi? Bahkan, hatiku tak rela untuk melupakan Rayyen. Laki-laki itu, entah mengapa daya tariknya begitu kuat. Tubuhnya seperti magnet, membuat para perempuan tanpa sadar mendekat.
Tidak butuh waktu lama, aku sudah sampai karna memang tadi aku tidak jauh dari bukit wisata ini. Aku memarkirkan mobil di tempat parkiran biasa. Parkiran hampir kosong, berarti hari ini tak banyak pengunjung yang datang. Mungkin karna cuaca tidak mendukung, langit biru di atas kepalaku gelap, di tutupi awan hitam yang kapan saja siap meledak.
Aku sedang beruntung hari ini. Bukit tidak ramai, bahkan tempat untuk mendaki sedari tadi aku baru melihat dua pasangan yang lewat, biasanya penuh dan sesak.
Aku berjalan mencari tempatku dan Rayyen waktu itu. Aku tanda dengan pohonnya. Letaknya sedikit jauh dan jarang pengunjung datang kesana, karna hanya ada pohon-pohon yang di hiasi lampu yang akan hidup otomatis jika sudah gelap. Bukit ini menyediakan taman yang luar biasa cantik dengan berbagai patung dan tempat bermain anak-anak. Ada juga tempat-tempat kuliner lezat jika naik ke atas lagi, dan ada pemandian air hangat alami jika kita mendaki lagi.
Aku menyeringai lebar ketika aku sudah menemukan tempat yang sedaritadi ku cari. Bayanganku bersama Rayyen waktu itu membuatku meringis. Betapa indahnya waktu itu jika kami adalah pasangan kekasih, tapi kenyataannya waktu itu kami hanya sekedar teman. Bukan, bukan teman, bahkan waktu itu Rayyen bilang, aku hanya sekedar gadis bodoh yang tak sengaja di temuinya di perpustakaan kota. Jadi yang di sekolah aku ini apa? Hantu? Ck, Dasar kau Raye.
Aku duduk di rerumputan hijau. Langit biru yang mendung, apakah langit jingga yang kunanti dapat terlihat? Mungkin tidak. Tapi, setidaknya aku ingin disini lebih lama lagi. Disini aku serasa bersama dengan Rayyen.
Aku memang belum terlalu lama mengenal Rayyen. Tempat yang memberi kami kesempatan untuk berdua tidaklah banyak, hanya beberapa seperti taman hiburan, bukit ini, Mall, perpustakaan kota, belakang sekolah dekat gudang, apartermennya, dan dirumahku waktu itu. Tapi, setiap tempat yang memberiku kesempatan berduaan dengannya begitu berharga.
Orang bilang cinta itu tidak hanya datang di saat kita sudah mengenal seseorang dengan jangka waktu yang lama, cinta terkadang datang di saat kita hanya sebentar mengenalnya namun hal-hal yang kita lalui bersamanya terasa begitu istimewa dan berharga setiap detiknya.
Dulu aku tidak mencintai Rayyen, aku hanya merasa nyaman padanya walau dia sering mengataiku bodoh, seperti babi dan semacamnya. Tapi, lama-lama cinta itu tumbuh dengan sendirinya. Cinta itu tumbuh karena aku selalu merasa bodoh saat berada di dekatnya, cinta itu tumbuh di saat melihat wajahnya yang begitu kesal karna kebodohan yang ku buat. tapi walau begitu aku tidak bisa berharap lebih darinya. Suatu saat dia akan bahagia dengan gadis yang di takdirkan untuknya. Satu-satunya harapanku saat ini, aku ingin dia mengundangku di pernikahannya dan melihatnya bahagia dengan gadisnya. Sakit? Itu pasti, tapi sakit itu akan hilang jika melihatnya tersenyum bahagia.

KAMU SEDANG MEMBACA
SANDI PERAK
FantasyBila saja mataku tidak melihatmu waktu itu, pasti kisah cintaku dengan sepupuku tak akan pernah berakhir. Bila saja aku tidak menciummu waktu itu, pasti cerita pahit tentang kita tak akan pernah terjadi. Bila saja kau jujur padaku, pasti cerita pa...